Chapter 30 : POV Keenan

236 37 5
                                    

Setelah Rissa pergi aku langsung fokus kepada anak kecil yang sempat memanggil Rissa Ibu. Tepatnya seorang anak laki-laki kisaran umur 8 tahun.

Dan juga..

Semenjak aku mengetahui masalah terbesar di masa lalu antara aku dan Rissa yang sudah terungkap, ya walaupun baru sebagian sih karena doi membatasi diri dan tutup mulut. Ntah kenapa saat itu juga aku nggak mau lengah lagi. Bahkan secuil apapun itu..

"Dek.. "

"Om cepat pergi dari sini!"

Tiba-tiba bocah ini langsung menarikku pergi dan bersembunyi. Lucunya lagi aku malah ngikut aja. Tapi aku sendiri tidak berbohong karena sebenarnya ada dua orang pria berpakaian preman terlihat tengok kanan kiri mencari kami.

"Dek, sebenarnya kamu ini ada masalah apa?"

Anak ini tetap terdiam meskipun sejak tadi aku juga ikutan was-was. Sembari memperhatikan sekitarnya, aku mencoba mengajaknya ke suatu tempat yang sekiranya aman.

Dan benar aja dugaanku, sekiranya sudah aman. Aku langsung melanjutkan langkahku dan ntah kenapa aku malah membawanya masuk ke dalam mobil.

"Om, apakah kita akan baik-baik aja disini? Kita enggak salah masuk mobil kan?"

"Jadi kamu ragu kalau ini mobil saya?"

"Ya ragu sih.."

"Heh, syukur-syukur kamu saya tolong ya.."

"Ya bukannya apa, soalnya muka-muka kayak om gini lebih cocok punya sepeda ketimbang mobil."

Aku langsung terdiam dan menatap ke diriku sendiri. Sebenarnya, malam ini aku cuma memakai kaos oblong biasa warna putih dan celana pendek tapi masih menutup lutut. Pokoknya penampilan yang biasa biasa aja karena tadinya aku pikir cuma mau ketemu Rissa perihal urusan penting dan itupun cuma sebentar doang.

Meskipun endingnya gagal total.

"Kenapa diam, Om? Emang bener kan, ini bukan mobil Om? Atau jangan-jangan ini mobil malingan?"

Aku langsung mengumpat pelan. Ni bocah beneran nggak tahu tanda terima kasih ya. Di tolong malah nggak sopan!

Aku menatap sinis ke anak ini. Tapi di satu sisi aku juga nggak mau buang-buang waktu.

"Oh iya, kamu belum jawab pertanyaan saya. Jadi kamu ada masalah apa sampai-sampai di kejar sama orang-orang tadi?"

"Soal itu... "

Tiba-tiba suara perut berbunyi. Dan itu berasal dari perut bocah ini. Aku langsung berdeham dan sadar sepertinya ni anak belum makan.

"Kamu belum makan?"

"Ada uang nggak Om? Agar silaturahmi tetap terjaga, bayarin saya makan boleh Juga."

"Tapi enggak gratis."

"Kok om pelit banget sih?"

"Di dunia ini nggak ada yang gratis."

"Terus bayarnya pakai apa? Kan saya enggak kerja. Ini aja saya kabur."

"Bayar pakai jawaban dan harus jujur. Itu sudah cukup."

"Penting banget ya Om?"

"Tinggal jawab jujur, perut kamu bakalan kenyang."

"Asal Om punya uang yang penting saya nggak kelaparan."

"Dih... " kesalku dalam hati.

Amit-amit dah jangan sampai punya anak kayak gini kelakuannya kalau sudah besar.

****

Beberapa jam kemudian...

Aku menatap bocah ini dengan penuh kesabaran yang luar biasa. Bayangin dah..

Kembalinya MasalaluWhere stories live. Discover now