04- Lorong

1.2K 109 3
                                    


-happy reading-

Reyga, Bima, Zaidan, Aksa dan Sean tengah berada di rooftop tempat mereka selalu membolos saat jam pelajaran. Apalagi sekarang adalah mapel matematika yang sangat mereka benci. Bu Neni, selaku guru matematika yang sangat-sangat galak ketika mengajar. Pernah suatu kejadian Bima tertidur di jam pelajaran matematika, Bu Neni saat itu tengah menjelaskan materi menatap kearah bangku Bima. Bu Neni melotot dan berteriak memanggil nama Bima, semua yang berada di kelas menutup telinga mereka. Setelah kejadian itu Bima tidak lagi tertidur di jam pelajaran matematika.

Reyga menghembuskan asap rokok dengan pikiran kemana-mana. Ia masih mengingat kejadian malam dimana ia menolong seorang perempuan, apalagi saat ia memberi nafas buatan. Rasanya Reyga tidak menyangka dengan dirinya sendiri.

"Woi Rey! Diem mulu dari tadi, ada apa sih brader coba cerita sini sama abwang." kata Bima sok asik. Reyga membuyarkan lamunannya. Ia membuang puntung rokok ke sembarang arah, lalu ia berdiri dan meninggalkan para sahabatnya yang menatapnya bingung.

"Si Reyga kenapa sih?" tanya Sean bingung. Yang Lain menggelengkan kepala, mereka juga tidak tahu apa yang sedang terjadi dengar Reyga.

"Mikirin beras kali," celetuk Zaidan ngasal.

"Mana ada, rumah dia Segede gaban gitu mikirin beras, ngaco lo dan." sahut Bima.

"Biarin dulu, mungkin dia lagi banyak pikiran." celetuk Aksa masih fokus dengan buku IPA nya. Semuanya seketika menjadi hening.

***

Nara berjalan sambil membawa setumpuk buku yang ia pinjam ke perpustakaan. Buku-buku yang Nara pinjam adalah kebanyakan tentang sastra, dan Nara sangat menyukai nya.

Bruk

Nara tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Dan buku-buku yang ia bawa terjatuh berserakan di lantai. Ia berjongkok untuk mengambil bukunya yang berjatuhan. Tiba-tiba sebuah tangan berhasil mengejutkan Nara. Nara mendongak melihat siapa pemilik tangan itu.

Nara membulatkan matanya saat melihat orang yang sangat Nara kenali dan bahkan Nara tidak mau bertemu dengan orang ini. Reyga Ya, Nara tidak sengaja bertabrakan dengan Reyga.

Reyga berdiri dan Nara pun ikutan berdiri. Reyga memberikan buku-buku tadi yang jatuh berserakan. Nara mengambil buku-buku itu.

"M-makasih," cicit Nara sambil menundukkan kepalanya.

Reyga mengangkat satu alisnya, "lo bilang makasih tapi nggak natap orang nya."

Nara meneguk ludahnya, ia tidak berani untuk bertatapan dengan Reyga, apa lagi kejadian malam itu selalu menghantui dirinya.

"Nggak usah di inget kejadian itu, gue cuma nolongin lo. Dan nafas buatan itu, gue gak sengaja karena gue mau nolongin lo." ujar Reyga seakan tau isi pikiran Nara.

Nara mengangguk kepalanya, "makasih," lirih Nara.

"Tadi gue bilang apa? Apa gue harus ngulang lagi kalo ngomong itu tatap orang nya."

Dengan keberanian yang Nara punya, ia mendongak menatap Reyga yang sedang menatapnya dengan tajam.

"M-makasih," cicit Nara sembari menatap Reyga. Reyga mengerutkan alisnya. Nara yang melihat itu bingung.

REYGA Where stories live. Discover now