Chapter 43 : [ Completed ]

8 7 6
                                    

                   Beberapa hari kemudian, Bee kedatangan tamu bulanannya di sekolahan. Jangan tanya mengapa pembuahan yang dilakukan Teddy tidak berhasil, ini karena Bee kelelahan dan stress. Moodnya amburadul, naik-turun seperti rollercoaster. Semenjak keduanya melakukan hubungan intim selama tiga hari dan hanya beristirahat sehari, Bee sudah merasakan badannya sakit-sakitan. Bagaimana tidak sakit, Teddy saja bringasnya Subhanallah sekali.

Dan untuk lelah mentalnya, jelas karena ujian dan mencari alasan saat ada orang yang bertanya mengenai kaki dan lengannya yang beberapa kali terlihat banyak sekali terdapat merah-merah kebiruan. Seperti disiksa saja Bee kalau kata mereka..

Ini semua jelas salah Teddy Sebastian yang tidak bisa menahan diri untuk tidak meninggalkan banyak jejak kemerahan pada Bee, padahal keduanya masih sekolah belum libur panjang. Bee harus memutar otaknya yang tidak sepintar Teddy untuk membuat alasan yang masuk akal dan itu membuatnya mubal, untung saja ia selalu bersabar menghadapi suaminya itu yang terlalu over.

"Yakin Bee nggak aku temenin?" Sunny menatap tidak yakin pada Bee yang terduduk di kursi depan ruang ujian.

"Kamu kan mau kencan sama kak Eddy, gimana sihh.." Teringat saat istirahat tadi, di mana Sunny bercerita begitu senang dan antusias padanya perihal akan kencan dengan Eddy sampai malam nanti.. jelas Bee tidak mau menggagalkan rencana mereka. Lagipula Teddy sudah mengawasi dari ruang OSIS jadi dirinya tidak sendirian..

"Yaa tapi kan kamu lagi kesakitan gitu, mana mau ue ninggalin kamu sendirian.."

Bee tertawa kecil, "Halahh, santuy napa sihh Sun.."

Melihat Eddy yang berjalan ke arah Sunny, Bee tebak.. pasti Eddy juga sudah tidak sabar untuk kencan. Dasarnya para Sebastian itu bucin akut dengan pasangan mereka, untung mereka tidak tolol seperti kakaknya yang seorang Abimana. Bee pun Abimana —mantan Abimana tapi tidak setolol Libra. "Kasian tuu kak Eddy nungguin dari tadi, sampe harus ngampirin kamu ke sini.."

"Kamu.. yakin?" Wajah Bee pucat, keringat dinginnya juga sudah mulai menetes. Sunny tahu seberapa nyerinya perut Bee, namun berusaha sahabatnya itu tahan dan menampakkan baik-baik saja.

"Yakinn.." Jika Sunny tidak juga segera pergi, Bee akan semakin tersiksa dan lama untuk pulang.

Sunny akhirnya mengalah, ia berpamitan pada Bee untuk duluan karena Eddy yang sudah sampai di tempatnya. "Yaa udaa Bee, aku duluan yaa.."

"Maaf.."

"Iyaa ihh, santuyy.."

"Gue sama Sunny.. duluan Bee." Eddy merasa ragu untuk meninggalkan Bee, walaupun kakaknya menunggu dan mengawasi dari ruang OSIS.. tapi tetap saja tidak dari jarak dekat.

Bee tersenyum, kembali menampilkan raut baik-baik sajanya. "Hati-hati yakk kalian.."

                  Mengikuti perjalanan kisah Eddy dan Sunny hari ini, sepasang kekasih yang sudah setengah tahun lebih menjalin hubungan itu terlihat menuju parkiran bersama.

Namun melihat awan mendung mulai menyebar, Eddy takut rencana untuk kencan keduanya gagal karena kehujanan. Jadi cowok itu memiliki rencana untuk membawa Sunny ke mansion Sebastian sebentar mengambil mobilnya, jarak sekolah dengan mansion tidak terlalu jauh.

Berbelok di lampu merah pertama, Sunny jelas terkejut. "Kak, kok belok?"

"Ambil mobil dulu yaa Sun, mendung ini.." Tawar Eddy.

"Mobil?" Apa Sunny akan dibawa ke manison Sebastian?

"H'mm, kita ke mansion dulu bentar.."

"Ehhh.." Sunny jelas terkejut, ia mendadak panik. Tidak ada persiapan sama sekali dirinya untuk bertemu dengan Sebastian yang lain..

BONDINGUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum