Chapter 1 : [ First Impression ]

36 10 4
                                    

                Pidato pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Sebastian International High School dari pemilik sekolah berjalan dengan khidmat sampai selesai, jelas saja.. siapa yang berani menyela pidato seorang Albian Sebastian jika tidak benar-benar mendesak? Tentunya tidak ada yang berani satupun..

Selesai dengan pidato dari Alby, masih dilanjut dengan pidato dari yang lainnya. Sampai akhirnya pidato dari ketua OSIS yang merupakan putra dari Alby menjadi perhatian hampir seluruh calon siswi-siswi SMA ini.

Teddy Sebastian, putra pertama dari Alby dan Yessa yang menjadi pewaris utama segala hal milik keluarga Sebastian. Parasnya tampan dengan hidung mancung dan bibir tipis, tatapannya setajam elang dengan aura pemimpin penuh wibawa.

Teddy tidak begitu saja menjadi ketua OSIS, di sini semua sama. Hanya murid biasa walaupun statusnya jelas anak dari pemilik sekolah, hal ini tentu saja telah diterapkan sejak dirinya duduk di bangku Kindergarten. Ia harus bersaing dengan banyak kandidat saat mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, semua bersaing dengan kemampuan masing-masing.

Sempat mendapat skor rendah dalam keramahan yang membuat Teddy hampir gagal menjadi ketua OSIS, namun hal itu tertutup dengan skor-skor tinggi lainnya. Untuk itu akhirnya Teddy yang mendapatkan posisi ketua umum OSIS, tentunya dengan pertimbangan ia harus lebih ramah kembali.

"Sekian sambutan dari saya, mohon maaf bila ada perkataan yang tidak berkenan di hati dan melukai. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.." Senyuman singkat Teddy sebagai formalitas tetap membuat hampir seluruh calon siswi maupun siswi-siswi lainnya yang menonton acara pembukaan MPLS terpukau, memang dasarnya Teddy adalah pangeran sekolah mereka.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.."

Beralih pada salah satu calon siswi di barisan nomor tiga dari depan, gadis itu malah bersin setelah melihat senyuman yang terlihat sangat dipaksakan dari kakak kelasnya tersebut. Ha'chii.. "Astaghfirullah kak, kalo nggak ikhlas nggak usah senyum juga kalik. Bikin hidung aku gatel.."

Beberapa pasang mata di samping-sampingnya langsung menatap gadis itu, tentu saja. Hanya satu suara itu yang terdengar dari arah barisan calon peserta didik baru, tidak keras memang. Bahkan terkesan seperti suara bersin anak TK, namun tetap saja keadaan hening di sekitarnya memperjelas suara tersebut. Bahkan Teddy pun sampai menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke sumber suara, "Anak TK udah masuk SMA aja? Nggak salah sekolah?"

Gadis yang sekarang menjadi pusat perhatian itu hanya kebingungan sendiri dan merasa tidak nyaman. "Orang cuma bersin aja pada liatnya kek abis ngapain, help.."

Alby dan Yessa yang berada di atas panggung malah saling melempar pandang sembari tersenyum penuh kode, "Baru juga masuk Dad, Bee udah bikin banyak mata ngeliatin dia.."

"Namanya juga calon keluarga Sebastian Mom, penuh dengan kejutan.." Alby membalas bisikan Yessa dengan suara sekecil mungkin, ucapannya ini masihlah sebuah rahasia keluarga. Publik tidak boleh tahu terlebih dahulu..

"Khihi.." Yessa terkikik kecil melihat wajah butek Teddy yang kembali ke tempatnya, entah karena kesal banyak pasang mata menatapnya memuja atau karena suara Bee yang memecah keheningan. "Jan nunjukin muka kaya' gitu sayang, senyum. Kamu ganteng kalo senyum.."

"Mom." Teddy semakin menekukkan wajahnya mendengar godaan Yessa, ibunya itu seakan-akan lupa jika dirinya tidak suka banyak menebar senyum.

"Awas nggak laku lho.." Lagi, Yessa menggoda Teddy sampai putranya itu berdengus dan mengalihkan wajahnya.

"Nggak minat." Singkat, padat, jelas sekali jawaban penutup dari Teddy.

"Yaa sudah.." Yessa kembali menatap para calon peserta didik yang tengah berbaris.

BONDINGOù les histoires vivent. Découvrez maintenant