04

5.5K 332 227
                                    

Yang namanya murid baru kerap kali menjadi sorotan murid-murid yang lainnya––bisik-bisik tetangga sudah Anjani temui sepanjang kakinya melangkah di koridor, ada pula yang melempar senyuman pada gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang namanya murid baru kerap kali menjadi sorotan murid-murid yang lainnya––bisik-bisik tetangga sudah Anjani temui sepanjang kakinya melangkah di koridor, ada pula yang melempar senyuman pada gadis itu. Beruntunglah Anjani bukan tipikal manusia yang pemalu, jika iya habislah dirinya tidak akan berani melangkah menuju kelasnya yang sialnya berada di lantai dua.

Hari pertama kemarin berada di sekolah barunya ini, Anjani memberi kesan yang baik––itu juga karena berteman dengan teman-teman barunya itu––asyik. Kemarin malam saja Anjani digabungkan oleh Alesya ke grup WhatsApp––membawa obrolan menyenangkan yang membuat mereka berempat nyaris larut sampai tengah malam.

Brak!

Dari arah depan seseorang menabrak pundak kanannya tak sengaja ketika gadis itu hendak melangkahkan kaki untuk menaiki anak tangga. Orang tersebut cepat berkata, "Maaf, gue bener-bener nggak sengaja. Lo gak papa kan?"

Seseorang itu laki-laki, berperawakan tinggi yang sekarang tengah membungkukkan sedikit tubuhnya untuk melihat dengan jelas si korban yang baru saja ia tabrak pundaknya itu. Anjani sempat menunduk, namun lekas ia angkat pandang untuk menjawab pertanyaan lelaki di depannya ini. "Gak papa kok."

Ketika netra itu bertemu, baik Anjani atau lelaki itu sama-sama membulatkan pupil mata. Tangan kanan Anjani tanpa sadar terangkat menunjuk lelaki itu sembari berkata, "Kak Satria, kan?"

Lelaki itu mengangguk cepat, bibirnya terangkat membentuk senyuman. "Anjani!!"

Anjani refleks menutup mulutnya dengan kedua tangannya––senyumnya tersembunyi dibalik sana. "Astaga nggak nyangka ketemu kak Satria lagi!"

Antusias dari Anjani itu membuat Satria terkekeh. "Ternyata lo, si murid baru yang jadi bahan perbincangan temen-temen kelas gue. Sumpah sih Anjani, gue nggak nyangka juga bisa satu sekolah lagi sama lo."

Anjani mengulum senyum. Fyi, ia mengenal lelaki ini sudah lama, dari jaman SMP––keduanya juga beda satu tahun, lelaki ber-name tag Jeanova Satria Brawijaya itu dulunya kakak kelas Anjani. Saat lelaki itu lulus SMP, dia langsung pindah ke Jakarta––baru bertemu kembali dengan Anjani setelah lama putus kontak.

"Lo pasti jurusan IPA, kan?"

"Kok tau?" tanya Anjani sedikit syok.

"Seorang Anjani yang ambis dari SMP nggak mungkin kayanya masuk IPS," ujar Satria sedikit tahu, mengingat mereka dulu terbilang cukup dekat.

Anjani sempat menggeleng kepala mendengar itu sembari tertawa kecil, kemudian kembali berkata, "Sebenarnya aku mau ngambil IPS dulu kak, cuman Papa nggak bolehin, yaudah terpaksa nurutin."

Ada senyum yang sengaja diterbitkan, Satria tahu sedikit latar belakang mengenai sifat Papa gadis ini––menekankan anaknya untuk lebih unggul dari yang lainnya. Kedekatan yang mereka miliki membuat Satria tanpa sungkan mengusap lembut puncak kepala Anjani. "It's okay, tetap semangat pokoknya."

EVANDER || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang