45. Ruang UGD

387 22 0
                                    

Halo halo halo semuanyaaa, gimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan baik ya. Maaf ya aku baru bisa up malem ini karena baru sempet lanjutin lagi. Jangan bosan-bosan baca cerita ku ini ya, nanti aku akan revisi lagi setelah lebaran. Sebelum baca jangan lupa tinggalkan vote nya supaya aku semakin semangat buat bikin ceritanya. Selamat membaca semuanyaaa

"Jadi, jangan keluar dari tempat latihan ya? Gue gak mau lo nyerah cuman karena ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi, jangan keluar dari tempat latihan ya? Gue gak mau lo nyerah cuman karena ini. Gue gak mau lo nyesel di akhir kayak Abang Jayden," ujar Ravel.

Kini, pada tengah siang hari. Ravel tengah mengobrol dengan Bricia di sebuah kafe dengan fakultas nya. Mereka sedang berbicara empat mata mengenai Bricia yang ingin keluar dari tempat latihan ice skating.

Bricia menunduk, sungguh ia merasa tidak enak dengan Ravel. Ravel yang sudah mengajari beberapa gerakkan kepada nya namun, ia dengan mudah nya menyerah seperti itu.

Flashback on

Setelah mendapatkan informasi tersebut membuat Ravel menancapkan gas kendaraan yang ia gunakan menuju rumah Bricia yang di ikuti oleh Ciko dibelakang nya. Sesampainya di halaman rumah Bricia, Ravel segera mengetuk pintu rumah tersebut dan pintu rumah langsung terbuka. Menampakkan Bricia yang berada di depan nya sambil tersenyum.

"Ayo masuk," ujar Bricia mempersilahkan Ciko dan Ravel masuk ke dalam rumah. Namun, atensi Ravel bertumpu pada kedua mata Bricia yang terlihat lembab seperti orang habis menangis.

Ravel duduk di sofa ruangan tersebut setelah di persilahkan duduk oleh Bricia. Bricia duduk di sebelah Ravel setelah mengatakan kepada ibunda nya di dapur ada tamu yang datang kerumah dan meminta tolong kepada ibunda nya untuk membuatkan jamuan sembari Bricia menunggu Ravel di ruang tamu. Sedangkan Ciko, ia berjalan menuju kamar nya untuk memberikan Ravel ruang supaya dapat berbicara empat mata dengan Bricia.

"Kamu abis nangis ya? Kenapa? Mikirin omongan orang itu?" tanya Ravel dan tak mengalihkan pandangannya dari kedua mata Bricia yang sembab. Dan tanpa sadar ia menggunakan struktur bicara 'aku-kamu' kepada Bricia meskipun hubungan mereka hanya sebatas teman biasa.

Bricia sedikit menunduk dan memainkan jari-jarinya, "Enggak kok, aku gak nangis," jawab Bricia.

Ravel menghela nafas nya, "Jangan bohong atuh, keliatan soalnya," ujar Ravel.

Bricia pun akhirnya mengangguk karena Ravel telah mengetahui ia tengah berbohong. Ravel terkekeh dan ibunda Bricia datang sembari membawa nampan berisikan dua cakir berisi teh hangat untuk Ravel dan Bricia minum sembari mengobrol. Sebelum ibunda Bricia pergi ke dapur, ia melemparkan senyuman kepada Ravel. Dan Ravel pun membalas senyuman tersebut dengan menarik ujung bibir nya membentuk lengkungan ke atas. Setelah itu, ibunda Bricia pergi kembali ke dapur.

Ravel tersenyum ke arah Bricia, "Emang nya kemarin mereka ngomong gimana ke kamu?" tanya Ravel.

Bricia mengangkat dagunya dan memberanikan diri untuk menatap kedua mata Ravel. Pipi nya merona saat di tatap dengan kedua mata indah yang Ravel miliki.

7 Bintang Kebanggaan Mama & Papa || ENHYPEN  (TAMAT)✓Where stories live. Discover now