Chapter 10 : [ Buah Permasalahan ]

11 11 12
                                    

                 Petugas upacara bendera Minggu depan adalah kelas X Language 1, kelas yang ditempati oleh Bee dan Sunny. Dalam Minggu ini, latihan upacara bendera telah dilaksanakan sekali.. kurang dua kali lagi.

Teringat dengan pelatihan baris berbaris dulu saat akan tujuh belasan, Bee tidak mendapat jatah untuk bergabung dalam hal yang menyangkut gerakan kaki itu. Ia dipilihkan menjadi protokol upacara, yang membacakan susunan acara.

Seperti saat baris berbaris dulu juga, mereka dibantu dan dilatih oleh anak-anak OSIS. Terutama Teddy..

Bisa ditebak, nasib Bee akan berakhir bagaimana saat latihan kedua ini. Kemarin saat latihan pertama, ia sudah disemprot-semprot oleh Teddy karena katanya intonasi dan cara bacanya yang salah.

Sekarang pun, di tempat yang sengaja dipisahkan dari teman-temannya.. Bee berhadapan langsung berdua saja dengan Teddy. Di masjid sekolah..

Bee mengambil nafas dan menghembuskannya, ia akan mempertahankan cangkangnya yang rapuh. Dirinya harus bisa menjalankan rencananya untuk membuat Teddy jatuh cinta, "Ayo Bee, kamu pasti bisa.."

"Baca yang bener!"

"I-iyaa kak.." Sialan, disentak seperti ini saja Bee sudah kehilangan kepercayaan dirinya. Teddy benar-benar psikopat..

                Teddy menikmati perannya sebagai ketua OSIS, dengan jabatannya ini.. ia bisa memperlakukan Bee seenaknya saja seperti sekarang. Anak-anak OSIS lainnya pun pasti hanya berpikir dirinya mendidik tegas Bee, bukan ke arah lainnya.

Salah menggunakan wewenang jabatannya untuk urusan pribadi memang Teddy, tapi mau bagaimana lagi.. dirinya gatal jika belum membuat bocah TK itu memohon ampun dan maaf padanya. Atau malah sampai gadis itu pindah sekolah karena saking tertekannya..

Teddy juga tahu ia telah melanggar point berat karena melakukan bullying, padahal program kerja lanjutannya adalah menekan angka bullying di sekolah ke titik dasar. Namun ia malah diam-diam melakukan mental bullying terhadap Bee..

Salahkan saja gadis itu yang berani-beraninya mengusik ketenangan Teddy, bahkan mengganggu tidur nyenyaknya dengan bermain-main dalam mimpinya indahnya.

Teringat dengan mimpinya semalam, di mana ia melihat dirinya sendiri menikah dengan Bee. Seperti menonton film, namun ia tidak bisa menggantinya..

Sialan, bahkan dalam mimpi itu dirinya terlihat sangat begitu bahagia. Berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa dirinya ingin melempar Bee sekarang ke laut agar menghilang, gadis itu menjengkelkan. Berkali-kali ia mendengar nada sumbang dalam pelafalan kalimatnya..

"Lo niat nggak jadi petugas upacara? Suara lo fals!"

Sakit, teramat sakit dada Bee. Jika bukan karena teman-temannya yang mengajukan dirinya menjadi protokol, ia sudah pasti duduk-duduk di pinggir lapangan sebagai anggota paduan suara. Walaupun suaranya fals, tapi ia bisa tidak ikut bernyanyi nanti. "S-saya emang n-nggak punya s-suara b-bagus kak.."

"T-temen-temen saya yang n-nyuruh saya jadi protokol.."

"Ulang!"

"I-iyaa kak.." Bee mengulang kembali dari awal, walaupun suaranya sudah mulai habis. Dibandingkan dengan anak-anak paduan suara ataupun pembaca UUD, ternyata membaca protokol lebih menyiksa.

                Beberapa saat berlalu, intonasi dan nada suara Bee mulai stabil. Teddy akui, gadis itu cepat tanggap dengan perintahnya. Namun teringat dengan rencananya kembali, membuat cowok itu merasa kurang puas. Walaupun suara Bee mulai menghilang..

"Heyyoo ma bruhh.."

Teddy menoleh pada sumber suara, ia menautkan alisnya bingung melihat Libra menghampirinya. "Ngapain lu ke sini? Jamkos?"

BONDINGWhere stories live. Discover now