Chapter 27 : POV Rissa

273 40 11
                                    

+628xxx : "Kalau kamu mau tahu apa yang aku bicarakan, datangin aku di sini tanpa siapapun. - Sherlock 📍

Aku masih terdiam menatap pesan singkat yang tadinya sempat di kirimkan kepadaku sebelum dia memasuki mobilnya. Em maksudku si mantan..

Ck, apa pentingnya harus mengetahui semua maksud ucapannya? Harus banget ya gitu? Jujur aku mah ogah. Apalagi sampai datang kesana.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum-"

DEG!

Saat itu juga aku langsung terdiam di tempat. Ini aku nggak salah lihat kan? Kok tiba-tiba Ansel..

"Assalamu'alaikum istriku?"

Mendadak aku langsung berdeham dan langsung sadar oleh keadaan.

"Wa'alaikumussalam."

Aku langsung memilih berdiri dari tempat duduk dan beralih menuju kamar. Aku nggak habis pikir, Ansel habis kesambet apa kok tiba-tiba langsung berubah pakai baju gamis hitam sambil membawa sajjadah?

Bentar..

Apa kepalaku habis kebentur sampai-sampai pengelihatanku salah?

"Sayang kamu mau kemana? Kan aku baru pulang dari mesjid, kok malah pergi?"

Tiba-tiba Ansel mencegah kepergianku. Aku ingin melepasnya tetapi yang ada dia malah menyentuh kepalaku sambil mendoakanku

"Ya Allah, bukakanlah pintu hati istriku agar dia bisa menerimaku dan memaafkanku."

Hah? Apa katanya? Pintu maaf? Astaga, Mulai ngadi-ngadi nih orang. Jangan-jangan dia lagi yang habis kebentur?

"Ya Allah, jadikanlah dia seorang istri yang lembut dan tidak kasar. Aamiin.."

"HEH KALAU BERDOA JANGAN ASAL NYEBUT SEMBARANGAN YA!"

BUG!

"Argh! Sakit Rissa.."

Aku berkacak pinggang karena baru saja menendang selangkangannya yang sialan itu. Selangkangan yang selalu dia pakai buat berzinah sana sini! Padahal sudah ada yang halal didepan mata, yang jelas berpahala, hadiahnya surga. Ini malah pindah haluan otw ke neraka!

Tetapi secepat itu juga dia berdiri dan mengabaikan rasa sakit di selangkangannya yang aku berikan. Ntah nggak terlalu sakit apa gimana, yang jelas aku nyesel kalau sampai tendangan tadi bener-bener nggak kerasa.

"Kamu sudah sholat sayang?"

Aku langsung skeptis. "Tumben nanya sudah sholat apa belum?"

"Emang salah? Enggak kan?"

"Nggak salah. Tapi pernah nggak kamu nanya gimana kabar aku? Duit bulanan masih ada? Skincare kamu sudah habis? Isi rekening aman? Anak gimana?"

"Oh jadi itu mau kamu?"

"Enggak! Udah eneg!"

Bukannya marah, dia malah senyum senyum nggak jelas. Tapi apa yang aku ucapin tadi nyatanya begitu. Bukankah hidup seorang istri itu memang harus realistis?

"Kamu lagi ngejokes atau gimana sih? Jangan bilang habis baca komik siksa neraka tiba-tiba langsung berubah kayak gini.."

"Kamu nggak usah heran lihat aku yang sekarang. Namanya juga mau hijrah. Jadi butuh proses. Ansel yang dulu sudah berubah. Oh iya, mending kamu sholat dulu. Setelah itu kita makan di luar."

"Aku udah kenyang. Makan aja sendiri."

"Atau kamu ada janji sama orang lain yang bukan siapa-siapa kamu?"

Aku langsung terdiam. Sementara dia menatapku dengan serius. Saat itu juga Ansel mendekatiku dengan gesture tubuhnya yang santai sampai akhirnya dia memegang kedua lenganku. Apalagi sampai menatapku dengan lembut.

"Bener ya? Kamu ada janji sama orang lain? Padahal tadinya aku cuma menebak aja."

"Boleh aku temenin? Aku cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa apalagi kita di kota orang."

"Ansel.."

"Aku janji nggak bakal ganggu kok. Aku bisa nunggu jauh-jauh."

Tiba-tiba Ansel menyentuh wajahku dan menelusurinya dengan pelan.

"Maaf ya, gara-gara aku wajah kamu sampai enggak keurus begini. Sementara aku sendiri malah glowing dari dulu. Mulai sekarang aku akan belajar meratukanmu, Rissa. Boleh?"

"Ansel.."

Jujur aku bingung harus bicara apa. Bahkan sampai sekarang aku nggak bisa berkata apa-apa lagi dengan semua sikapnya yang begitu mendadak malam ini. Seseorang pernah bilang, kesempatan akan selalu ada untuk orang-orang yang ingin berubah. Apalagi ke jalan yang benar.

Tetapi masalahnya..

Di saat situasi aku yang dulunya pernah terjatuh dan kembali bangkit dengan cara mewaraskan diri. Apakah aku sendiri masih bisa menerima kesempatan kedua darinya apalagi semua yang dia lakukan untuk aku?

"Aku tahu kamu selalu banyak berpikir tentang menerima atau menolak. Sejujurnya, aku juga tidak ingin pesimis."

"Bukan begitu." Aku menggeleng pelan. "Ansel aku-"

"Jangan terlalu banyak berpikir. Biarkan semuanya mengalir apa adanya. Hm? Aku hanya bisa berusaha tetapi kamu yang akan menilai bagaimana diriku. Dan semesta yang akan membawa takdir kita berdua.."

****

Rissa lagi di mode terombang ambing antara iya atau enggak 😊

Maju melangkah ke depan atau mundur perlahan..

Memilih memberi kesempatan itu atau tidak yang kedua kalinya..

Iya kan? 🤍

Maksih ya udah baca. Sehat selalu buat kaliannn...

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Kembalinya MasalaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang