09

4.3K 282 169
                                    

Di depan gerbang sekolah, Anjani berdiri seorang diri menunggu ojek online yang baru saja ia pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan gerbang sekolah, Anjani berdiri seorang diri menunggu ojek online yang baru saja ia pesan. Hari ini Papa dari gadis itu tidak menjemput––sebab banyak pekerjaan di kantor yang tidak bisa ditinggalkan. Supir pribadi yang dulunya menjemput Anjani pun sudah tidak bekerja lagi semenjak Anjani beserta keluarganya pindah ke Jakarta ini. Sebenarnya bisa saja Anjani menunggu bus yang tak jauh halte-nya dari sekolah ini, namun gadis itu terlanjur malas untuk menunggu lebih lama lagi.

Netra gadis itu bergerak kesana-kemari melihat yang lain sudah mulai meninggalkan sekolah ini. Motor dan mobil pun tak kalah membisingkan indra pendengaran Anjani, ada hembusan napas gusar ketika gadis itu mulai jengah menunggu ojek online-nya datang. Sempat menunduk sebentar melirik layar ponselnya, namun tak berselang lama kembali angkat pandang lagi ketika suara melengking memanggil namanya.

"ANJANI DULUAN!!"

Itu suara Alesya, yang sekarang sudah berlalu meninggalkannya bersama sang pacar yang memboncengnya––jika dilihat-lihat mereka sangat cocok, namun kembali lagi ada tembok tinggi di antara mereka. Anjani tersenyum tipis, berharap ada jalan terbaik untuk mereka berdua.

Beberapa detik berlalu, sosok yang Anjani tunggu akhirnya datang––pria setengah baya dengan jaket hijau itu menghentikan motor di depan Anjani. Tak banyak bicara, pria itu menyerahkan helm untuk Anjani, lantas gadis itu memasangnya dan naik di jok belakang.

Selama di perjalanan hanya suara bising pengendara yang mengisi indra pendengaran Anjani, gadis itu memilih diam menikmati angin sepoi yang sesekali menerbangkan helaian rambut panjangnya di belakang. Mendadak ia tersentak tatkala beberapa motor menyalipnya, Anjani menyipitkan mata––ingin melihat lebih jelas motor sport hitam yang memimpin di depan itu. Anjani merasa pernah melihat motor itu sebelumnya.

"Itu motor Devan bukan sih? Yang tadi malam," gumam Anjani. Gadis itu memperhatikan lagi motor yang ditebaknya Devan itu, kini sudah mulai melaju menjauh darinya. Sempat ia ingin mengabaikan saja, tapi mendadak terurung ketika merasa ada yang janggal dari tiga motor di belakang Devan itu. Seperti sedang mengikuti.

"Pak, bisa ikuti motor sport hitam yang di depan kita itu nggak?" ujar Anjani––gadis itu hanya ingin memastikan apa benar tiga motor itu sedang mengikuti Devan atau tidak. Jika iya, Devan sedang dalam bahaya––maka dengan itu Anjani berusaha untuk membantunya. Sekali lagi, ini cuman bentuk balas budi Anjani terhadap Devan tadi malam yang sudah menolongnya.

"Loh, bukannya Neng mau pulang? Kok ngikutin motor itu sih, Neng?"

"Bentar aja ya, Pak? Itu temen saya soalnya..."

Pria itu menurut––mengikuti motor Devan yang sudah melaju begitu cepat. Di belakang Anjani semakin khawatir dan yakin jika memang Devan tengah diikuti. Hingga sampai di jalan yang sepi, motor Devan berhenti tiba-tiba, diikuti tiga motor yang sejak tadi mengiringi. Sementara Anjani dan pria tukang ojek itu juga ikut menghentikan motornya, namun jaraknya cukup jauh.

EVANDER || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang