Story XXXXXVI

445 19 3
                                    

"Beb, aku mohon sadar" Lirih Bintang, sembari memegang dan mencium tangan Beby.

Sudah hampir seminggu Beby mengalami koma. Ia kedinginan, tubuhnya sangat dingin, Bintang juga baru mengetahui jika Beby alergi terhadap dingin. Beby tidak pernah memberitahu akan rasa sakit yang ia rasakan.

"Beb, besok kita masuk sekolah" Lirih Bintang.
"Aku mohon, bangun Beb" Bintang menangis, tidak bisa dipungkiri betapa kecewanya ia terhadap dirinya sendiri. Selama Beby dirumah sakit, selama itu juga air mata yang dikeluarkan Bintang.

Beno dan Deni sebenarnya sangat kasihan pada Bintang, ia juga pasti tidak ingin seperti ini. Tapi, mau bagaimana lagi, ini adalah jalan yang terbaik.

"Beby, ayo bangun. Kita wujudin semua wishlist kamu, aku mohon, Beb. Aku mohon" Ucap Bintang, untuk terakhir kalinya. Ia mendekap tubuh Beby, membiarkan tubuhnya bersentuhan pada tubuh istrinya itu.

"Aku gabakak cerai sama kamu, Beb. Kita gabakal cerai, aku janji, aku janji bakal berubah. Ayo bangun" Ucapan terakhir itu menjadi awalan yang bagus untuk minggu ini. Beby sudah mulai menunjukkan pergerakan. Bintang dengan segera keluar dan memanggil Dokter, ia memencet berkali-kali. bel yang ada disebelah ranjang Beby.

Tak berapa lama pun, Dokter dan Suster pun datang untuk memeriksa Beby. Semua orang yang menunggu diluar sangat senang, terutama Bintang. Ia benar-benar bahagia untuk hari ini.

Dokter pun keluar. Tapi, wajahnya tidak bisa dideskripsikan.

"Dokter, ada apa dengan menantu/anak saya?" Tanya Bulan dan Febby.

"Oh, jadi Beby sudah menikah?" Tanya Dokter.

"Iya, Dok. Ini suaminya" Ucap Bulan, menunjuk Bintang.

"Saya suaminya, Dok. Ada apa dengan istri saya?" Tanya Bintang.

Dokter Tika yang menangani Beby pun sedikit bingung, maksudnya bagaimana? Bulan yang mengerti akan kebingungan yang Dokter Tika rasakan pun, menjelaskan apa yang terjadi diantara mereka.

"Ternyata begitu, maaf Tan. Aku bingung nih, hehe" Ucap Dokter Tika.

"Gapapa, kenapa sama Beby, Dok?" Tanya Bulan.

"Beby hamil, usia kandungannya sudah 1 minggu" Ucap Dokter Tika.
"Selamat yah, Tan, Om" Ucap Dokter Tika dengan wajah sumringah.

"Terimakasih, Dokter. " Ucap mereka yang ada disana dan Dokter Tika pun berlalu pergi.

Febby sangat shock mendengar kabar bahwa putrinya hamil.
"Apalagi ini ya Allah" Ucap Febby.

"Bintang!" Bentak Beno.

"Maafin Bintang, Pa" Ucap Bintang.

Tidak ada yang bahagia dengan kabar ini, semua orang mengkhawatirkan masa depan Beby.

"Aku udah bilang, aku gabakal cerai sama Beby, Ma, Pa" Tegas Bintang.

"Tapi tidak begitu juga Bintang, apa yang kamu pikirkan?!" Tanya Bulan.

"Aku gamau kehilangan Beby, Ma. Itu terjadi gitu aja, diluar kendali aku" Ucap Bintang.

Untuk kali pertama, Febby menampar keras wajah Bintang didepan semua orang. Semua orang sangat shock dengan itu. Itu begitu keras, bahkan wajah Bintang menampakkan bekas merah pada bagian yang telah ditampar oleh Febby.

"Maaf, Ma" Ucap Bintang.

"Maaf kamu gak cukup buat nebus semua rasa sakit yang udah kamu kasih ke Beby, Bintang!" Tegas Febby.

"Bahkan, mau kamu bertanggung jawab dan mencintai Beby dengan tulus pun. Itu, gabakal bisa ngerubah kenyataan kalo dia harus putus sekolah" Ucap Febby.

"Aku juga bakal putus sekolah, Ma" Ucap Bintang.

"Gila kamu! Kamu mau kasih anak dan cucu saya makan apa?" Tanya Febby.

"Aku minta maaf" Ucap Bintang.

"Gue gaperlu maaf lo, gue perlu pembuktian kalo lo bakal bahagiain adek gue, serta ponakan gue" Ucap Deby, ia sangat geram dengan Bintang.

"Gue janji, Kak" Ucap Bintang.

"Semua orang yang ada disini, denger Janji lo, Bin. Dan, gue bakal nunggu lo nepatin janji itu" Ucap Deby, dan melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Beby.

"Mbak, maaf. Aku janji bakal bilang ke sekolahan, tentang ini" Ucap Bulan.

"Gak, Dek. Ini bukan kesalahan kamu, gausah minta maaf" Ucap Febby.

"Aku janji, Mbak" Ucap Bulan.

"Iya, Mbak percaya" Ucap Febby sembari menggosok rambut Bulan.

Disana juga ada Aaliesha, Jihan, Gilang, Azela, Azely dan Zeela. Mereka pun ikut shock mendengar kabar itu, bahkan Aaliesha semakin merasa bersalah dengan itu.

"Kenapa kamu bisa sekuat itu, Beb?"
"Aku, kalo ada diposisi kamu. Gabakal kuat buat menjalani hidup di dunia ini lagi" Lirih Aaliesha.

"Sha, nanti kita yang jadi Babysitter pertama Baby B" Ucap Jihan, Jihan benar-benar tidak percaya dengan semua ini. Tapi, mau bagaimanapun, Beby tidak boleh membenci anaknya. Ia dan anaknya harus sehat sampai Beby melahirkan. Hanya itu yang ada dipikiran Jihan.

"Baby B?" Tanya Aaliesha dengan bingung.

"Iya, kayak anaknya Om Raffi dan Tante Gigi, Baby R. Nah, anaknya Beby sama Bintang, kita sebut Baby B aja" Jelas Jihan.

"Kepikiran aja lo, Kak" Ucap Zeela.

"Iya dong, Jihan gitu loh" Ucap Jihan dengan bangga.

"Lo cewek yang hebat banget, Beb. Kalo gue ada diposisi lo, ntah apa yang udah gue lakuin karena nasib yang seburuk ini" Ucap Jihan sembari melihat kamar rawat Beby.

★★★

see you in the next story

AALFAKASHAWhere stories live. Discover now