33

2.8K 192 183
                                    

Langkah besar Devan membelah keramaian koridor rumah sakit tanpa permisi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah besar Devan membelah keramaian koridor rumah sakit tanpa permisi. Wajahnya pucat pasi, ketakutan yang selama ini ia tepis justru terjadi. Anjani, satu-satunya titik kelemahan Devan saat ini––kini berjuang untuk kembali bertahan hidup. Berharap untuk ribuan kalinya, tidak ada kata kehilangan pada hari ini.

Anjani, gue belum terlambat kan buat lindungi lo?

Kala pijakannya sampai di UGD, netranya langsung jatuh pandang pada Alesya dan Amanda yang menangis sejadi-jadinya di kursi tunggu. Tidak, Devan menepis benaknya yang berkata tidak-tidak. Ia yakin Anjani pasti bertahan.

"Anjani baik-baik aja kan?"

Alesya menggeleng pelan. Bibirnya bergetar hebat, matanya yang sembab tentu saja menjelaskan bahwa ada kepiluan dalam dirinya.

"Anjani udah dipindahin ke ruang rawat inap, kondisinya udah membaik, tapi masih belum siuman. Dan Gea, bakal operasi sebentar lagi. Gea mengalami pendarahan di otaknya."

Ada sedikit rasa lega yang Devan rasakan ketika mengetahui Anjani sudah baik-baik saja. Namun tak bisa dipungkiri pula, Devan sedikit khawatir dengan kondisi Gea yang jauh lebih parah dari Anjani sekarang.

"Gimana ceritanya mereka berdua kecelakaan begini?" tanya Kenzie. Lelaki itu sedikit menatap intens dua gadis di depannya ini.

"Gak ada yang tau kronologi mereka kecelakaan ini. Orang tua mereka aja syok setelah tau. Tapi, dari salah satu orang yang sempat nolongin, katanya ada truk yang nabrak mobil mereka. Supir truknya sudah dibawa polisi meminta keterangan lebih lanjut," jelas Amanda.

Devan yakin ini semua sudah direncanakan dari awal. Entah siapa pelaku sebenarnya yang sudah mengatur semua ini, tetapi ada satu nama yang melintas di benaknya. Jika memang orang itu pelaku sebenarnya, Devan bersumpah tidak akan memberi ampun padanya.

"Gue mau keluar sebentar. Gue titip Anjani ke kalian, kalau dia udah sadar, tolong kabarin gue," pinta Devan pada temannya saat ini.

"Lo mau kemana?"

Pertanyaan dari Juna, Devan abaikan, memilih tetap melanjutkan langkahnya pada tujuannya. Sementara masih di tempat yang sama, Saga tanpa banyak bicara juga lantas melangkah mengikuti Devan.

***

Basecamp Black Moon––satu-satunya tujuan Devan saat ini. Membawa segenap emosi yang sudah tak tertahan, kilat amarah yang kentara ditunjukkan, juga kepalan tangan yang siap ia daratkan kepada siapa saja di sana.

Namun satu nama sudah menghinggap di benaknya––Andrew, yang menjadi titik semua kekacauan ini. Devan yakin, lelaki itu juga ikut campur tangan dalam teror kali ini. Apalagi mengingat Andrew selalu mencari gara-gara padanya.

Tanpa permisi Devan langsung masuk ke dalam, disambut tatapan terkejut oleh beberapa anggota Black Moon yang ada di sana. Tidak ada rasa takut sedikitpun, Devan melangkah mendekati Andrew yang saat ini menyunggingkan senyum lebar padanya.

EVANDER || BTSWhere stories live. Discover now