Chapter 28 : POV Keenan

254 40 9
                                    

Aku menatap jam di pergelangan tanganku. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Sedangkan di kanan kiriku orang-orang pada lalu lalang dengan wajah ceria. Tetapi nggak semua sih.

Sementara aku disini..

Berwajah muram karena serasa php in ama mantan.

Salahku juga kenapa malah sibuk berurusan dengan mantan yang sudah bersuami.

Bukannya nggak ada kerjaan. Tapi emang akunya yang lagi nyari kerjaaan karena ada hal penting yang harus aku sampaikan pada Rissa.

"Maaf udah lama menunggu."

Aku langsung tersentak. Tiba-tiba seorang pria datang dengan pakaian gamis duduk di hadapanku. Aku yakin saat ini pengheliataanku tidak salah. Percaya nggak siapa yang datang?

Si brengsek itu!

Eh buset. Lagi otw tobat ya nih orang tiba-tiba datang dengan penampilan agamis?

Perasaan kemarin dia fuckboi garis keras.

Ah dahlah.. Aku do'ain mudahan beneran tobat dan nggak main-main. Biar bagaimana pun kasian Rissa. Walaupun dia mantan, setidaknya aku selalu do'ain dia yang baik-baik.

Lagian, cukup sama orang aja si Ansel ini main-mainnya. Tapi tidak dengan Sang Pencipta yang masih memberinya nafas hanya untuk sebuah kesempatan agar bisa berubah.

Btw..

Malam ini yang aku harapin kan si Rissa. Kenapa yang datang malah suaminya?

Astaga..

Kemarin kemarin aja sok nggak perduli sama Rissa. Giliran gue nongol di antara mereka malah ketar-ketir. Suudzon aja lu bawaannya. Di kira aku pembinor apa?

Aku langsung berdeham menatap ke arahnya. Udah males berlagak segan apalagi pakai sopan segala sama orang macam ginian.

"Mana Rissa?"

"Ada di hati saya."

Fix, aku langsung skeptis. Dada aja rasanya langsung panas begitu mendengar ucapan manisnya yang sebenarnya lebih terdengar seperti suami pencemburu.

"Saya serius."

"Saya suaminya. Kalau ada perlu bisa sampein ke saya."

"Maaf ini privasi."

"Privasi yang menganggu keutuhan rumah tangga pasutri?"

"Anda kalau ngomong jangan sembarangan ya."

"Jangan menyangkal." Dengan santainya Ansel tersenyum puas ke arahku. "Seandainya cuma ucapan biasa seharusnya anda tidak perlu khawatir apalagi pakai privasi-privasi segala kan?"

"Kalau begitu, kenapa kamu membunuh anak kami?"

"Anak kami? Maksudnya?"

"Nggak usah sok polos deh!"

"Jujur saya betul-betul tidak mengerti. Anak siapa yang kamu maksud?"

"Anakku dan Rissa."

Detik itu juga dia langsung terdiam. Lebih tepatnya terkejut. Lihat reaksinya sekarang, seperti tidak menyangka.

"Kenapa kamu bicara seperti itu. Jangan asal menuduh!"

"Kan situ yang maksa nanya permasalahan apa yang ingin saya bahas dengan Rissa. Lagian-"

Brak!

Tiba-tiba Ansel berdiri setelah menggebrak meja cafe dan langsung mencengkram kerah bajuku. Lihat sekarang, aku berhasil memancing dia kan?

"Kalau kamu berniat ingin mengadu domba hubunganku dengan Rissa. Maka hentikan saja! Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan apalagi sampai menuduhku sembarangan!"

"Kalau begitu, jelaskan padaku. Apa hubunganmu dengan Andara? Bukankah kalian saling mengenal satu sama lain?"

Bruk!

Detik itu juga Ansel mendorong tubuhku dengan kasar sampai-sampai aku terjatuh ke belakang. Sesaat orang-orang yang tadinya berlalu lalang tanpa perduli satu sama lain, berubah menjadi tatapan yang bertanya-tanya ke arah kami karena perselisihan ini berhasil menarik perhatian mereka.

"Kenapa? Hah? Aku benar kan?!" ucapku balik.

"Itu bukan urusanmu. Aku memang mengenal Andara! Dia tunanganku yang seharusnya berada di posisi Rissa!"

Setelah mengatakan semua itu, si brengsek ini langsung membalikkan badan. Mungkin dia tidak enak lama- lama menjadi pusat perhatian orang-orang. Tetapi secepat itu pula aku terkejut begitupun dengannya.

Tanpa aku sadari sejak tadi ada Rissa di sudut tempat. Aku tidak tahu sejak kapan dia ada di sana dengan wajahnya yang terkejut.

"Ibu!"

"Ibu!"

Seorang anak laki-laki berusia sekitar 8 tahun berlari ke arah Rissa dan langsung memeluknya. Aku langsung terdiam memperhatikan semuanya. Begitupun dengan Ansel. Bahkan Rissa pun terlihat kebingungan dan sedikit risih dengan anak kecil itu yang kini memeluk seputaran perutnya.

"Ibu! Akhirnya aku menemukanmu."

"Ibu, jangan tinggalkan aku lagi. Aku tidak suka tempat itu... "

****

Halooo🙏 kelamaan hiatus ya😞
Udh 3 mingguan malahh. Susah sih, kalau penderitaan anemia ini ingin konsisten didepan layar hanya utk ngetik narasi per bab 🥺

Tapi..

Makasih udah ikut baca dan ngehargai usaha aku buat lanjutkan kisah ini ya 🤍

Sejujurnya kalian salah satu penyemangat aku utk tetap terus berkarya ✨

Makasih sudah baca. Sehat selaluuu🤍

Maaf sekali lagi 🙏😊

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Kembalinya MasalaluWhere stories live. Discover now