Chapter 26 : POV Keenan

254 50 15
                                    


Akhirnya rasa kejengkelan yang aku save selama ini terlampiaskan juga. Sejak pertama kali aku bertemu dengan pria brengsek ini, aku sudah ingin memukulnya. Tetapi karena aku menghargai Rissa, aku tidak bisa melakukannya.

Apalagi setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya kalau almarhumah istriku menyimpan foto Ansel, aku tidak bisa diam aja tanpa bertindak apapun.

"Sudah cukup adu jotosnya?"

Pandangan sengitku yang sejak tadi tertuju pada Ansel, langsung beralih ke arah Rissa. Anehnya, dia malah berdiri dengan gayanya yang santai sambil memegang sebungkus snack kesukaannya. Seolah-olah apa yang dia lakukan saat ini seperti sedang menonton aksi pertunjukan baku hantam dua lelaki.

Kupikir dia bakal melerai kami. Ternyata aku salah. Ya wajar sih, cewek kalau udah sakit hati mana ada respek respeknya buat nolongin cowok yang sudah jahat sama dia.

"Belum cukup!" ucapku kesal. "Boleh nggak aku tetap mukul lakimu yang bajingan ini?"

"Bajingan? Nggak salah ya? Cermin kok ngomong sama cermin!"

Lah? Bisa-bisanya gue di sama-samain dengan lakinya! Aku sudah ingin menonjok rahang Ansel tapi secepat itu tangan Ansel menghalangi tanganku.

"Berhenti memukulku!"

Detik itu juga dia menendang perutku hingga aku tersungkur ke atas tanah. Aku memegang perutku dan meringis kesakitan. Tendangannya cukup kuat. Dia pun berdiri sambil mengusap bercak darah yang menempel di sudut bibirnya sambil menatap ke arah Rissa.

"Rissa, kemana rasa kasihan kamu?Suamimu lagi di hajar, kenapa kamu malah diam aja?"

"Hati nuraniku buat kamu sudah hilang. Jadi maaf, jangan banyak berharap."

"Apa?"

Aku menarik sudut bibirku dan tersenyum puas begitu mendengar jawaban Rissa. Rissa yang aku kenal, memang begitu sifatnya sejak dulu. Tidak pernah berubah. Akhirnya aku tertawa sampai akhirnya mereka melihat reaksiku saat ini dan berhasil membuat Ansel marah.

"Pergi dari sini! Jangan ganggu rumah tangga kami apalagi hanya untuk beralasan ingin bertemu Rissa."

Tunggu? Rumah tangga? Wkwkw.

"Maaf? Saya nggak salah dengar nih? Sejak kapan kalian menganggap hubungan kalian benar-benar seperti rumah tangga? Dih!"

Tiba-tiba dia mendekatiku, tetapi secepat itu Rissa berdiri di antara kami. Dia memunggungiku sambil bersedekap menghadap Ansel.

"Berhenti bersikap seolah-olah kamu adalah suami yang pencemburu. Oke?"

"Ya nggak bisa gitu dong! Lagian kalian bukan siapa-siapa dan bukan mahram-"

"Tahu apa kamu soal mahram? Nggak usah sok jadi orang yang paling ngerti agama sementara kamu sendiri enggak pernah bisa jaga jarak sama wanita lain yang bukan siapa-siapamu!"

"Rissa!"

Astaga, drama pasutri. Ck..

"Bukan mahram ya?" Aku langsung menyela ucapan mereka.

"Kalau begitu,  bisa jelasin ada hubungan apa kamu dengan almarhumah istriku Andara? Bukankah kalian bukan mahram Atau tanpa aku sadari dulunya diam-diam kalian punya hubungan lebih dari teman?"

Rissa terkejut mendengar semua ucapanku. Dia langsung membalikan badan dan menatapku.

"Apa maksudmu?"

Setelah itu aku mengantongi ponselku. Aku memundurkan langkahku dan menatap mereka. Aku bersedekap sambil memperhatikan keduanya. Terutama Ansel. Dia seperti kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapanku. Atau mungkin sekarang ini dia malah kaget.

Sementara Rissa, dia terlihat menatap serius ke arah ponselnya karena beberapa detik yang lalu aku mengirimkan pesan singkat kepadanya dengan nomor baru. Meskipun nomorku di blokirnya, tidak sulit membuatku untuk menemukan kembali nomornya.

Tepat saat itu, sebuah mobil jenis alphard datang menepi. Jemputanku sudah tiba. Aku kembali menatap keduanya.

"Mungkin ini hanya sementara. Tapi aku yakin, tidak ada yang namanya kekalahan selama kebenaran belum terungkap. Termasuk apa yang kalian sembunyikan."

"Terutama kamu, Rissa.. "

****

Auto langsung terbungkam mereka 😌

Halo, makasihh ya udah baca...
Sehat selalu buat kaliannn🥰🥰

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Kembalinya MasalaluWhere stories live. Discover now