04. Pertama Kali Bertamu

483 71 1
                                    

Haloo yeorubun, kembali lagi dengan cerita anak enha lokal nih, siapa nih yang udah baca dari awal hingga chap ini? Thankkk uuu semuanyaaa udah baca cerita ku ini

Tanpa berlama-lama lagi langsung aja kuy baca ceritanya. Jangan lupa vote nya ya semuaa

Happy reading all

"Anak mu padahal sudah dewasa namun tetap saja dia seperti anak kecil dimata mu sampai dia luka saja kamu yang obati padahal dia sendiri bisa melakukannya," ucap Papa kepada Mama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anak mu padahal sudah dewasa namun tetap saja dia seperti anak kecil dimata mu sampai dia luka saja kamu yang obati padahal dia sendiri bisa melakukannya," ucap Papa kepada Mama. Mama memukul paha suami nya dengan kencang setelah mendengarkan ucapan yang keluar dari mulutnya.

Angkasa, Jayden, Kevin, dan Ravel hanya bisa terdiam dan pura-pura tidak melihat kejadian tersebut. Mama melanjutkan mengobati lutut anak bungsunya yang terluka akibat terjatuh, "Sudah selesai Mama obati, kalau main jangan dorong-dorongan okey?" ucap Mama kemudian menoleh ke arah Fiko, Riko, dan Valdo. Mereka mengangguk, mama tersenyum lalu pergi dari ruang tamu untuk menaruh kotak P3K ke tempat semula. Meskipun mereka sudah beranjak dewasa namun, mereka tetaplah anak kecil kesayangan Mama yang manja dan ngaduan.

Valdo meniupkan luka yang sudah di tutupi plester di lutut kanan nya. Papa menoleh ke arah Ravel yang sedang menonton acara di televisi bersama Angkasa, dan Kevin. Sementara Jayden? Dia pergi dari ruang tamu karena dia sudah memiliki firasat kalau akan ada sesuatu tidak enak jika bersama papa nya.

Ravel memukul paha Angkasa dengan kencang akibat lelucon dari acara televisi, "Ravel, kamu tadi kemana?" ucap Papa, Ravel seketika terdiam lalu menoleh ke arah Angkasa dan Kevin yang berada di samping kanan dan kirinya secara bergantian.

"Ravel Juandra Putra Leonardo, jawab pertanyaan Papa," ucap Papa penuh penekanan dan menatap tajam ke arah Ravel.

Ravel menelan ludah nya dengan kasar, Jayden yang mendengar nya dari dapur hanya bisa tersenyum karena memang benar firasat buruk nya tersebut, "Main sama temen,"ucap Ravel malas.

Sudah kesekian kalinya, Papanya itu menanyakan hal itu kepadanya. Kalau ditanya apakah dia muak diberi pertanyaan seperti itu setiap saat? Tentu saja jawaban nya iya, Ravel juga kadang muak dengan omelan sang papa yang membuat dia memilih untuk menghabiskan waktu nya diluar bersama teman-teman geng nya dibandingkan harus mendengarkan omelan dari sang papa dirumah.

"Main sama temen-temen mu? Kenapa kamu susah sekali Papa bilangin untuk keluar dari geng motor mu itu, waktumu hanya terbuang dengan sia-sia saja Ravel Juandra!" ucap Papa nya kembali dengan nada yang tidak bagus. Angkasa menghela nafas karena harus menerima ocehan sang Papa kembali ketiga kedalam telinga miliknya. Kevin hanya bisa terdiam mematung tidak bisa membela Ravel saat ini yang sudah mati kutu. Apalagi dengan ke tiga para bocil yang harus terdiam dan berbicara melalui bahasa isyarat.

"Lihat saja kamu, Ravel. Kalau kamu masuk berita cuman karena tawuran, mabok ataupun balap liar. Papa gak segan-segan untuk jual motor mu itu biar kamu keluar dari geng motor berandalan kamu itu," ucap Papa membuat seluruh anak nya hingga Jayden di dapur pun mendengar nya terdiam seketika. Papa meninggalkan seluruh putranya di ruang tamu dan pergi menghampiri istrinya yang berada di kamar.

7 Bintang Kebanggaan Mama & Papa || ENHYPEN  (TAMAT)✓Where stories live. Discover now