Chapter 29 : [ Tercium ]

9 11 4
                                    

                Jam 10.43 WIB, rombongan akhirnya sampai di tujuan mereka. Empat jam lebih mereka berkendara dengan beberapa puluh menit istirahat mendinginkan mesin dan nyemil..

Walaupun matahari tengah terik-teriknya, tapi panasnya tidak terlalu terasa menyengat karena mereka berada di pegunungan. Tepatnya di Embung Kledung yang berada di antara gunung Sumbing dan Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah.

Para siswi jelas tidak keberatan dengan kegiatan outdoor mereka ini karena pihak penanggung jawab sebelumnya telah memberikan mereka sunblock, berani menjemur mereka artinya berani bertanggung jawab dengan skincare mereka. Merk sunblock yang dibagikan pada mereka juga bukan sembarang merk, ini jelas merk mahal. Intinya penanggung jawab event ini memang terbaik..

Bumi camping yang telah ditutup untuk umum itu juga telah disulap dengan tenda-tenda prasmanan yang telah berdiri, hampir setengah tempatnya sendiri jika dijadikan satu. Tapi karena tenda tersebut dipasang mengelilingi bumi camping, jadi tengah-tengah lapangan itu masih bisa digunakan untuk acara nanti.

Parkiran pun juga dipasangi tenda untuk berteduh motor dan mobil, jika hujan tiba-tiba kan tidak menangis para murid SMA Sebastian. Kendaraan mereka aman..

Sayangnya mushola di tempat ini kecil, jadi harus berkloter-kloter jika hendak sholat nanti. Apalagi untuk kamar mandinya, fasilitas ini yang kurang memadai di sana.

Untuk menghemat waktu agar tidak terbuang dan acara healingnya dapat berjalan lancar, pukul 11.00 WIB truk box catering yang dipesan oleh penanggung jawab sudah tiba. Tidak hanya satu truk saja, melainkan beberapa truk sekaligus. Ini untuk menghemat waktu juga agar tidak lama mengantrenya.

Murid-murid SMA Sebastian akhirnya menikmati makan siang mereka dengan khidmat dan bersama-sama, mereka bahagia saat memakannya. Tak terkecuali Bee, sampah plastik bungkusan makanan dari catering ini ternyata sedikit. Sistem cateringnya adalah piring terbang, bukan kardus. Pastinya nanti ia tidak mendapati tumpukan kardus nasi yang merusak pemandangan dan menyakiti matanya.

"Ayam bakar filletnya enak sumpah.." Mumpung dirinya tidak diawasi oleh anak buah ayahnya, Sunny makan dengan begitu lahapnya. "Sayurannya juga nggak pedas, pen makan tiap hari.."

"Yaa makan tiap hari lah Sun.."

"Kek kamu nggak tau aja papa aku kaya' gimana Bee.."

"Makan itu kewajiban, tapi porsinya pas. Jan diet-diet, jaga bentuk tubuh boleh. Tapi yaa jan sampai nggak makan.." Jika Libra sering mencibir tingkah ayah Sunny berlebihan dan sok sekali, Bee setuju.

Selama Sunny bersama Bee, gadis itu bisa makan apapun sesuka hatinya. Beda cerita lagi jika Sunny bersama keluarganya —terutama ayahnya yang sangat ketat mengatur menu makannya. Suka merasa tersiksa Sunny dengan peraturan itu, kadang juga ia sampai harus menahan rasa lapar hingga waktu jamnya. "Kapan yaa bisa bebas dari peraturan gaje itu, nggak enak sumpah.."

"Makan aja diatur, apalagi yang lain. Makanya sampai sekarang mama badannya ideal banget, pasti peraturan ketat papa.."

"Bilang aja ke kak Eddy, coba dia datang ke rumah kamu bahwa jajanan. Yakin papa kamu kicep.." Bee tahu Eddy belum pernah ke rumah Sunny sejak mereka jadian berbulan-bulan yang lalu, Sunny yang tidak mengizinkan karena bagaimanapun marga Eddy itu Sebastian. Pasti papanya Sunny gencar memepet Eddy demi menambah back up.

"Kasian kak Eddy, aku nggak mau dia terbebani sama tingkah papa aku. Tau ndiri kan Bee aku ini anak tunggal, batu loncatan gede.."

"Apalagi kalo papa tau aku punya hubungan sama kak Eddy yang seorang Sebastian, aku nggak mau dijadiin batu loncatan beneran.." Lanjut Sunny.

BONDINGΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα