PROLOG

11.4K 463 172
                                    

Vote-nya jangan lupa!

Vote-nya jangan lupa!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Akhh..., Tolong bebaskan saya..., saya janji tidak akan lagi mengusik keluarga kamu..."

Plak!

Tamparan kencang kembali lagi mendarat di pipi mulus seorang wanita yang kira-kira umurnya sudah mendekati kepala tiga. Memar yang kemerah-merahan itu sudah jelas disimpulkan betapa sakitnya tamparan yang terus mendarat di kedua pipinya. Tangis kencang, juga suara parau itu ikut menjadi pemecah keheningan di gang sempit nan gelap ini.

"Basi, bangsat! Nyokap gue sekarang harus masuk rumah sakit lagi gara-gara lo, wanita jalang!!"

Mungkin ada sekitaran sepuluh orang yang sekarang mengelilingi wanita itu––sengaja diikat di kursi kayu, membiarkan wanita itu kesakitan akibat tamparan yang belum berhenti juga. Pemilik mata tajam yang memiliki ide menyeret perempuan ini kemari, kini membelai halus sisi wajah wanita itu. Sudut bibirnya tertarik, tersenyum miring yang justru menarik ketakutan kembali bagi wanita itu.

"Coba diingat-ingat, gue udah berapa kali peringati lo buat nggak mengusik keluarga gue? Sering banget kan? Tapi lo selalu abaikan. Meremehkan ancaman gue. Lo pikir saat itu gue bercanda?"

Wanita itu menggeleng lemas, bingung ingin menjawab apalagi selain berkata, "Kali ini, saya berjanji akan menjauhi Papa kamu. Saya tidak akan lagi mengusik keluarga kamu. Tapi tolong bebaskan saya..."

"Tidak ada kesempatan untuk manusia pendosa seperti Anda, Nona..."

Lelaki itu menjauhkan diri. Netranya masih terfokus pada wanita itu dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. "Enaknya lo itu diapain ya?"

Wanita itu memberontak. Tali yang mengikat kedua tangannya juga kakinya ia gerakkan brutal berharap hal itu bisa terlepas. Mulutnya juga tidak tinggal diam berteriak meski tahu bahwa di gang sepi ini tidak ada satu manusia pun yang lewat sini. "TOLONG, SIAPAPUN!!"

***

Arloji di pergelangan tangan seorang perempuan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Di jam seperti ini kebanyakan manusia sudah berada di rumah untuk berisitirahat diri, sialnya si pemilik arloji itu justru tengah jalan kaki menuju rumahnya. Melewati tempat-tempat sepi, bersama ritme jantungnya yang berdetak kencang akibat rasa ketakutan. Ia baru pulang dari tempat les, seharusnya ada supir pribadinya yang menjemput––tapi sialnya hari ini Pak supir sedang libur. Sebelumnya, ia juga sudah naik ojek online––namun kesialan keduanya di pertengahan jalan ban motor itu bocor. Tak ada pilihan, perempuan itu harus jalan kaki, mengingat juga tak jauh lagi lokasi rumahnya sudah hampir sampai.

Langkahnya terhenti ketika melihat gang sepi yang menjadi jalan pintas menuju rumahnya. Sempat perempuan itu meneguk salivanya sambil menatap fokus gang yang sepi itu. "Lewat gang itu nggak ya? Tapi kata Mama nggak boleh, soalnya sepi, orang jarang lewat sana. Tapi, gue juga mau cepet pulang..."

Atas kebimbangan yang sempat melanda itu, akhirnya perempuan itu mengambil keputusan cepat––dengan memilih melangkah menuju gang sepi itu. Tekadnya yang kuat, dengan mencoba memberanikan diri, kini langkahnya sudah masuk di gelapnya gang sepi itu.

"TOLONG!!!"

Bola matanya melotot sempurna tatkala mendengar suara amat nyaring yang memecah keheningan di gang sepi ini. Perempuan itu mengusap lengannya, mendadak bulu kuduknya berdiri––takut-takut yang berteriak barusan justru makhluk tak kasat mata. Ia mundur selangkah, mutuskan niat untuk tidak lanjut berjalan melewati gang sepi itu.

"TOLONG SIAPAPUN!!"

Bugh!

"Nggak mungkin kalau hantu ada suara gebukan begitu, kan?"

Sialnya, rasa penasaran yang sudah mendominasi membuatnya melangkah lebih dalam lagi ke gang sepi itu. Minimnya pencahayaan membuat perempuan itu harus menoleh kesana-kemari untuk berjaga-jaga. Seperti motor yang berhenti tiba-tiba, begitulah langkah kakinya sekarang. Pupil matanya membesar––dilihatnya ada segerombolan laki-laki di pertengahan gang kecil ini, juga seorang wanita yang diikat ditengah-tengah mereka.

"Gilir aja wanita jalang ini."

"ENGGAK! JANGAN!"

"Diam lo! Bacot banget!"

Salah satu dari laki-laki tersebut melakban mulut wanita itu untuk berhenti bersuara, sedang perempuan yang sejak tadi memperhatikan menutup mulutnya terkejut. Kedua kakinya mendadak lemas, namun sebisa mungkin ia melangkah mundur. Ia takut, apalagi dengan perlakuan para lelaki itu pada wanita yang mereka ikat itu.

kurang hati-hati, perempuan itu malah terinjak tali sepatunya sendiri, alhasil sempat terjatuh yang menimbulkan bunyi di gang sepi itu. Dari tempat para gerombolan laki-laki itu sontak menoleh. Salah satu dari mereka lantas berteriak, "SIAPA LO?!"

Cepat-cepat perempuan itu bangkit berdiri, berlari sekuat tenaga agar bisa keluar dari gang sepi yang menyeramkan ini. Ada senyum smirk dari lelaki pemilik mata tajam itu atas kepergian perempuan yang baru saja mengintip aktivitas mereka malam ini. Di sampingnya, salah satu temannya cepat berkata, "Biar gue yang kejar."

Tangan kiri lelaki itu terulur, seolah sengaja menghalang jalan. "Nggak usah, biarin aja dia kabur. Dia nggak bakal berani ngelaporin kita, gak ada barang bukti."

"Bos, kayanya ini punya perempuan itu tadi." Salah satu laki-laki lain membawa satu kalung yang sempat ia ambil di atas tanah. Ia serahkan pada 'Bos' yang ia sebut barusan.

"Anjani. Nama yang cantik. Jadi penasaran dengan orangnya." Sudut bibirnya kembali terangkat. Digenggamnya erat kalung itu sambil mengangguk-angguk seolah ada rencana yang tersusun untuk ia lakukan kedepannya.

*****

Lanjut di chapter 1? Spam next dulu dong, biar semangat nih aku updatenya hihi

Ohya, semangat juga buat kalian semua yang sekarang sedang menjalankan ibadah puasa. Jaga kesehatan selalu, oke?

EVANDER || BTSWhere stories live. Discover now