05

4.9K 329 191
                                    

Akibat kejadian di kantin itu, semua orang seratus persen mengenal Anjani––si pemberani––satu-satunya murid yang berani melawan ratu bully itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akibat kejadian di kantin itu, semua orang seratus persen mengenal Anjani––si pemberani––satu-satunya murid yang berani melawan ratu bully itu. Banyak yang mencibir ria akan keberanian Anjani, beropini bahwa gadis itu sedang cari muka, mengingat Anjani masih murid baru. Telinga Anjani bahkan sampai panas mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut mereka ketika dirinya melewati koridor. Sebagian dari mereka lebih banyak berkata untuk tidak sok berani di depan ratu bully itu. Anjani mengabaikan, tahu bahwa mereka-mereka semua jelas memihak Ziva, sebab takut menjadi korban bully selanjutnya.

Tidak hanya para perempuan saja yang membicarakan Anjani hari ini, bahkan para laki-lakinya pun tak kalah membicarakan gadis itu antusias. Salah satunya para laki-laki yang sekarang berada di rooftop sekolah, suara menggelegar itu terdengar jelas. Sudah dipastikan ketua gosip hari ini adalah Dafa––orang paling kepo dan suka mengurusi hidup orang lain.

"Sumpah tuh murid baru keren sih kata gue, gak ada takut-takutnya sama si nenek lampir."

"Tapi bakal kasian juga, dia pasti bakal diteror sama Ziva tiap hari," kata Juna. Ia tahu betul sifat Ziva, tidak akan pernah berhenti membully orang, apalagi pada orang yang berani padanya.

"Ayo taruhan, antara si nenek lampir sama murid baru itu siapa yang bakal menang? Si nenek lampir yang bakal tersingkirkan dari sekolah ini karena si murid baru, atau murid baru yang justru berakhir sama kaya yang lain jadi bahan bullyan nenek lampir." Dengan semangat Dafa mengeluarkan uang tiga ratus ribu sebagai bahan taruhan dengan memilih, "Gue, Anjani."

"Gue tim realistis aja deh, mengingat Ziva punya koneksi di sekolah ini, jadi gue si Ziva deh, orangnya nggak mungkin mau dikalahkan." Sama dengan Dafa, Juna mengeluarkan uang tiga ratus ribu dengan ragu-ragu.

"Eh kalian gimana? Tim siapa nih?" tanya Dafa pada yang lainnya. Mendengar itu, Saga menurunkan ponselnya, lalu mengambil uang tiga ratus ribu sembari berkata, "Tim netral aja."

"Ih apaan dah lo nggak asik banget. Pilih, Ziva atau Anjani?" paksa Dafa.

"Terserah lo pada." Bagi Saga, taruhan yang mereka lakukan sangat tidak berfaedah, sebab itulah ia kembali memainkan ponsel, membiarkan Dafa dan Juna berdebat untuk pilihannya.

"Saga tim gue aja deh, Anjani."

"Enggak-enggak, Ziva, ya gak, Ga?"

"Terserah!"

Melihat perdebatan mereka yang tak berujung berakhir membuat Devan yang sedari tadi mencoba memejamkan mata di atas meja itu lantas membuka mata. Ia mendengar semua pembicaraan mereka tadi, namun ia tidak melihat kejadian yang berlangsung di kantin itu. Sedikit tertarik dengan taruhan itu membuatnya mengeluarkan seisi uang merahnya dalam dompet untuk ia berikan kepada dua orang yang tengah berdebat itu.

"Anjani."

Dafa melotot, lekas mengambil uang Devan sambil berkata, "Wow, Pak bos ikutan juga! Tuh, lo denger kan monyet, Devan aja milih Anjani. Udah, Anjani pemenangnya, tuh cewek pasti bisa nyingkirin nenek lampir."

EVANDER || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang