Chapter 25 : [ Perjalanan ]

12 11 2
                                    

                 Tanggal tiga puluh satu Desember, hari terakhir di tahun ini dan H-2 sebelum libur semesteran berakhir. Biasanya malam tahun baru seperti ini akan dihabiskan dengan acara bakar-bakar dan pertunjukan kembang api, jelas saja keluarga Sebastian dan Abimana akan merayakannya bersama untuk kali ini.

Pukul 10.00 WIB, rencananya kedua keluarga tersebut akan berangkat menuju villa milik keluarga Abimana di Wonosari. Tapi sayangnya.. ternyata mereka sudah berangkat duluan meninggalkan Bee sejak jam sepuluh kurang, jadi jangan salahkan jika gadis itu mutung sekarang.

"Sumpahh, nyebelin banget yaa.." Bee merebahkan tubuhnya di kasurnya, ia tidak peduli jika bajunya akan acak-acakan. "Tadi katanya jam sepuluh.."

"Ini masih kurang tiga menit udaa ilang semua? Dari kapan coba??"

Bahkan tidak ada yang berpamitan dengannya satupun, Libra sekali pun. Mereka malah hanya berpamitan dengan para maid, "Yaa udaa lah.."

"Sadar diri, sadar posisi aja. Aku kan nggak ada artinya.."

Tapi bagaimana dengan keluarga Sebastian? Calon menantu mereka malah tidak ikut hadir. Dan apakah keluarga itu diam saja saat tahu dirinya tidak ikut? "Bukan salah kamu Bee.."

"Batu loncatan kaya' kamu itu nggak bakal jadi permata, walopun kamu udah ganti marga sekalipun.."

Tok.. Tok.. Tok.. Suara pintu diketuk terdengar memecah suasana sepi kamar Bee, namun Bee hanya meliriknya sembari menggapai remot. "Siapa?"

"Aku, Bee.." Itu suara Teddy.

Bee gelagapan, ia terburu bangkit terduduk sembari memasukkan pin sandi kamarnya. Saat cowok itu membuka pintu, ia jadi ketar-ketir sendiri. "K-kak Teddy?"

"Kok kak Teddy a-ada di sini?"

"Jemput kamu.." Teddy hanya berdiri selangkah lebih maju dari pintu, ia menghargai privasi dan zona teritori Bee. Cukup kapan hari saja dirinya yang nyelonong bersama Libra, pasti gadis itu tidak nyaman. "Udaa pada berangkat kan?"

Bee mengangguk-angguk, ia mengadu dengan wajah kesal. "Iyaa kak, udaa pada berangkat. Bee ditinggal sendiri.."

"Makanya mandinya jan lama-lama, ditinggal kan jadinya.."

"Nggak lama yoww, cuma lima belas menitan aja Bee mandinya.."

"Masa?" Teddy sebenarnya percaya saja, tapi ia ingin menggoda tunangannya itu sebentar. "Wangi nggak?"

"Wangilah, masa nggak wangi.."

"Ahh masaa.."

"Kak Teddy nggak percaya yaa udaa.."

"Yaa udah, yaa udah. Ayok berangkat.." Kedua keluarga bernama besar tadi sebenarnya memang merencanakan hal ini, mereka berangkat duluan agar Teddy dan Bee bisa satu mobil. Teddy yang tahu hal itu hanya dapat menghela nafas lelah dan memilih untuk menjemput Bee segera..

"Nggak ah kak, keburu males Bee.." Acara mutung Bee masih berlanjut, ia kesal setengah mati.

"Bee, ayok berangkat. Ini udah siang, pasti panas banget.."

"Tapi Bee lagi kesel kak, mereka berangkat nggak bilang-bilang sama Bee. Bee ditinggal gitu aja.." Karena sudah saking gondoknya, Bee mengeluarkan uneg-unegnya begitu saja pada Teddy. "Kaya' Bee nggak berharga gitu.."

"Tapi emang iyaa sihh, Bee nggak berharga sama sekali. Kan cuma batu kali.."

Menghela nafas, Teddy mengambil langkah untuk mendekati Bee. Ia sudah menahan keinginan ini, tapi melihat gadis itu yang tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya dan malah curhat.. dirinya jadi merasa gemas sendiri. "Batu kali kalo banyak bisa buat bikin jalan, intinya semua mesti berharga Bee.."

BONDINGWhere stories live. Discover now