Kisah keluarga Leonardo yang memiliki 7 anak laki-laki dengan berbagai impian nya. Berawal mula, mereka adalah keluarga yang miskin hingga mereka terpaksa tinggal di sebuah rumah kumuh yang banyak sekali berbagai penyakit yang dapat mengancam keseha...
Halooo semuaaa, aku up lagi nihh dengan cerita bujang enha kalau suka vote yaa supaya aku semangat untuk lanjutin ceritanya.
Selamat membaca chapter kali ini semua, semoga kalian suka
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Setelah mematikan telfon dari kedua orang tuanya nya, Jayden hanya berjalan kesana kemari di depan ruang UGD untuk menunggu kabar selanjutnya dari dokter.
Pintu ruangan UGD terbuka, terlihat sosok dokter keluar dari ruangan sembari tersenyum ke arah Jayden, "Bagaimana dengan keadaan kedua adik saya dok? Mereka baik-baik aja kan? Mereka luka dok? Mereka tidak meninggalkan saya kan?" tanya Jayden bertubi-tubi ke arah dokter.
Dokter menghela nafas mendengar seluruh pertanyaan tersebut,"Mas tenang sedikit ya, seperti nya anda sangat khawatir saat ini," ucap dokter, Jayden menarik nafas untuk menetralkan nafas nya yang sesak.
Melihat Jayden yang sudah mulai sedikit lebih tenang dokter pun dengan segera memberitahukan kondisi Kevin dan Fiko,"Anda keluarga dari kedua pasien di dalam?" tanya dokter kepada Jayden.
Jayden pun mengangguk, "Iya dok, mereka kembaran dan adik saya dok," jawab Jayden.
"Baik akan saya beritahu kepada Anda bahwa eadaan pasien bernama Kevin ia mengalami pendarahan pada bagian kepalanya yang mengakibatkan ia kekurangan darah saat ini. Kalau saya boleh tau pasien bernama Kevin golongan darah nya sama dengan mas atau tidak? Jika iya mas bisa langsung mendonorkan nya jika tidak segera dicari pendonor nya mas, untuk menyelamatkan pasien," ucap dokter, Jayden terdiam mendengar hal itu.
"Darah saya dan kembaran saya beda dok, tapi ada kedua adik saya yang sama golongan darahnya dengan Kevin," jawab Jayden.
Dokter mengangguk dan memerintahkan Jayden untuk segera memanggilkan kedua saudaranya yang lain untuk mendonorkan darah untuk Kevin,"Dan untuk keadaan Fiko Alhamdulillah tidak seperti pasien bernama Kevin, pak. Pasien hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat akibat insiden kecelakaan itu," lanjut dokter, Jayden menghela nafas lega mendengar kabar baik itu. Setidak nya ada satu kabar baik untuk melepaskan beberapa pikiran jahat yang sangat ramai di kepala saat ini.
"Baik segera saya tunggu untuk pendonor darah untuk pasien ya mas, jangan terlalu lama," ujar dokter kepada Jayden lalu masuk kembali lagi kedalam ruangan.
Dretttt... dretttt...
Ponsel milik Valdo bergetar pada meja ruang tengah tetapi tidak ada satu pun yang mendengar karena mereka sedang berada di dapur dan kamar.
"Abang denger sesuatu gitu gak sih?" tanya Valdo kepada Riko yang tengah menonton televisi di ruang tengah.
Ravel keluar dari kamar dengan jalan yang sempoyongan akibat ia terbangun dari tidur nya selama 1 jam. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang tengah dimana kedua adik bungsunya berada. Ravel membaringkan tubuhnya ke sofa dan memejamkan mata untuk kedua kalinya