Story XXXXII

366 34 5
                                    

Aaliesha masih mengunci pintu kamarnya rapat-rapat, ia benar-benar takut, ia sangat trauma dengan apa yang Alfaka lakukan. Kondisinya sangat menyedihkan, ia bertumpu pada lututnya dan duduk sendirian disudut kamarnya.

"Gue takut, gue takut" lirih Aaliesha.
"Gue takut Alfaka bakal ngelakuin ini lagi" lirihnya.

Tak berapa lama, terdengar suara ketukan dari luar kamarnya, ia langsung melihat pintu kamar yang terkunci itu.

"Ini Bunda sayang"

"Bunda, sebentar Bun" ucap Aaliesha, ia segera menghapus air matanya, dan bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya.

Pintu terbuka, menampilkan sosok gadis muda yang kondisinya sangat hancur. "Sayang, ayo makan, kamu belum makan sedari pagi" ucap Alana sembari menggosok pucuk kepala menantunya itu.

"Asha gak nafsu makan Bun, nanti aja" tolaknya.

"Sayang"

"Bunda maaf, tapi Asha beneran gak laper, maaf Bunda" ucap Aaliesha, ia menunduk, ia merasa tidak sopan pada Alana tapi harus bagaimana lagi. Ia hanya berharap Mertuanya itu mengerti.

"Baiklah, nanti kalo mau makan, panggil bibik aja okey?" ucap Alana.

Aaliesha pun mengangguk. "Siap bunda" ucapnya.
Alana pun tersenyum, ia melangkah menjauh dari kamar Aaliesha dan Aaliesha mulai masuk kembali kedalam kamarnya.

★★★

"Mbak, maaf"

"Bulan?"

"Maaf mbak" Bulan tak kuasa menahan tangisnya, ia menangis sepuasnya didalam pelukan Ibunya Beby.

"Tidak, jangan meminta maaf, kau tidak melakukan kesalahan kan" ucap Ibunya Beby, menenangkan.

"Maaf karena sudah menyakiti hati Beby, aku dan Mas Beno benar-benar minta maaf" ucap Bulan.

Ibunya Beby juga ikut menangis, karena ia harus menerima kenyataan jika Beby anaknya yang baru berusia 16 tahun harus menjadi janda. Tapi, ia juga tidak bisa menyalahkan siapapun, karena itu sudah menjadi takdir bagi putrinya.

"Jangan menyalahkan dirimu ataupun suami mu Bulan, aku dan Mas Deni tidak pernah menyalahkan kalian ataupun Bintang, itu sudah takdir. Bintang berhak mencintai siapapun. Apalagi, dia dijodohkan sewaktu kecil, yang dimana ia belum memahami dimana perasaannya" jelas Ibunya Beby. Bulan semakin terisak saat Ibunya Beby mengatakan itu, sungguh itu menyakiti hatinya. Karena telah gagal menjaga Beby.

"Jangan menangis lagi Bulan, hati Mbak sakit melihat mu seperti ini" ucap Ibunya Beby, sembari mengeratkan pelukannya, ia juga tak lupa menggosok rambut Bulan.

Ia sangat menyayangi Bulan, seperti adiknya sendiri

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Ia sangat menyayangi Bulan, seperti adiknya sendiri. Ia ditemukan Ibunya Febby saat berusia 1 tahun, dan Febby saat itu masih berusia 2 tahun, Ibunya Febby mengangkat Bulan menjadi anaknya. Bulan adalah nama pemberian Ibu kandung Bulan. Saat Bulan ditemukan oleh Ibunya Febby, ada kalung yang bertuliskan nama Bulan, Ibunya Febby berpikir jika kalung itu dipakaikan oleh Ibunya Bulan karena memang nama dari dirinya. Akhirnya, Ibunya Febby tetap menamai Bulan menjadi Bulan.

Dan jika kalian berpikir mengapa Bintang bisa tidak dekat dengan Beby? Adalah karena saat Febby dan Bulan menikah, mereka berpisah dan jadi sangat jarang bertemu karena Febby tinggal di Jawa sedangkan Bulan tinggal di Jakarta. Nenek mereka? Sudah tiada, sebulan setelah pernikahan Bulan.

★★★

"Kakak apaan sih" ucap Beby saat Debby mengambil HP-nya.

"Orang cuman ngecek Dek, Dek" ucap Debby.

"Beby bukan anak kecil lagi kali, yang HP-nya harus dicek setiap hari" kesal Beby, karena Debby hampir tiap hari mengecek HP-nya.

"Heleh"

Bunyi ketukan pintu dari sebelah kiri mereka membuat atensi kedua wanita itu berubah. Mereka sama-sama memandangi pintu yang sedang mengeluarkan suara dari arah kiri mereka.

"Siapa?" tanya Beby.

"Ini aku" jawabnya.

"Bintang" ucap Beby, memastikan.

"Iya, ini aku Beb" ucap Bintang.

Debby beranjak dari kasur empuk yang ia dan Beby duduki, membukakan pintu dengan wajah dongkol dan menakutkan.

"Mok ngapain lo?" tanya Debby.

"Gue mau ngomong sama Beby" jawab Bintang.

"Gaboleh" ucap Debby dengan sewot.

"Kak, tolong jangan halangi gue, gue mau ngomong sama Beby" ucap Bintang.

"Kalo kata gue gak ya gak!!" tegas Debby.

Tanpa bicara apapun lagi, Bintang memaksa masuk kekamar Beby, meski ia dihalangi oleh Debby, ia tidak menyerah. Ia mendorong sedikit tangan Debby dan mengambil kesempatan itu untuk masuk kekamar Beby.

Beby yang melihat Bintang mendorong Kakaknya pun tampak marah. Ia lalu menghampiri Debby.

"Kak, gapapa kan?" tanya Beby dan dibalas gelengan oleh Debby.

"Kalo misal cowok itu ngapa-ngapain kamu, teriak aja yah" ucap Debby.

"Iya Kak" ucap Beby.

Debby pun pergi dari kamar Beby, meninggalkan dua suami istri itu dikamarnya. Beby tak kunjung masuk kedalam kamarnya, ia masih meratapi punggung jodohnya itu. Bintang berbalik kearah Beby, dan mulai menghampiri Beby serta menggenggam erat tangannya.

Mereka bertatapan sepersekian detik sampai akhirnya Beby menundukkan pandangannya, ia tidak berani menatap manik mata milik Bintang, ia terlalu sakit jika harus menatap mata binar dari jodohnya itu.

"Beb" panggil Bintang.

"Lihat aku" Beby tak kunjung menggubris omongan Bintang.

"Beby lihat aku" ucap Bintang, ia mengangkat wajah Beby, tangannya berada didagu Beby, berusaha mengangkat wajah wanita yang sudah menjadi bagian dihidupnya.

Beby pun menatap wajah Bintang, sungguh ia tidak bisa menahan tangisnya. ia lalu medongak keatas, menampung air matanya agar tidak jatuh.

Dengan cepat, ia langsung memeluk Beby dengan erat. Hati Bintang sangat sakit melihat Beby seperti ini, dulu ia sangat ceria dan selalu banyak bicara, bahkan ia selalu mengganggu Bintang. ia mengganggu Bintang saat belajar, saat bermain, saat berlatih, ia juga selalu melakukan skinship pada Bintang, ntah memeluknya dari belakang, ataupun hanya sekedar memegang lengan kekar milik Bintang. Tapi sekarang, Beby benar-benar berubah, ia tidak pernah lagi melihat Beby yang kekanak-kanakan, sekarang Beby menjadi pribadi yang lebih dewasa, jauh dengan sikap sifat awalnya. Beby benar-benar berubah.

Ditengah pelukan itu, Bintang bertanya sesuatu.
"Beby, kenapa waktu kita kumpul buat nyari siapa suster gadungan itu kamu malah bersikap aneh? Ada apa?" tanya Bintang dengan pelan. Ia bicara dengan sangat hati-hati.

Beby melepaskan pelukan itu. Ia kemudian mundur beberapa langkah.
"Kalo aku kasih tau ini, tolong jangan benci sama pelakunya, benci ke aku aja" lirih Beby. Air matanya semakin turun dengan deras, ia tidak lagi memikirkan dirinya, ia tidak peduli jika ia terlihat lemah dihadapan Bintang. Ia hanya lelah, ia sakit, dan ia tidak bisa terus berpura-pura.

Bintang semakin bingung dengan ucapan Beby "Mengapa ia harus membenci pelakunya? Dan mengapa juga Beby membela pelakunya? Ada apa ini?" Begitulah isi otak Bintang, sungguh ia bingung, ia sangat bingung.

★★★

yeayyyy double up gak nih??
kira-kira ada apa yah sama beby??
sider oh sider janganlah kamu nyider.
vote dan komennya dong, hehe.
see you in the next story gesss.

AALFAKASHANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ