Chapter 35 : POV Rissa

367 36 6
                                    

Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku pikir setelah kehilangan Keenan di masalalu. Aku akan kehilangan anakku. Tapi ternyata, takdir membawa kami kembali. Aku tidak bisa menahan rasa campur aduk ini dan perlahan menangis. Air mata tumpah membasahi pipiku.

"Itu hak Bunda kamu, Angga. Kalau dia ingin pergi. Biarkan saja."

"Tapi Ayah.."

"Ayo kita pergi. Sudah waktunya makan siang." Keenan bertitah dan tidak ingin di bantah.

Perlahan, anak laki-laki tampan yang baru saja memelukku ini perlahan melepaskan diri. Saat itu juga aku merasakan kehilangan yang teramat dalam. Jujur, perasaanku masih campur aduk.

Ya, Keenan benar. Maaf aku baru jujur sekarang sama kalian..

Jadi sebenarnya..

Setelah Keenan meninggalkanku. Aku hamil. Dan ternyata aku mengandung bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Lalu setelahnya, sempat terjadi insiden penculikan. Kedua anakku hilang. Citra felisha di temukan meninggal dunia sedangkan saudara laki-lakinya ntah kemana. Tapi siapa sangka. Dia berdiri didepanku dan memelukku dengan sebutan Bunda.

Suara pintu ruangan tertutup. Mereka pergi meninggalkan kesunyian dan debaran hebat yang aku rasakan. Ya Allah apa maksud semua ini? Kenapa semua terasa kebetulan di waktu yang sama?

Pertama, sejauh manapun aku melangkah. Kenapa harus ketemu mantan?

Kedua, aku harus ingat ada seorang anak yang menjadi penyambung di antara kami.

Apa arti dari semua ini? Apakah hanya sebuah kebetulan yang sering terjadi atau ada sesuatu yang baru tak terduga akan datang kedalam hidupku?

Tok! Tok!

"Mba?"

Aku menoleh ke arah pintu. Dengan cepat aku mengusap pipiku yang masih basah dan memperbaiki penampilanku yang sedang tidak baik-baik aja. Setelah itu buru-buru aku langsung membuka pintu. Ternyata ada Alia, teman baruku di tempat kerja yang berdiri dengan gestur tubuhnya yang gelisah.

"Ya?"

"Mba Rissa di panggil sama Boss."

"Boss manggil saya?"

Alia mengangguk cepat. "Iya. Buruan ya." Tiba-tiba Alia sedikit berbisik padaku. "Kayaknya Boss kita lagi tantrum deh. Bawannya pengen mencak-mencak. Moodnya lagi nggak asik."

"Apakah ada masalah besar?"

"Nggak tahu deh. Hm Syukur ganteng. Kalau nggak, dahlah pengen aku jadiin seblak aja kayaknya"

Aku hanya meringis sambil tersenyum kikuk dan buru-buru pergi menjauhi Alia.

Btw..

Ada rumor yang mengatakan kalau kalau Alia itu sudah lama kesemsem sama Keenan. Aku tak habis pikir. Ganteng dari mananya coba si Keenan itu? Perasaan B aja malah.

Baiklah.. Akhirnya aku menuju tempat dimana Keenan berdiri. Saat itu juga Keenan langsung berbalik badan dan menatapku.

"Bapak manggil saya?"

Alis Keenan langsung mengkerut bingung. "Panggil kamu?"

"Lah? Tadi kata Alia Bapak-" Tiba-tiba aku menghentikan ucapanku. Kalau di lihat dari mimik wajahnya, emang suka ngeselin dengan sok polosnya

"Baik kalau begitu saya mau lanjutin pekerjaan saya. Permisi.. "

"Loh loh, mau kemana?"

Aku yang tadinya membalikkan badan langsung berhenti lagi. "Saya mau kerja Pak."

"Kamu itu sudah kerja sama saya."

"Terus maksud Bapak?"

Tiba-tiba Keenan mendekatiku. Aku langsung warning mundur ke belakang. Mencoba hati-hati agar interaksi kita tidak terlalu mencolok terlepas dari urusan pribadi.

"Saya lagi cari mantan saya. Dia kerja disini. Panggilkan dia. Saya butuh dia."

"Ha?" Saat itu juga aku melongo. "Maksud Bapak? Sa.. Saya?"

Seulas senyuman tersinggung terukir di bibirnya.

"Ah, jadi sekarang kamu mengakui kalau kamu mantan masalau saya?"

Aku langsung menatap Keenan si kurang kerjaan ini dengan datar. "Pak, jangan mempermainkan saya."

"Saya boss kamu. Kalau Saya main-main sama kamu, itu hak Saya. Apalagi kamu cuma karyawan biasa."

"Pak!"

"Cepat sana panggil mantan saya."

Saat itu juga Keenan si brengsek itu pergi berlalu menuju pintu luar tanpa perduli lagi keberadaanku seperti orang bodoh yang mau saja mengikuti perintahnya yang aneh-aneh. Tiba-tiba ponselku bergetar. Sebuah notip pesan singkat masuk.

+628 135xxxx : Gue boss nya. Gue punya kuasa..

Aku langsung sinis. Dih!

Pengen mencak-mencak teriak sambil ngomong kotor!

****

Sudah ngelakuin kayak gini adalah hal tersia-sia yang pernah aku lakuin. Kenapa masih saja aku lakukan?

Contohnya sekarang. Sudah tahu cuma aku mantannya. Ngapain lagi masih mencari orang lain kedalam? Ya kali memang aku mantannya!

Bodohnya aku masih saja naif dan beranggapan di sekitar lingkup kerja sini barang kali ada yang pernah menjalin hubungan sama si boss yang nggak tahu diri itu.

Awalnya aku rada canggung dan nahan diri macam muka tembok sambil bertanya. *apakah disini ada yang pernah menjadi mantan Pak Keenan?

Astaga! Sudah malu bodoh pula.

Hingga akhirnya emosiku semakin memuncak. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi dan menuju pintu luar. Di depan mataku masih ada mobil mewah milik si brengsek itu. Dengan kesal aku mengetuk pintu kaca mobilnya hingga perlahan-lahan kaca itu turun terbuka

"Gimana sudah dapat?"

"Bapak jangan menguji kesabaran saya ya!"

"Lah, kok marah-marah sih? Kan saya nanya baik-baik. Gimana, mantan saya sudah ketemu?"

"Pak!" Tiba-tiba aku langsung memukul pintu mobilnya dengan kasar. "Kalau anda sayang nyawa anda tolong jangan-"

"Saya lebih sayang kamu ketimbang nyawa saya, Rissa.. "

*****

Halooo apa kabar? Serius aku malu banget sama kalian yg telat-telat update begini 🥺😫

Makasih yang sudah baca dan menunggu cerita ini dengan sabar 😊
sehat sehat terus ya..

With love❤

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kembalinya MasalaluWhere stories live. Discover now