Story XXXXX

250 22 10
                                    

"ayo kita pergi kesini, ay"

"Ayo"

Ditempat yang luas itu, dibawah rindangnya pepohonan, didalam dinginnya angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh pasangan sejoli itu, mereka luapkan perasaan mereka ditengah lebatnya pohon yang rindang.

"AZELA I LOVE YOU!"

"I LOVE YOU TO ZOA!"

"Hahahahahaha!" Mereka pun tertawa bersama, lalu duduk ditengah karpet yang sudah mereka siapkan, yah sejenis klasik date lah yah.

"Mau makan ini?" tanya Zoa, sembari menunjuk 1 buah burger yang sangat besar.

"Iya, tapi dibelah dulu" jawab Azela.

"Kenapa dibelah?" tanya Zoa.

"Karena biar bisa dibagi 2, 1 buat aku dan 1nya lagi buat kamu" jawab Azela, diakhiri dengan senyum manis diwajahnya.

"Okey" ucap Zoa sembari memotong burger yang menjadi makanan favorit dari orang yang ia cintai itu.

"Kamu kenapa sih suka banget sama burger?" tanya Zoa.

"Burger itu juga ada filosofinya loh" ucap Azela.

"Lah, serius ay?" ucap Zoa yang kaget.

"Iya!" Ucap Azela antusias.

"Apa apa apa? Mau tau dong" ucap Zoa.

"Liat deh" ucap Azela sembari melihat-lihat bentuk burger yang ia pegang.

"Kenapa?" tanya Zoa, ia juga ikut melihat-lihat bentuk burger yang sedang ia pegang.

"Burger itu makanan yang memiliki beberapa lapisan, roti, sayur, keju, daging, dll pokoknya banyak deh" ucap Azela sembari melihat kearah Zoa yang masih senantiasa memandangi burgernya.

"Roti itu ibarat rumahnya, dan daging itu ibarat tubuhnya, dan lapisan-lapisan lain adalah sifatnya" ucap Azela.

"Jadi?" tanya Zoa.

"Burger menunjukkan jika rumah yang diisi dengan tubuh-tubuh atau orang-orang yang baik akan menjadikan rumah itu enak saat ditinggali, contohnya burger semua komponen yang ditambahkan didalamnya membuat cita rasa yang khas dan nikmat, itulah yang membuat banyak orang menyukai burger" jelas Azela.

"Jadi, burger itu ibarat rumah yang ditinggali oleh orang-orang yang baik?" tanya Zoa.

"Yuppp, burger juga menunjukkan kalo perbedaan rasa atau sifat bukanlah hal yang buruk, meski berbeda rasa atau sifat, jika itu semua baik maka rasanya ataupun suasananya akan tetap baik" jelas Azela lagi.

Zoa tersenyum mendengar filosofi yang ia coba buat, ia tahu seberapa inginnya Azela seperti Azely, menulis apapun yang bisa menjadi seni, termasuk filosofi-filosofi indah yang ia dengar dari Azely.

"Bagus bagus bagusss, ini filosofi pertama kamu?" tanya Zoa.

"Hehe, bagus gak? Apa aneh?" tanya Azela diiringi dengan cekikikan karena cukup geli.

"Bagus kok bagus, nanti belajar lagi biar bisa nandingin Azely" ucap Zoa sembari mengacak-ngacak rambut Azela.

"Hahaha iya deh, semangat! Aku!" ucap Azela.

"Semangat!!" tanggap Zoa, dan merekapun tertawa bersama-sama.

★★★

Didalam kamar seorang laki-laki muda, terdapat satu wanita yang senantiasa menunggu laki-laki itu bangun, sampai akhirnya laki-laki itu menunjukkan pergerakannya.

Saat laki-laki itu mulai membuka matanya perlahan, gadis itu dengan cepat menghapus air mata yang mengalir deras diwajah cantiknya.

"T-tz-tzo Tzoya" ucap laki-laki itu saat terbangun dari sakitnya.

Gadis itu tersenyum.
"Gausah banyak gerak" ucap gadis itu.

Laki-laki itu tersenyum, ia senang karena yang pertama kali ia lihat dari pingsannya adalah Tzoya, gadis yang sangat ia cintai.

"Kamu dari kapan disini?"

"Semenjak tahu kamu masuk rumah sakit, aku selalu nunggu kamu disini, sampe kamu siuman" ucap Tzoya.

Laki-laki itu begitu senang mendengarnya.
Tapi, ia cukup khawatir saat melihat wajah dari gadis itu, gadis itu tampak risau.

"Sayang, ada apa?"

"Alfa, em" gadis itu benar-benar tidak ingin mengatakannya, tapi mau bagaimana pun, ia tetap harus mengatakannya kan?

"Kenapa? Hei" tanya Alfaka.

"Ayo kita putus" ucap Tzoya, dengan 1 tarikan nafas.

Alfaka yang mendengar itu semakin shock, apa maksudnya? Kenapa?

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba ay?" tanya Alfaka.

"Maaf, Daddy gasuka lagi sama kamu semenjak dia tahu kalo kamu sama Aaliesha" Tzoya menghentikan ucapannya, ia benar-benar sakit saat akan mengatakan kalimat itu.

"Apa?" suara Alfaka bergetar, akan kah Tzoya tahu jika dirinya dan Aaliesha tidur bersama.

"Saat tahu kalo kamu sama Aaliesha tidur bareng" ucap Tzoya sembari menunduk, ia juga dengan cepat menyeka air matanya.

"Kita gabakal bisa sama-sama lagi Fa, aku harap kamu bisa mencintai Aaliesha sebagaimana kamu mencintai aku, dia gadis yang baik, maaf udah ngehasut kamu selama ini biar benci sama Aaliesha " jelas Tzoya, gadis itu seperti bukan Tzoya.

Yah, itu seperti orang yang berbeda.
"Tzoya, aku bisa jelasin" ucap Alfaka.

"Anggap kita gapernah kenal Fa, aku harap Daddy gak ngelakuin hal yang diluar batas kekamu" ucap Tzoya.

"Aku bisa jelasin semuanya ke Om Tzendra" ucap Alfaka.

"Daddy udah gamau denger penjelasan apapun lagi" sentak Tzoya.

Alfaka diam, ia benar-benar merasa bersalah pada Tzoya.
Ia terdiam saat Tzoya beranjak pergi dari ranjang kamar rumah sakit itu, ia juga mengembalikan kalung dan cincin yang menjadi lambang cinta mereka.

"Aku cinta sama kamu, Tzoy"
"Maafin aku"
"Tolong kasih 1 kesempatan lagi" lirihnya, sembari menatap punggung Tzoya yang kian menjauh.

★★★

bentar lagi udah mau konflik dan end nih.
tapi pembaca AALFAKASHA makin menurun.
gapapa deh, see you guys.

AALFAKASHAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें