Chapter 7 : POV Rissa

379 65 13
                                    

Keesokan harinya.

Hari senin. Hari yang memang membosankan untuk para pekerja aktip yang datang pagi-pagi ke tempat pencari nafkah. Mungkin nggak semua orang merasa bosan. Tetapi untuk aku, jujur saja kalau sudah hari senin dan berangkat kerja pagi rasanya nggak semangat.

Tetapi biar bagaimana pun kita harus mensyukurinya. Secapek-capeknya kerja. Lebih capek lagi jadi pengangguran.

Hari senin pagi dan berpartner dengan mantan adalah paket komplit ayam geprek level pedas. Yang artinya sudah tahu kita bakal kepedesan dan beresiko sakit perut, kenapa masih saja mau memakannya?

Sama kayak si Boss itu. Kalau nggak mau sakit hati itu kembali terulang, maka janganlah ketemu mantan.

Tetapi mau gimana? Namanya sikon lagi terdesak memenuhi kebutuhan hidup. Maka harus di jalankan. Daripada nggak bisa beli beras.

Aku baru saja memarkirkan motorku di parkiran khusus karyawan toko kue. Setelah itu aku memasuki tempat kerja. Tetapi sebelum memulai semuanya, aku punya kebiasaan yang sudah aku lakukan sejak dulu. Pergi ke toilet hanya untuk bercermin didepan wastafel dan mempersiapkan semuanya. Namanya juga cewek. Jadi wajar-wajar aja kan?

Tiba-tiba aku terdiam sejenak. Aku mencium aroma parfum yang sangat familiar. Aku memejamkan mata sejenak, menghirup aroma pheromon soft yang benar-benar menenangkan jiwa. Jujur, aroma ini aroma soft yang aku suka.

Karena waktu terus berjalan, akhirnya aku kembali mendekati pintu toilet yang ada didepan mata. Aku langsung membukanya. Tetapi secepat itu juga aku langsung terdiam. Pantas aroma parfum tadi familiar. Aku baru ingat aroma ini adalah aroma favorit pilihan si boss sejak dulu.

Nah kan.
Mulai lagi teringat mantan..

Jengkelnya aku!

Tetapi aku tetap saja tidak perduli. Aku langsung masuk dan berdiri didepan wastafel. Diam-diam aku merasa kesal. Kenapa toko ini tidak membuat toilet khusus cewek dan khusus cowok?!

Payah banget. Kita sebagai cewek kayak nggak punya privasi jadinya..

"Bagaimana tidurmu tadi malam. Nyenyak?"

Dih, ngapain dia nanya begitu segala? Bikin aku tambah ilfeel. Serius..

"Boss ngomong sama saya?"

"Menurut kamu siapa lagi yang ada di sini selain kita?"

"Setan."

"Memangnya kamu bisa lihat?"

"Kebetulan yang ngomong sama saya sekarang memang setan nya."

Aku kembali diam tidak perduli. Sementara mulutnya sudah bergerak kecil seperti ingin protes.

Aku pun mengeluarkan beberapa perlengkapan yang wajib aku bawa kemanapun dari dalam tas. Ada bedak, lipgloss, pelembab bibir dan juga oil face papper.

"Selera kamu dari dulu nggak berubah ya. Masih memakai merek lipgloss yang sama."

Ni cowok kenapa sih? Dari tadi nyerocos mulu kayak angsa? Sesungguhnya dia lebih mirip dengan buaya darat ketimbang angsa.

Dan juga..

Mana janjinya yang katanya nggak bakal bahas masalalu?  Kalau bukan karena gaji 8 juta aja benar-benar minggat aku dari sini?!

"Masalah buat anda?"

"Tidak. Justru saya malah tersanjung karena merek yang kamu pakai barusan adalah pilihan saya sejak dulu."

Aku tersenyum sinis. Setelah memakai lipgloss itu aku malah membuangnya ke tempat sampah. Padahal tanggal kadaluarsanya masih lama. Ntah kenapa sesuatu yang berhubungan dengan mantan, aku langsung membuangnya.

Kembalinya MasalaluWo Geschichten leben. Entdecke jetzt