Chapter 3 : POV Rissa

526 70 10
                                    

Hidup lagi capek-capeknya malah ketemu mantan. Ya begini jadinya..

Aku pikir setelah 10 tahun lamanya tidak bertemu aku rasa dia bakal bersikap secara biasa dan profesional dalam lingkungan kerja. Tetapi ternyata? diluar Bmkg!

Kalau dia nggak bisa kasih izin yaudah sih, nggak perlu pakai bahas masalalu segala! Itu lidah kepleset apa gimana sampai-sampai dia bilang "Jangan hanya karena kita pernah jadi masalalu... "

Ku pikir hewan doang yang anjing. Ternyata mantan juga...

ISI SENDIRI.

Tanpa dia bilang juga aku tahu kalau kami pernah menjadi sebuah cerita. Meskipun endingnya pahit.

Oke lupakan soal dia. Sekarang aku menghela napas dengan gusar. Berkali-kali aku menoleh ke arah jam dinding. Berharap kalau jam istirahat akan segera tiba. Kata Clara, jam istirahat sift malam itu antara jam 5 atau 6 sore.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kalian mau tahu kenapa tadi aku sempat meminta izin pulang sama boss? Karena anakku tiba-tiba masuk rumah sakit.

Walaupun sekarang ada nenekku yang menjaganya, tetap saja sebagai seorang Ibu aku juga khawatir. Info terakhir yang aku terima anakku demam tinggi dan kejang-kejang.

Padahal sebelum aku berangkat kerja, aku sudah memberinya paracetamol. Tapi ternyata tidak mempan. Rasanya sakit sekali meninggalkan anak yang sedang tidak baik-baik saja hanya untuk pergi mencari nafkah. Keadaan benar-benar menuntutku sehingga aku tidak memiliki pilihan lain selain berangkat bekerja.

Aku juga tidak menyalahkan marahnya si boss yang tidak sudi aku sebut namanya itu. Wajar sih, ini hari pertama aku kerja tetapi malah seenaknya izin. Sekarang malah timbul nggak enak sama dia. Ya semoga saja aku nggak dipecat meskipun masih dalam masa training. Jujur, aku butuh banget pekerjaan ini.

Pintu toko terbuka pelan. Aku melihat pasangan muda-mudi yang sepertinya masih pacaran. Aku merubah raut wajahku menjadi ramah, padahal sebenarnya dalam hati lagi dongkol sama si mantan.

"Selamat sore kak, silahkan di pilih kuenya."

Dia tersenyum ramah kepadaku. Astaga, dia cantik banget sumpah! Lalu cowok yang ada disebelahnya ikut mendekat. Jujur, aku melihat mereka benar-benar couple goals.

"Nggak usah baper lihat mereka. Fokus kerja."

Aku langsung terkejut begitu tiba-tiba si boss langsung ada di belakangku dan berbisik seperti itu. Kalau nggak lagi kerja aja lama-lama kupotong lidahnya itu!

Maksud dia apa'an COBA?!
Jadi lakik taunya nyakitin aja sombong banget sok nasihatin.

Aku hanya bisa diam dan berusaha tidak perduli. Sekarang yang ada aku harus  fokus kerja, tidak mencari masalah, dan mendapatkan uang gaji. Jujur aja, aku nggak bisa hidup tanpa oksigen dan uang.

"Mbak, saya mau kue brownies ini 1. Em, donat cheese nya 2 dan puding coklatnya 3 ya."

Aku mengangguk pelan dan segera mengambilkan pesanan yang dia mau. Dengan hati-hati aku memegang nampan dan capitan kue yang sudah di sediakan. Setelah selesai aku memberikan nampan yang sudah berisi pesanan tadi ke arah kasir. Sekarang giliran Clara yang bertugas.

"Totalnya 80.000 Kak."

"Oke. Oh iya, untuk 1 donat cheese nya di pisah ya Mbak kotaknya."

Aku memperhatikan kinerja Clara dengan seksama. Setelah selesai semuanya, dia membungkusnya ke dalam tas plastik berlabel toko kue ini. Tapi tanpa diduga tiba-tiba Mbak cantik ini kembali mendatangiku.

"Mbak, donat ini buatmu ya."

"Ha?"

"Sudah, nggak apa-apa."

Mendadak aku bingung.  "Tapi Kak-"

Lalu pasangan couple itu malah pergi dengan santainya menuju pintu luar. Sedangkan aku masih diam dengan wajah kebingungan. Sebenarnya aku sadar ini rezeki. Tetapi kok, tumben? Begitu maksudnya.

Akhirnya aku pasrah dan menerima donat yang sudah di kemas dalam kotak kecil ini ke dalam loker dimana aku meletakkan tasku. Allah memang Maha Penyayang. Buktinya orang susah macam aku aja sudah ditentukan rezekinya walaupun hanya sebiji donat.

****

Setelah jam istirahat tiba. Aku memutuskan untuk pergi kerumah sakit. Padahal sebenarnya saat ini aku capek banget. Kebetulan toko kue hari ini ramai pembeli karena bertepatan saat hari libur.

Aku memarkirkan motorku di parkiran motor dan langsung bergegas menuju UGD. Setelah sampai sana aku pikir anakku sudah di pindahkan ke ruang opname. Tetapi kenyataan, aku salah.

"Nek, kenapa Azhar masih disini?"

"Perawat minta jaminan kesehatan. Nenek nggak pegang. Semuanya ada di kamu kan?"

"Ah iya, benar juga. Sebentar.."

Dengan cepat aku menuju bagian administrasi berharap agar semua ini segera di selesaikan dengan baik dan aku bisa kembali ke tempat kerja.

"Maaf Bu. Ini jaminan kesehatannya tidak bisa dipakai karena statusnya non aktip."

"Apa?"

"Maaf Bu. Tidak bisa."

"Tapi, Mbak. Bagaimana dengan nasib anak saya ya? Dia demam tinggi bahkan kata Neneknya sempat kejang-kejang."

"Maaf Mbak. Ini sudah prosedur rumah sakit. Kami.... "

Aku sudah tidak bisa mendengar semua ucapannya lagi. Yang ada aku langsung berdiri tanpa permisi. Aku juga sadar sudah dua bulan aku tidak bisa membayar cicilan jaminan kesehatan seperti biasanya.

Akhirnya aku mengalah. Aku membawa mereka keluar dari rumah sakit. Tidak ada cara lain selain membawa ke rumah sakit yang lainnnya. Tetapi aku menyempatkan diri ke salah satu konter HP untuk menggadaikan ponselku di sana. Aku sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain kesehatan dan keselamatan anakku.

****

Pukul 8 malam.

Masa training pertama kerja yang gagal total. Aku benar-benar merasa urat malu ku sudah putus sampai-sampai untuk kembali ke tempat kerja seperti bermuka tembok.

Tidak hanya itu, tatapan sinis dan ilfeel dari rekan-rekan kerja yang tidak ku tahu namanya aja begitu menyiksa banget hawanya. Kalau begini saja, lebih baik aku mundur karena aku sudah terlanjur salah.

Selama jam kerja berlangsung. Aku juga tidak melihat sama sekali si boss itu. Rencananya malam ini aku akan berhenti karena keadaannya benar-benar tidak mengenakkan. Apalagi saat ini, ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tidak ada satupun rekan kerja yang menyapaku. Aku mencoba mewajarkan, mungkin mereka jengkel sama aku di saat toko lagi ramai-ramainya tetapi aku malah telat datang.

Setelah semuanya selesai, aku langsung memutuskan pulang ke rumah. Sebenarnya aku ingin singgah ke rumah sakit yang saat ini bisa menangani anakku, tetapi Nenekku berkata bahwa aku harus pulang dan istirahat. Akhirnya aku mengiyakan.

Sesampainya di depan rumah, aku di kejutkan dengan seorang pria yang berdiri di depan pintu rumahku. Dia memakai jaket hitam sambil memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku jeansnya.

Aku menatapnya dengan waspada. "Maaf cari siapa?"

Dia langsung berbalik dengan raut wajah yang sulit aku tebak. Seketika aku langsung terkejut.

"Boss?"

****

Nah loh, sampai di datangin Boss 😌 kira-kira mau ngapain dia?

Jgn lupa nantikan chapter 4 ya. Terima kasih sudah baca 🙏😊

With Love, Lia
Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Kembalinya MasalaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang