Chapter 9 : POV Rissa

312 53 16
                                    

Keesokan harinya..

Aku tersenyum sambil memeluk Azhar dengan penuh rasa bersyukur. Akhirnya putraku sudah di perbolehkan pulang setelah di opname selama 4 hari. Hari ini aku masuk sift malam. Jadi sebelum bekerja, aku menyempatkan waktu menjemputnya ke rumah sakit.

"Kak.."

"Hm?"

"Serius Kakak sudah dapat kerja."

"Menurutmu?"

"Sudah sih."

"Yaudah nggak usah banyak tanya."

"Kok sewot amat sih jawabnya. Lama-lama kalau tegang bisa cepat tua loh!"

"Biarin. Itu lebih baik supaya nggak ada lagi cowok yang dekatin aku."

Saat itu juga kami sama-sama terdiam. Adikku terkejut dan aku pun juga merasakan hal yang sama.

Astaga.

Kok malah keceplosan begini sih? Dasar bodoh kamu Rissa...

Bisa-bisanya aku berkata urusan pribadi di depan adikku sendiri.

"Serius Kak? Syukur deh kalau Kakak bakal nikah lagi. Setidaknya biar aku nggak repot jagain Azhar mulu."

"Heh! Gitu-gitu keponakanmu ya!"

"Iya sih, tapi kalau di suruh jagain terus kapan aku bebasnya? Masa iya aku harus menghabiskan masa bujangku jagain bocil. Kalo di gaji sih, okelah ya.."

Saat itu juga aku refleks memukul jidatnya. Tak perduli kalau dia sampai protes.

"Kak!"

"Kalau mau dapat gaji cepat cari kerja sana! Nggak malu apa jadi laki-laki males kerja?!"

"Dih, siapa bilang aku pengangguran. Gini-gini aku kerja loh Kak."

"Kerja apa? Ngepet?"

"Sembarangan! Ada deh!"

"Awas loh ya kalau sampai aneh-aneh. Siap-siap aja bakal aku tendang dari rumah."

"Kakak pikir aku takut? Sorry ya, malahan aku berharap cepat di usir supaya nggak di suruh jagain Azhar. Lagian, di luar sana masih banyak janda kaya yang bakal siap mengadopsi bujangan kayak aku."

Aku kembali memukul kepalanya. Tetapi secepat itu dia menghindar dan pergi. Aku menghela napas. Dia benar-benar adik yang durhaka! Tetapi aku nggak bisa menepis dengan semua ucapannya.

Kalian percaya kalau adikku yang baru lulus sekolah SMK itu benar-benar jago dalam mengurus anak kecil?

Bahkan dia bisa memandikan Azhar, memasak makanan khusus Azhar, menyuapi, bahkan mengganti pampersnya. Walaupun kita tahu sendiri biar bagaimana dia tetaplah anak laki-laki yang tidak sesempurna seorang ibu yang lebih handle dalam mengurus anak.

Aku menggendong Azhar sambil melangkahkan kaki menuju bagian farmasi untuk mengambil obat lanjutan rawat jalan. Sesampainya disana, aku terkejut begitu melihat Si buaya darat, Ayahnya Azhar.

Ya ampun.. Dia lagi dia lagi..

Kenapa sih hidupku harus bertemu dengan pria dajjal macam ginian? Kalau nggak dia, ya si mantan itu. Benar-benar miris.

"Ini obatnya.. "

Aku terkejut. Bisa-bisanya dia menyerahkan obat Azhar padaku. Bahkan sejak kapan dia ada disini?

"Makasih!"

"Eittsss.. "

Dia tersenyum angkuh ke arahku sambil menarik kembali obat yang dia pegang. Maksud dia apa coba?!

Kembalinya MasalaluWhere stories live. Discover now