Story XXXVIII

530 42 13
                                    

"Asha sayang, ini kamar kamu nak" ucap Alina.

"Bunda, Mama sama Papa kok udah 2 hari yah gak vc Asha?" tanya Aaliesha khawatir.

"Kan Mama sama Papa lagi sibuk, nanti kalo udah gak sibuk pasti langsung ditelpon kamunya" ucap Alina.

"Iya deh Bund" ucap Aaliesha sembari mengangguk.

"Yaudah kalo gitu kamu istirahat yah sayang" ucap Alina.

"Iya Bund, makasih yah" ucap Aaliesha dan tersenyum.

"Iya sayang, sama-sama" ucap Alina sebelum akhirnya pergi meninggalkan Aaliesha dikamarnya.

Aaliesha melihat sekeliling, melihat isi yang ada didalam kamarnya.
Diary berwarna pink, headphone berwarna pink, buku-buku sekolahnya yang dibaluti dengan sampul berwarna pink.

"Gue baru tahu kalo gue suka warna pink" ucap Aaliesha sembari tersenyum.

"Gue juga baru inget kalo gue punya kamar" ucap Aaliesha.

Aaliesha pergi menuju balkon yang ada dikamarnya, pemandangannya terlihat sempurna, langit yang indah, awan-awan yang menggumpal, matahari yang cerah, angin yang lembut menyentuh tubuhnya dan pemandangan gedung-gedung bertingkat membuatnya seperti melayang di udara.

"Kira-kira, sebelum gue koma dan amnesia, siapa cowok yang gue suka yah?"

"Terus, apa cowok itu juga suka balik sama gue?"

"Apa jangan-jangan Bintang yah?"

"Ah tapi gak mungkin, Bintang kan udah berjodoh"

"Lah iya yah, Bunda kan mertua gue, berarti otomatis anaknya itu suami gue dong?"

"Lah iya yah, kenapa gak kepikiran" monolog terakhir Aaliesha sebelum ia menggaruk kepalanya.

"Gabut banget disini, mau keluar aja ah" ucap Aaliesha.

Saat ia hendak menuruni tangga, ia melihat 1 lelaki asing, yang ia tidak pernah lihat sebelumnya.
Laki-laki itu menatap tajam kearahnya, seakan ingin menerkamnya.

Aaliesha termenung sesaat, sebelum ia dan laki-laki itu saling melintas. Ditengah jalan mereka, laki-laki itu berhenti dan berbisik sesuatu.

"Gue kira, lo udah mati" dengan nada serius, Aaliesha tersentak saat laki-laki itu membisikkan kata-kata itu.

Laki-laki itu pun berlalu pergi, seakan tidak terjadi apa-apa, mengabaikan Aaliesha yang masih bingung dengan ucapannya.

"Emangnya kenapa gue harus mati?" tanya Aaliesha pada dirinya sendiri.

"Udah ah, mending gue turun" ucapnya.

★★★

Azely masih sendirian dirumah sakit, hanya ada Dokter Tika yang menemaninya.

"Jely, kamu tahu gak sih, sehari sebelum kesembuhan kamu, kembaran kamu, jodoh kamu, kakak-kakak kamu, sahabat-sahabat kamu semuanya pada bikin seribu origami buat kamu" ucap Dokter Tika.

Azely pun menggeleng.
"Emang iya yah Dok?" tanya Azely dengan pelan.

Dokter Tika langsung tersenyum lebar saat itu juga.
"Azely, kamu udah bisa ngomong?" tanya Dokter Tika.

Azely mengangguk.
"Sedikit" jawabnya.

"Iya, mereka bahkan ngasih foto origaminya sama Dokter" ucap Dokter Tika sembari menunjukkan foto origami yang telah mereka buat.

"Iya, mereka bahkan ngasih foto origaminya sama Dokter" ucap Dokter Tika sembari menunjukkan foto origami yang telah mereka buat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dokter ikut bikin origaminya gak?" tanya Azely.

Dokter Tika pun mengangguk.
"Ikut dong, tapi Dokter gak kesana, kan harus jagain kamu" ucap Dokter Tika.

"Makasih banyak yah Dok, udah bantu nyembuhin Jely" ucap Azely sembari tersenyum.

"Iya, sama-sama Jely" ucap Dokter Tika.

Ditengah pembicaraan mereka, tiba-tiba Zio datang menemui Azely. Sehingga, Dokter Tika yang menemani Azely pun keluar.

"Jel, gimana keadaan lo?" tanya Zio.

Azely tidak menjawab, ia seakan memberi tahu lewat gesture-nya.
Zio yang seakan mengerti arti dari gesture Azely pun hanya mengangguk.

"Syukur deh kalo udah membaik, emh gue keluar dulu yah" ucap Zio.

Azely diam, ia seakan berpikir sesuatu.

"Zio" panggil Azely.

Zio yang saat itu berada ditengah-tengah pintu kamar rawat Azely pun menghentikan langkahnya. Ia menatap Azely.

"Ada apa Jel?" tanya Zio.

"Temenin gue disini yah" ucap Azely.

Tanpa pikir panjang, Zio langsung menutup kembali pintunya dan bergegas menuju kursi yang ada disebelah ranjang Azely.

"Tanpa lo minta, gue juga bakalan selalu nemenin lo kok Jel" ucap Zio.

Azely diam sebentar, ia melamun memikirkan perkataan yang akan ia lontarkan pada Zio.

"Kira-kira Zio bakal sakit hati gak yah?" ucapnya dalam hati.

"Jel, Jely" ucap Zio menyadarkan lamunan Azely.

"Eh iya" ucap Azely.

"Kok lo ngelamun?" tanya Zio.

"Emm Zi" panggil Azely.

"Iya?" tanya Zio.

"Lo selama ini penasaran sama perasaan gue yang sebenernya kan?" tanya Azely.

"Iya" jawab Zio.

"Jujur, gue sayang sama lo, tapi gak lebih dari saudara" ucap Azely.

Zio tersentak mendengar pengakuan Azely.
"Ada yang benar-benar sayang sama lo, tulus sama lo Zi" sambung Azely.

"Siapa?" tanya Zio.

"Tzolla Berilina" ucap Azely.

Zio menghela nafasnya, mengatur amarah yang ada di hatinya.
"Gue juga udah tau kalo selama ini dia suka sama gue Jel" lirih Zio.

"Tapi gue gabisa Jel, hati gue udah buat lo seutuhnya" sambung Zio.

"Lo gabisa karena lo masih ngeharepin gue Zi, coba kalo lo berhenti buat ngeharepin gue, pasti lo bisa buat buka hati sama orang lain" jelas Azely.

"Lo ngasih pengakuan kek gini biar apa Jel? biar gue berhenti gangguin lo?" tanya Zio, ia menunduk.

"Zio, gue gak bermaksud apa-apa kok, gue cuman gamau lo berharap sama perasaan lo, dengan gue jujur kek gini, gue berharap lo berhenti buat mencintai gue, dan mulai mencintai orang lain" Jelas Azely.

"Tapi gue gabisa Jel" elak Zio.

"Lo bisa Zi" tegas Azely.

Zio diam, ia tidak menjawab perkataan Azely.
Ia pun melangkah menjauh, dan menemani jodohnya dari sofa.

"Gue bakal jaga jarak buat lo, semoga lo seneng dan gak terbebani lagi yah" ucap Zio.

Azely menunduk.
"Terimakasih" ucapnya.

★★★

eeaaa, update lagi nih.
janlup vote dan komennya yah.
see you in the next story.

AALFAKASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang