61. Hari Terakhir

208 27 0
                                    

Halo halo halooo, kembali lagi dengan cerita bujang enha versi lokal. Siapa yang udah nungguin nih? Di chapter kali ini aku kasih kalian senyum² dulu tapi di chapter selanjutnya eitss tidak bisaa. Aku bakalan bikin kalian nangis (mungkin) di chapter selanjutnya. Sebelum baca jangan lupa votenya ya teman-teman sebagai dukungan kalian untuk cerita aku ingin. Udah vote? Sip lanjut aja baca ceritanya ya. Happy reading all

Hari pun berganti, di ruang tamu hanya ada Ravel seorang yang tengah duduk manis di sofa sembari memainkan gagdet nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari pun berganti, di ruang tamu hanya ada Ravel seorang yang tengah duduk manis di sofa sembari memainkan gagdet nya. Rumah tampak sepi karena, hanya ada Ravel dan ketiga adik bungsunya yang berada di kamar entah sedang melakukan apa hingga membuat mereka diam dikamar.

Jari jemari Ravel dengan lihai mengetik pada keyboard di ponselnya. Sudah sejak tadi Ravel sedang mengobrol dengan anggota geng motornya akibat membahas suatu hal.

Fernando:
"Vel, musuh bebuyutan lo itu udah gak macam-macam lagi ke keluarga lo?"

Ravel:
"Alhamdulilah, enggak sih. Tapi ya firasat gue, dia gak bakalan tinggal diam karena dendamnya dia ke gue udah ke ubun-ubun."

Rakha:
"Anying, ke ubun-ubun ceunah. Btw vel, mantan nya si bang Jayden gimana? Katanya masih dipenjara ya?"

Ravel menaikkan satu alisnya akibat terheran, jari jemarinya sempat terhenti oleh pesan yang dikirimkan oleh Rakha namun beberapa saat kemudian Ravel kembali mengetik pada keyboard ponsel.

Ravel:
"Masih. Karena perkara yang kemarin ya lumayan lah di penjara lama."

Sakha:
"Guys guys guys kalian tau gak?"

Ravel:
"Apaan?"

Rakha:
"Apa tuh kembaran ku tercinta"

Sakha:
"Geli gue punya kembaran kayak lo. Gue dapat berita hangat."

"Abang, Fiko Izin keluar ya," ucapan dari Fiko dapat menghentikan aktivitas Ravel yang kini tengah ingin mengetik sebuah pesan.

Ravel menukikkan alisnya, "Mau kemana? Penting? Sama siapa? Ayo gue yang anter, jangan pake ojol," jawab Ravel.

Fiko menggelengkan kepalanya, "Gak usah, biar Fiko sendiri aja bang. Fiko udah gede tau masa harus di ikutin terus," ucap Fiko.

Ravel mematikan ponselnya dan menaruh nya di sofa, ia bangkit dari sofa dan menatap kearah Fiko dari atas hingga bawah. Ravel mengerutkan dahinya karena adik nya itu sangat wangi dan rapih dan Ravel berpikir adiknya itu akan melakukan kencan dengan seseorang.

"Mau ngedate? Sama siapa?" tanya Ravel dengan tatapan mengintimidasi.

Fiko menelan ludahnya dengan kasar, "Enggak ngadate, cuman mau ketemuan sama orang luar jadi harus wangi," jawab Fiko.

Ravel tersenyum miring lalu melipat kedua tangannya di depan dada, "Mau ngedate sama Evelyn kan lo?" tanya Ravel membuat Fiko terdiam.

Melihat wajah Fiko yang berubah drastis membuat Ravel tertawa sejenak, "Gak biasanya lo begini ko, gue tau lo mau ngadate sama Evelyn kan? Gue anter," ujar Ravel lalu mengambil kunci mobil yang terletak di dalam laci.

7 Bintang Kebanggaan Mama & Papa || ENHYPEN  (TAMAT)✓Where stories live. Discover now