03. Taman

552 73 10
                                    

Hai hai hai, pagi/siang/sore/malam untuk kalian semua dimana pun kalian berada.

Cerita keluarga Leonardo up lagi nih semoga kalian suka di up ini yaaa

Let's goo baca ceritanya, jangan lupa vote nya ya supaya author semangat buat cerita nya

Happy reading all

Hari pun berganti, seperti pagi pada umumnya mereka tengah melakukan sarapan bersama di meja makan

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Hari pun berganti, seperti pagi pada umumnya mereka tengah melakukan sarapan bersama di meja makan. Tetapi tidak untuk Angkasa, ia sudah berangkat lebih dulu membawa ransel miliknya untuk pergi kesuatu tempat entah itu kemana.

"Angkasa kemana Ma?" tanya Papa di sela-sela sarapan pagi mereka.

Seluruh atensi keenam anak nya pun teralih tetapi tidak untuk Mama. Mama hanya menggeleng kepala dan matanya fokus melihat lauk yang ia makan saat ini, "Katanya sih ada jam kampus pagi jadinya dia gak bisa sarapan bareng. Mama udah bawain dia bekal biar gak makan makanan luar mulu," jawab Mama.

Jayden hanya memperhatikan perbincangan antara kedua orang tuanya dengan tatap sengit, "Papa bingung bagaimana caranya Abang sulung kalian berhenti bermain kamera dan di ganti dengan mengurus kantor Papa," gumam Papa.

Jayden menghela nafasnya dan menaruh sendoknya ke atas piring, "Pa, Papa kenapa sih selalu larang Abang buat gak main kamera lagi? Emang nya salah?" tanya Jayden yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Papa.

"Lebih baik waktunya di gunakan untuk memajukan perusahaan Papa dibandingkan harus bermain dengan kamera yang bikin waktunya terbuang sia-sia cuma karena cari uang untuk adik-adik mu," sarkas Papa.

Ravel, Riko, dan Valdo menghentikan sarapan paginya dan saling bertatapan, "Abang juga begitu karena Papa gak bayarin uang bulanan kita bertiga cuman dengan alasan jadi atlet itu gak penting!" ketus Ravel.

Jayden dan Kevin sontak menoleh kearah Ravel yang sudah memerah mukanya saat ini, "Bener kan Pa? Papa gak mau bayarin uang bulanan olahraga Ravel, Riko, dan Valdo. Kita itu mau jadi atlet Pa! Seharusnya Papa gak larang kita buat wujudin itu!" sambung Ravel yang emosinya sudah meluap.

Kevin memegang badan Ravel yang akan berdiri untuk melanjutkan kata-kata sadis untuk Papanya. Papa hanya diam mendengarkan sembari menyantap sarapan, "Papa tanya ke kalian, memang nya kalau kalian jadi atlet yang kalian dapat apa? Cuman ketenaran kan? Kalau ketenaran perusahaan Papa juga udah kasih itu ke kalian. Carilah cita-cita yang penghasilannya pasti seperti menjadi CEO, kalian tinggal atur perusahaan Papa sampai semakin sukses kalian juga akan mendapatkan uang yang banyak tidak seperti menjadi atlet," ucap Papa panjang lebar.

Papa menatap sengit Ravel yang juga tengah menatapnya, "Lebih baik kamu keluar dari geng motor mu itu Ravel. Lihat pengaruh buruknya sangat terlihat karena kamu selalu ngelawan Papa," ujar Papa membuat Ravel berdiri dari tempat duduknya.

"Geng motor Ravel itu dunia Ravel! Kalo Ravel muak dengerin ocehan Papa karena selalu larang Ravel, Riko, dan Valdo buat kubur dalam-dalam mimpi kita. Ravel tuh muak tau gak, Ravel juga udah gede seharusnya Papa biarin Ravel pilih apa yang Ravel mau contohnya di dunia pendidikan Pa! Kalau Papa setujuin Ravel masuk jurusan olahraga sebelum seleksi SNBP kemarin, Ravel udah keluar dari geng motor itu. Geng motor Ravel juga gak pernah kena skandal yang aneh-aneh kan? Selagi itu aman seharusnya Papa gak usah khawatir!" ucap Ravel dengan dada turun naik.

7 Bintang Kebanggaan Mama & Papa || ENHYPEN  (TAMAT)✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat