Story XXXIII

915 78 17
                                    

Sudah hampir seminggu Aaliesha dan Alfaka sadar, keduanya kian membaik, bahkan sudah bisa duduk makan makanan lain selain bubur. Tapi, Azely belum juga sadar, tidak ada tanda-tanda baik untuk kondisinya.

"Zio, lo udah disini dari awal, pulang aja yah" ucap Azela.

"Sama kayak lo Jel, gue gamau" ucap Zio.

"Tapi kan gue gak bolos sekolah, sedangkan elo bolos" ucapnya.

"Mau gue bolos ataupun enggak, itu urusan gue" Zio meninggikan nada bicaranya, Azela yang berhadapan dengannya pun mundur selangkah, ia kaget.

Zoa yang melihat itu langsung menenangkan Zio dan memeluk Azela.

"Sabar Zi, Jela kan cuman ngingetin lo, liat wajah lo, badan lo semuanya pucet, jangan sampe lo ikutan sakit, kalo lo sakit siapa yang bakal dilihat Jely pertama kali?" tanya Zoa.

"Iya nih, kan lo bilang, lo mau jadi orang pertama yang diliat Jely" ucap Azela.

"Bacot" jawab Zio, ia pun duduk diruang tunggu sembari memijat pelipisnya.

Diruang tunggu Azely, ada Azela, Zio, Zoa, Marchelle dan Jay mereka senantiasa menunggu Azely, tidak ingin ada suster gadungan lagi diantara mereka.

★★★

"Bintang gimana, udah bisa dilacak belum identitas suster gadungan itu?" tanya Beby.

"Belum" jawab Bintang.

"Gue rasa sih mereka suruhannya Tzoya" ucap Gilang.

"Husss gaboleh suudzon" ucap Jihan.

"Ya maaf-maaf aja nih, siapa lagi yang punya dendam sama Aaliesha kecuali Tzoya?" tanya Gilang.

"Hmm tapi bener juga sih" ucap Jihan.

"Tapi yang gue rasa bukan Tzoya deh pelakunya" ucap Bintang.

"Terus siapa?" tanya mereka kompak kecuali Beby.

"Sebenernya sih gue juga gatau tapi buat gue Tzoya terlalu berani kalo nyewa pesuruh-pesuruh itu" jelas Bintang.

"Yap bener juga sih" ucap Jihan dan Gilang.

"Apa jangan-jangan itu Papi nya?" terka Gilang.

"Busettt ngeri banget itu kalo beneran Papi nya" ucap Jihan.

"Tapi bisa jadi, soalnya nyewa orang buat ngebunuh orang itu bayarannya gak main-main" ucap Bintang.

"Nah bener tuh" ucap mereka.

"Gimana menurut lo Beb?" tanya Jihan.

"Beb" panggil Gilang.

"Beby" panggil Bintang.

Mereka semua heran, ada apa dengannya? Kenapa Beby berekspresi seperti itu? Ada apa dengan komputernya?

Bintang yang melihat itu pun menjadi khawatir dan bergegas menghampiri jodohnya.

"Ada apa?" tanya Bintang.

Beby masih diam, ia masih mematung dihadapan komputer milik Bintang.

"Beby kenapa?" tanya Bintang khawatir, ia pun memeluk Beby dan merasakan detak jantung Beby yang berdebar dengan cepat, tubuhnya mengeluarkan keringat dan memucat.

Bintang menatap heran kearah laptop nya, ada apa? Pikirnya.

"Beby ada apa?" tanya Bintang.

"Gak kok, gapapa" ucap Beby.

"Ohiya gimana tadi?" tanya Beby.

"Menurut kita sih dalang dibalik ini semua yah Papi nya Tzoya" ucap Jihan.

"Oh gitu" ucap Beby.

Mereka semua mengangguk, tapi Beby ia masih dengan pikirannya sendiri.

"Guys maaf gue pulang duluan yah, ada hal penting" ucap Beby.

Mereka tidak merespon, semua yang ada diruangan itu menjadi bingung, ada apa dengan Beby? Kenapa dia? Mereka memperhatikan langkah Beby yang tengah bersiap-siap untuk pulang.

"Aku anter yah Beb" ucap Bintang.

"G-gausah biar aku pulang sendiri aja, kalian lanjutin aja dulu yah" ucap Beby dan bergegas pergi meninggalkan mereka semua.

"Kenapa sama Beby?" tanya Jihan.

"Gatau" ucap Gilang.

★★★

"Beby, segeralah pulang Ayah akan menjemput mu besok"

"Tapi Ayah"

"Kau tidak ingin pulang sayang?"

"Tapi Beby belum berhasil bikin Aaliesha sama Bintang bersatu"

"Beby, masih mau nyakitin diri sendiri sayang?"

Beby menggeleng.
"Beby gak sakit kok Yah" Beby menyeka air matanya.

"Kamu gak harus maksain, Aaliesha sama Bintang berpisah kan bukan gara-gara kamu, mana nih putri kecil Ayah yang selalu ceria"

Beby mengatur nafasnya, ia berusaha menjawab perkataan Ayahnya sepelan mungkin, agar Ayahnya tidak curiga jika ia sedang menangis.

"Beby tetep putri Ayah yang ceria kok Yah, Ayah kan gabisa liat Beby disini, gimana Ayah bisa tau kalo Beby gak ceria"

"Kamu nangis?"

"Enggak"

"Sesulit itu yah buat terbuka sama Ayah"

"Beby gak ada yang ditutupin dari Ayah kok"

"Yaudah, nanti kalo tugas kamu udah selesai, langsung telpon Ayah hm, nanti Ayah jemput"

"Iya Yah, makasih"

"Terimakasih kembali sayang"

"Untuk?"

"Percaya dengan jodoh pilihan Ayah, tapi-"

"Jodoh pilihan Ayah udah pas kok, cuman emang Beby aja yang gabisa masuk kehatinya"

"Sudah dulu yah Yah, Beby lagi dijalan"

"Iya sayang"

"Kali ini Bin, aku bakal bener-bener pergi" ucap Beby, ia terisak dipinggir jembatan yang menjadi tempat ia berkeluh kesah meluapkan semua emosinya.

"Kali ini Bin, bukan tentang siapa yang berhasil mendapatkan mu, tapi tentang siapa yang mau mengalah dan memberikan kebahagiaannya untuk mu"

Beby duduk ditepi jembatan yang sepi dan sunyi, hanya ada suara petir dan gemericik air hujan. kini, hujan bahkan tau apa yang ia rasakan, sehingga ia ikut jatuh seperti mengalirnya air mata yang datang tanpa diminta.

★★★

terimakasih banyak yang udah ramein cerita AALFAKASHA.
maaf yah baru bisa up lagi, aku lumayan sibuk hehe.
jangan bosen-bosennbuat baca ceritanya yahhh.
makasih semua, see you in the next story.

AALFAKASHAWhere stories live. Discover now