Chapter 4 : Keenan

535 73 18
                                    

Aku tahu dia bakal bereaksi terkejut seperti ini. Kalau orang di datangin tamu udah kayak B aja. Tapi kalau tiba-tiba di datangin mantan. Apa iya kita cuma B aja? Aku rasa enggak.

Contohnya si cheesey ini. Ah, salah, maksudku Rissa. Maaf menyebutnya Cheesey. Ini karena aku lagi teringat masalalu yang dulunya dia suka banget sama yang namanya keju. Gara-gara dia suka keju, itu menjadi salah satu alasan kenapa aku masuk sekolah jurusan tata boga.

Karena aku suka masakin dia. Apapun itu. Terutama makanan yang ada kejunya. Saat itu, bahagiaku cuma sederhana. Membuatkan makanan favoritnya untuk dia yang dulunya aku cintai.

Bahkan aku masih ingat wajahnya yang berbinar bahagia ketika melihat aku memasak.. Dan itu kenangan yang masih membekas sampai sekarang. Walaupun sebenarnya aku sudah bisa move on.

"Boss ada perlu sama saya?"

Aku melangkah pelan dan berdiri di hadapannya meskipun masih menyisakan jarak di antara kami.

"Kenapa tadi telat masuk?"

"Maaf Boss urusan pribadi."

"Seharusnya kamu bisa menghubungi saya."

"Maaf, saya tidak memiliki ponsel."

Bahkan aku tidak percaya kalau sekarang ini dia nggak punya ponsel. Aku bisa melihat sendiri kalau tadi siang ponselnya itu masih ada.

"Saya harap kamu tidak mencari alasan hanya untuk main-main bekerja. Saya sengaja kemari karena saya ingin menegur kamu di luar lingkungan kerja."

"Kalau Boss mau negur saya didepan rekan kerja. Saya nggak masalah. Saya bisa terima."

"Saya bukan tipe atasan yang suka menegur kesalahan karyawan didepan orang lain apalagi ditempat umum."

Aku menatapnya sejenak. Tanpa sengaja tatapanku beralih ke arah tas plastik dari toko kami yang didalamnya masih ada sekotak kue donat. Bukankah tadi siang donat itu pemberian salah satu customer? Tumben sekali dia nggak langsung makan. Biasanya kalau sudah urusan keju dia..

"Dan saya mau mengundurkan diri." ucap Rissa tiba-tiba. Aku cukup terkejut.

"Jadi kamu nyerah dan nggak sanggup?"

"Bukan keduanya."

"Lalu?"

"Saya-"

"Atau kamu memang nggak nyaman sama aku?"

Lagi-lagi tanpa sengaja aku mengucapkan secara spontan. Tidak ada lagi ucapan formal antara boss dan karyawan setelah aku mengucapkan kata 'Aku Kamu'

Rissa menatapku sesaat. Kedua matanya seperti menyorotkan kesedihan mendalam ntah itu apa. Jika dia di kamar dan sedang sendirian. Aku yakin saat ini dia akan menangis. Tetapi seperti yang aku tahu, Rissa bukan tipe cewek yang cengeng dan mudah menangis kecuali ada hal yang benar-benar menyakitkan dan dia tidak bisa mengobatinya.

"Enggak juga."

"Enggak juga berarti iya?"

"Kenapa Boss jadi banyak tanya apalagi ke sini malam-malam secara pribadi dan dari mana tahu alamat saya?"

"Kamu lupa kalau saya dulunya pernah kesini?"

"Boss-"

"Dan saya tidak pernah melupakan apapun tentang kamu. Termasuk... " Aku terdiam sesaat. "Alamat rumah kamu.. "

Lagi..

Kenapa dalam berapa jam terakhir aku berucap secara spontan membahas masalalu sama dia?

Rissa terlihat menarik napas dalam-dalam. Ia memejamkan matanya sejenak sambil berkacak pinggang.

"Boss, bisa pulang sekarang? Besok saya akan kembali mendatangi anda di ruangan dan membahas soal pengunduran diri saya."

"Rissa-"

"Saya lelah boss dan mau istirahat."

Rissa melangkah ke samping hanya untuk melalui diriku. Aku jadi gemas sama dia karena belum selesai membahas soal pekerjaan, terutama alasan dia kenapa telat datang setelah jam istrahat. Tetapi semua salahku juga, kenapa juga mendadak aku nggak bisa mengontrol perasaan campur aduk ini ketika berhadapan sama dia.

"Boss, please.. "

"Saya belum selesai bicara sama kamu. Jadi tolong-"

"NGGAK ADA YANG PERLU DISELESAIKAN KARENA KITA SUDAH SELESAI SEJAK DULU!"

Aku langsung terbungkam. Seperti habis terkena Ultimatum blak-blakan dari dia. Saat itu juga air mata terlihat menetes di pipi Rissa hingga tanpa sadar hatiku langsung ikut tertusuk.

Sakit..

"Rissa, aku nggak bermaksud-"

"SATE TE SATE! SATE AYAM, SATE KAMBING!"

Tiba-tiba tukang sate lewat di saat situasi kami sedang melok-melownya. Tanpa sadar aku dan Rissa sama-sama menoleh ke arah tukang sate yang ada didepan mata kami.

"Satenya, Mbak? Mas?"

"Enggak, Pak. Makasih."

"Kamu mau sate?"

Dengan santainya aku menawarkan sate pada Rissa setelah sebelumnya kami sempat berada di momen drama masalalu yang kembali terungkit

"Enggak! Makasih!"

"Kalau enggak berarti iya," Aku langsung menoleh ke tukang sate. "Pak sate ayamnya 2 porsi ya. Satu porsinya pedes, yang satunya enggak. Oh iya yang nggak pedes bumbu kacangnya dikit aja ya Pak."

Aku tahu Rissa tidak suka pedas dan bumbu kacang yang terlalu banyak. Lalu akhirnya aku kembali menatap Rissa yang kini menatapku tidak suka.

"Saya nggak minta. Kenapa boss belikan?"

"Saya mau kasih rezeki. Ah salah, maksudnya. Ini rezeki dari Allah. Anggap aja perantaranya dari saya."

"Tapi, Boss-"

"Kamu dulu suka sate. Jadi saya nggak masalah belikan kamu sate."

Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan kami. Mobil itu terparkir dengan rapi dan masih berjarak dengan tukang sate itu.

Pintu terbuka pelan, seorang pria keluar dengan stylenya yang formal seperti penampilan direktur sehabis pulang kerja. Pria itu akhirnya berjalan ke arah kami dan berdiri dengan gayanya yang terlihat angkuh.

Aku akui, pria itu memang tampan bahkan dari penampilannya saja sudah memperlihatkan kalau status sosialnya itu orang berada.

"Apakah kedatanganku mengganggu obrolan manis kalian?"

"Ngapain kamu kesini!" Tiba-tiba Rissa maju selangkah. Aku melihat mereka secara bergantian.

"Tentu saja aku pulang ke rumah. Kamu lupa kalau aku masih ayahnya Azhar?"

Hah? Ayah?

Mendadak aku ngeblank..

Azhar? Siapa Azhar? Ayahnya Azhar? Berarti Azhar itu anak kecil? Begitu kan maksudnya?

Rissa terlihat emosi. "Lebih baik kamu pergi dari sini!"

Bukannya menjawab, pria angkuh ini malah mendekati Rissa dengan senyumannya yang sinis. Tanpa di duga dia memegang lengan Rissa. Bahkan ntah kenapa hanya melihat dia aja rasanya pengen nonjok.

"Aku suamimu Rissa dan beraninya kamu mengusirku?"

"Apa?"

Tunggu. Tunggu sebentar..

Aku nggak salah dengar kan?

SUAMI?

Jadi pria ini, dia...

****

Langsung kaget di tempat 🙂

Makasih sudah baca. Terus ikutin kisah ini ya, jngan lupa nantikan chapter 5 POV Rissa ✨

Sampai jumpa lagi.. 🥰🥰

With Love, Lia

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Kembalinya MasalaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang