12- Gadis kecil

1.1K 74 4
                                    


-happy reading-

Seorang gadis kecil tengah merikuk di sudut gudang menangis sambil memeluk lututnya. Ia menangis akibat telah membuat kesalahan yang sangat fatal. Ia telah memecahkan guci berharga milik bunda nya. Sehingga bunda nya marah besar dan menghukumnya di dalam gudang dan menguncinya dari luar.

Gadis kecil itu sesekali meringis kesakitan ketika merasakan punggungnya terasa panas akibat pukulan yang diberikan bunda nya yang begitu keras hingga menimbulkan memar pada punggung kecilnya.

"Bunda marah ya sama Nara?" monolog gadis kecil itu yang di ketahui namanya adalah Nara. Leonara Lakeisha, gadis kecil dengan paras cantik dan lucu yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya di buat gemas dengan wajahnya yang bulat dan kulit putih.

"Nara lapar, Nara tadi belum makan." monolog Nara sembari mengusap perutnya yang berbunyi.

Nara berdiri lalu berjalan kearah pintu gudang yang terkunci dari luar. Nara mengetuk pintu gudang itu dengan kuat agar siapapun yang lewat bisa mendengar nya.

Tok tok tok

"Bunda Nara lapar, Nara ingin makan." ujar Nara dari dalam gudang.

Bi Eni yang kebetulan melewati gudang terdiam sekejap. Lalu menatap pintu gudang dengan raut wajah bingung, tadi ia tidak sengaja mendengar suara anak kecil dalam gudang itu. Tanpa banyak basa-basi bi eni langsung mendekati gudang.

"Bunda Nara lapar!" pekik Nara dari dalam gudang. Bi Eni yang mendengar suara Nara dari dalam gudang langsung membuka pintu gudang yang terkunci.

"Non Nara," panggil bi Eni kepada Nara saat melihat Nara terduduk lemas di sisi pintu.

Nara mendongak menatap bi Eni, "bi Eni!" pekik Nara langsung memeluk tubuh bi Eni. Bi Eni merasa iba melihat Nara lagi lagi di kurung di dalam gudang oleh bunda nya, Sungguh kejam.

"Bi Eni Nara lapar,"

Bi Eni mengangguk lalu membawa Nara keluar dari dalam gudang. Bi Eni membawa Nara ke dapur khusus untuk ART memasak, lagi pula jika bi Eni membawa Nara ke dapur utama mungkin Nara akan di marahi lagi dan bundanya tidak segan untuk menghukum Nara lebih berat.

Bi Eni mengambil lauk pauk untuk Nara makan. Nara menduduki dirinya di lantai sambil mengusap perutnya yang berbunyi.

"Nih, makan sampai habis ya." ujar bi Eni memberi piring yang berisi berbagai lauk pauk. Lauk pauk itu sisa makan siang tadi, dan bi Eni sengaja menyimpan nya untuk ia makan nanti.

Nara tersenyum kearah bi Eni lalu mengambil piring itu, "makasih ya bi Eni," balas Nara. Nara langsung makan dengan lahap, bi Eni yang melihat Nara makan sangat lahap merasa kasihan.

"Ternyata disini kamu ya!" Celetuk wanita yang terlihat masih muda itu saat melihat Nara. Nara langsung bersembunyi di balik tubuh bi Eni saat melihat siapa yang datang.

"Enak banget kamu makan, hah! Siapa yang suruh kamu makan?!"

"Saya yang suruh non Nara makan bu, lagi pula dari tadi non Nara tidak makan." celetuk bi Eni. Wanita itu langsung menarik kasar tangan Nara.

"Awshh s-sakit bunda," rintih Nara saat merasakan tangannya berdenyut kembali ketika tangannya di tarik kasar.

"Anak nakal! kamu gak bisa apa bikin saya bahagia?! Kamu itu cuma bisa bikin saya menderita dengan kehadiran kamu!" ujar wanita itu sambil mencubit keras perut Nara. Nara menangis merasakan sakit di tubuhnya berkali-kali lipat.

"Lihat papa mu, dia tidak memperhatikan mu, karena apa? Karena kamu anak haram!" ucapannya dengan kurang ajar. Nara yang belum mengerti dengan ucapan bundanya hanya diam menangis sesekali meringis sakit di semua tubuhnya. Bi Eni yang melihat kejadian itu tidak kuasa menahan air matanya untuk turun.

"Sudah Bu, non Nara tidak salah apa-apa. Non Nara belum mengerti." sahut bi Eni. Wanita itu yang di panggil Nara bunda, menatap bi Eni dengan tajam.

"Diam kamu! Kamu tidak tau apa-apa!"

Wanita itu beralih manatap wajah Nara yang memerah akibat menangis, "kamu, anak haram yang tidak akan pernah merasakan apa itu kasih sayang."

***

"Barang antik, ditarik andong.
Hei cantik, kenalan dong." goda Bima kepada Nara dan Luna yang berjalan melewati mereka. Reyga menatap tajam kearah Bima yang bisa-bisanya dia menggoda pacarnya.

Bima yang ditatap oleh Reyga hanya cengengesan, "canda bos, lagi pula siapa yang mau ambil si Nara dari lo. Bisa-bisa gue yang kena amuk." Ujar Bima meyakini Reyga.

"Luna Sabi kali," celetuk Zaidan sembari melirik Luna dari atas hingga bawah.

Luna melotot kearah Bima yang bisanya mengatakan perkataan seperti itu, "heh beban keluarga! Maksud lo apa hah ngomong kek gitu?! Lo pikir gue mau apa sama lo!" cetus Luna.

Bima menahan tawanya, "pfftt, beban keluarga nggak tuh." sahut Bima yang tidak tahan melihat wajah Zaidan yang memerah.

"Loh, kok lo nyalahin gue sih! Salahin noh si Sean." ucap Zaidan menunjuk kearah Sean yang sedang menahan tawa.

"Lah kok jadi gue yang kena?"

"Ya iyalah, lo kan bukannya suka sama si Luna?" cetus Zaidan. Semua yang mendengar ucapan Zaidan seketika menoleh kearah Sean.

Sean melotot kearah Zaidan, "mana ada gue suka sama ni badut." ucap Sean.

Zaidan memutar matanya malas, "Halah jangan munapik deh lo. Bilang aja lo suka kan sama si Luna?" ujar Zaidan tidak mau kalah.

"Apaan sih lo berdua nyebut nama gue mulu!" protes Luna saat mendengar namanya disebut-sebut.

Luna langsung menarik tangan Nara untuk pergi dari tempat itu. Namun saat mereka ingin melangkah, tiba-tiba Reyga memanggil Nara. Nara langsung menoleh ke belakang.

Reyga tersenyum kecil menatap Nara, "jangan lupa makan. Jangan sampai perutnya kosong." peringat Reyga kepada Nara.

Nara mengulum bibirnya agar tidak tersenyum saat mendengar kata-kata manis dari Reyga. Nara menatap Reyga yang juga sedang menatapnya.

"I-iya. Kamu juga semangat belajarnya." setelah mengucapkan itu Nara langsung menarik tangan Luna meninggalkan tempat itu. Reyga tersenyum kecil melihat tingkah laku Nara seperti seorang anak kecil.

"Khemm! Panas nih guys, padahal kita lagi di luar." celetuk Zaidan sembari mengipas wajahnya dengan tangan.

"Kita lagi di luar, ya jelaslah panas. Gimana sih lo!" sahut Bima kesal. Zaidan tersenyum sabar. Padahal niatnya hanya ingin berpura-pura, namun entah darimana spesies ini merusak suasana hatinya.

"Nggak bisa di ajak kompromi, lo!"

Reyga menggeleng kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang begitu random, "kantin kuy, gue terakhir." ajak Reyga kepada para sahabatnya.

"Gasss lah!" jawab mereka serempak.

-to be continued-







REYGA Où les histoires vivent. Découvrez maintenant