34. Keributan Di Kantin

111 12 0
                                    

-happy reading-

Nara berjalan sambil membawa nampan berisikan pesanannya dan Luna ke meja mereka, dan Luna sedang duduk di bangkunya sambil memainkan handphonenya. Mereka sekarang berada di dalam Kantin, yang sudah sangat ramai dengan murid-murid lain. Nara pun menaruh nampan itu di meja mereka berdua.

"Kamu pesan mie ayam 'kan, Lun?" tanya Nara memastikan bahwa pesanan Luna yang ia pesan tidak salah.

"Mantap. Bener kok." jawab Luna sambil mengacungkan jempolnya kepada Nara.

"Oke deh kalau gitu." ucap Nara sambil menghela nafas karena pesanannya tidak salah. Namun saat ia akan duduk di kursinya, tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk pelan bahunya. Spontan Nara membalikan badannya dan melihat langsung siapa yang menepuk pundaknya. Ternyata itu Aksa.

"Eh, Aksa, ada apa?" tanya Nara kepada Aksa sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Gue mau kembaliin buku lo yang ketinggalan waktu itu." jawab Aksa sambil memberikan buku yang bergambar beruang itu.

"Ah, ya, makasih ya, Aksa." balas Nara sambil tersenyum kepada Aksa dan menerima buku itu dari tangan Aksa.

"Hm." Aksa membalasnya dengan deheman kecil dan wajahnya yang datar tanpa emosi.

"Waduh, Sa, ada yang cemburu nih." celetuk Zaidan kepada Aksa, sambil berdiri di sebelah Aksa dan menyenggol bahunya.

"Apaan sih, lo." ucap Reyga sambil menatap Zaidan dengan kesal.

"Biarin dia ngerasain apa yang si Nara rasain." celetuk Sean. Dan Sean melenggang pergi ke meja milik mereka.

Nara menatap bingun kearah Sean yang mengatakan namanya. Namun Sean seperti tidak peduli dan dia memilih untuk duduk di kursi kosong sambil memainkan handphonenya. Sedangkan Reyga hanya diam sambil berdecih kecil. Nara tidak tahu apa yang di maksud oleh Sean, dan sepertinya mereka berdua sedang bermusuhan. Entahlah.

"Um.. Reyga kamu bisa anterin aku ke Gramedia gak nanti pulang sekolah?" tanya Nara kepada Reyga. Namun saat Reyga ingin menjawab, tiba-tiba saja ada suara seorang perempuan yang menyeletuk.

"Reyga, lo nggak lupa 'kan nanti pulang?" tanya seorang perempuan kepada Reyga. Ternyata itu, Vanessa. Nara menghela nafas lalu menunduk kepala.

"Dih, najis." gerutu Luna kecil namun bisa di dengar oleh Nara.

"Nar, gapapa 'kan aku antar Vanessa?" tanya Reyga kepada Nara yang justru hanya diam saat Vanessa datang.

"O-oh, iya, boleh kok." jawab Nara sambil tersenyum kecil kepada Reyga dan Vanessa.

"Makasih ya, Nar. Gue pinjam pacar lo dulu." ucap Vanessa yang membuat Nara sedikit sakit hati mendengar perkataannya.

"Dih, pinjam kata lo? Murahan lo ngambil pacar orang?" sindir Luna sambil berdiri dari duduknya karena sudah kesal melihat tingkah laku Vanessa.

"Gue bukan murahan ya! Gue cuma mau minta tolong Reyga, lagian pacarnya aja nggak keberatan." balas Vanessa sambil menatap sinis kearah Luna dan melipat kedua tangannya.

"Sumpah, lo titisan medusa ya? Tega banget lo nggak hargain perasaan pacar si Reyga!" ucap Luna dengan tegas sambil menunjuk kearah Vanessa, dan wajahnya yang sudah merah.

"Luna-"

"Diem, Nar! Lo kalau nggak bisa ngomong biar gue yang ngomong!" ucap Luna sambil menepis tangan Nara yang memegang tangannya. Luna pun kembali menatap kearah Vanessa.

"Heh, Medusa! Percuma lo cantik tapi kelakuan ngambil pacar orang!" sindir Luna lagi dan menatap Vanessa dari atas sampai bawah.

"Setan banget lo ya!" ucap Luna lagi yang sudah tidak tahan melihat Nara yang hanya mengiyakan saja ketika pacarnya bersama perempuan lain.

"Ngapain lo yang ribut?! Orang pacarnya setuju-setuju aja!" balas Vanessa sambil berjalan kearah Luna.

"Bener nggak punya hati lo Medusa! Lo kalau bener-bener perempuan, seenggaknya lo ngertiin perasaan sesama perempuan lah, bajingan!" Luna berteriak sambil menarik rambut Vanessa dengan kencang, sehingga membuat seisi kantin ribut melihat Luna dan Vanessa.

"Lepasin!" teriak Vanessa sambil berusaha melepaskan tangan Luna dari rambutnya.

"Gatel banget lo jadi cewek!" teriak Luna yang semakin besar dan masih menarik rambut Vanessa.

"Woiii!!" semua orang yang berada di kantin berseru kencang melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka.

"Luna udah!" ucap Nara meleraikan mereka berdua sambil memegang tangan Luna.

"Lun, udah Lun." ucap Sean juga sambil memegang bahu Luna.

"Waduhh kacau nih.." celetuk Bima sambil menggelengkan kepalanya tidak minat untuk meleraikan keduanya. Sedangkan Reyga memegang tangan Vanessa sambil menariknya. Yang tak luput dari pandangan Nara saat Reyga memegang tangan Vanessa.

Keduanya telah terlepas dan di jauhkan karena takut akan terulang seperti tadi.

"Minggat lo sana Medusa! Dan jangan taruh muka Lo di hadapan gue lagi!" teriak Luna.

"Najis!" setelah mengatakan itu Vanessa pergi dari kantin dengan rambut yang berantakan. Dan seisi kantin menyuraki Vanessa. Dan Reyga pun langsung mengejar Vanessa saat Vanessa pergi. Nara, hanya tersenyum gentir melihat Reyga yang mengejar Vanessa.

"Udah sekarang lo nggak usah ada hubungan apa-apa lagi sama si Reyga bajingan itu, Nar." ucap Luna kepada Nara yang masih tersulut emosi.

Namun Nara hanya diam sambil menundukkan kepalanya dan menggenggam erat buku yang berada di tangannya dengan erat. Jujur saja Nara sangat sakit hati saat melihat apa yang ada di hadapannya tadi.

"Guys, kita biarin aja si Reyga kalau kita di basecamp, udah keterlaluan emang tu orang." celetuk Sean kepada para sahabatnya. Dan mereka mengangguk kecil. Lagian mereka tidak menyangka Reyga akan seperti itu, dan lebih memilih teman perempuan sekelasnya dari pada pacarnya.

"Bajingan banget si Reyga, gue nggak nyangka." ucap Zaidan sambil menggelengkan kepalanya.

"Udah di kasih spek bidadari, malah milih spek tante-tante satu malam njir." ucap Bima dan mengelus dadanya melihat kelakuan sahabatnya.

"Nggak bersyukur emang orangnya." cibir Sean dan masih memegang pundak Luna yang masih tersulut emosi.

Nara hanya menghela nafas sambil terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus mengatakan apa saat hatinya sudah sakit. Tiba-tiba saja Aksa memegang bahu Nara.

"Gue aja yang antar lo ke Gramedia, ya?" Aksa menatap Nara yang masih menunduk kepalanya, dan menunggu jawaban dari Nara.

Nara mendongak menatap Aksa. "Kamu bisa?" tanya Nara kepada Aksa.

"Bisa buat sahabat gue." jawab Aksa sambil tersenyum kecil kepada Nara. Dan senyuman nya sangat kecil sampai Nara yang bisa melihat senyuman itu.

Nara tersenyum kecil, lalu menjawabnya dengan anggukan kecil tanpa mengatakan apapun kepada Aksa. Tanpa Aksa sadari, Sean tersenyum kepadanya saat melihat Aksa berinteraksi dengan Nara.

-to be continued-

Jangan lupa vote dan comen(•ө•)♡



REYGA Where stories live. Discover now