Chapter 19 : [ Answers ]

13 10 0
                                    

                Teddy selesai dengan penyampaian maksud dirinya dan keluarganya hadir kemari, sekarang giliran Bee yang menjawab. Gadis tersebut segera mengambil microphone di belakang tubuhnya, lalu berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Teddy dengan rasa gugup yang luar biasa. Sebisa mungkin juga Bee menetralkan hal itu agar dirinya tidak pingsan..

Setelah MC mempersilahkan Bee untuk berbicara, gadis itu masih terdiam untuk beberapa detik pertama. Jelas saja Bee sudah merasa kliyengan, namun ia tidak ingin pingsan. Jangan, ia belum menjawab Teddy.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.." Salam yang terucap pertama kali dari Bee masih lancar.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.." Jawab salam hukumnya wajib, jadi semua orang yang hadir jelas menjawab salam dari Bee.

"Alhamdulillahi rabbil 'alamin, k-kita panjatkan segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah melimpahkan nikmat.. rahmat, dan hidayahnya sehingga kita bisa berkumpul di sini dengan penuh rasa suka cita."

"Tak lupa sholawat dan salam kita curahkan kepada baginda nabi.. Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, semoga kelak di yaumul akhir kita mendapat syafaatnya. Aamiinn.."

"Saya.. Bintang Aries, o-orang yang kak Teddy maksudkan." Bee menggenggam microphonenya erat, semua kalimat di kepalanya yang telah ia hafalkan semalam lenyap tak berbekas. Apalagi Dira dan Libra memintanya untuk menceritakan juga kisahnya dengan Teddy melalui sudut pandang dirinya. "Umm.."

"S-saya semalam sudah menghafalkan kalimat apa yang akan saya sampaikan u-untuk menjawab kak Teddy.."

"Tapi.. k-kalimat itu sekarang hilang di kepala saya."

Setelah terjeda selama hampir sepuluh detikan, Bee kembali membuka suaranya. "Mommy dan kak Libra b-bilang pada saya untuk juga menceritakan perjalanan kisah k-kami menurut sudut pandang s-saya.."

"Coba cerita, gimana aku di mata kamu.." Balas Teddy sembari tersenyum manis.

Melihat Teddy tersenyum seperti itu, Bee hampir limbung dan pingsan. Ia menumpukan seluruh tenaganya di kaki. "Jan pingsan sekarang!"

Teddy sigap mengulurkan tangannya untuk menangkap Bee yang mungkin akan pingsan. "Are you okay?"

"Nope, I'm not okay.." Bee menggeleng-geleng kecil, ia merasakan tubuhnya kehilangan tenaganya. Tapi sebisa mungkin, ia tetap tersadar. "But, it's okayy.."

Bee melihat orang-orang di hadapannya, terutama kedua orang tuanya dan Libra. Kakaknya itu sudah mengambil ancang-ancang untuk berdiri, sorot khawatir jelas terpancar darinya. "Ayo Bee, kamu pasti bisa!"

"Ini acara buat kamu heyy!"

"Jan ngerusak suasananya!" Bee mengeratkan genggamannya pada microphone, mengatur nafas dan menarik kembali kakinya yang tadi ia gunakan untuk menyangga tubuhnya.

"M-maaf mengulur waktu, ini penyakit saya bawaan dari lahir.." Bee tersenyum kikuk, "S-saya bisa pingsan kapan aja, di mana aja kalo saya sedang gugup-gugupnya. Ato saya sedang panik-paniknya.."

"I-ini gangguan kecemasan berlebihan, tapi n-nggak berbahaya kok.."

"Pingsan di mana aja, kapan aja. Kamu bilang nggak berbahaya?" Teddy membalas ucapan Bee dengan suara datar. "Misalnya kamu pingsan gitu di tepi sungai, kan kamu nggak tau kamu jatuhnya ke mana. Iyaa kalo jatohnya di pinggiran itu, coba kalo ke sungainya.."

"Ucapan do'a kak, tolong yaa.." Bee jelas langsung merengut dengan bibir yang sedikit manyun, ia menatap Teddy yang berhasil merubah suasana hatinya.

Teddy mengedikkan bahunya, "Who knows.."

BONDINGWhere stories live. Discover now