07

4.9K 297 156
                                    

Jika saja Juna tidak dibawa ke apartemen Devan, sudah dipastikan lelaki itu akan menyerang balik anggota Black Moon malam ini juga––membalas apa yang telah dilakukan mereka kepada Juna yang tidak pernah cari masalah sedikit pun dengan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika saja Juna tidak dibawa ke apartemen Devan, sudah dipastikan lelaki itu akan menyerang balik anggota Black Moon malam ini juga––membalas apa yang telah dilakukan mereka kepada Juna yang tidak pernah cari masalah sedikit pun dengan mereka. Namun Kenzie dengan dugaannya yang benar langsung membawa Juna untuk menginap di apartemen Devan––sebagai penghalang agar Devan tidak menyerang anggota Black Moon.

"Jadi, alasan lo bisa terlambat ngebantuin Juna itu kenapa?" Suara milik Kenzie itu memecahkan keheningan di ruang tengah. Kali ini hanya mereka berdua saja, yang lain sudah pulang setelah mengantarkan Juna ke apartemen Devan. Juna sendiri pula sudah beristirahat di kamar Devan.

"Di jalan, gue hampir aja nabrak cewek, tapi gak sempat, tuh cewek juga nggak kenapa-napa. Niatnya gue mau lanjut ke tempat lokasi Juna, tapi cewek itu ngehalang jalan gue, dia merintih minta pertolongan gue. Gak lama setelah itu, dua orang laki-laki datang, mau narik itu cewek. Saat itu gue langsung paham, kalau tuh cewek mau dilecahkan sama mereka. Gue nggak ada pilihan lagi, dengan terpaksa gue nolongin tuh cewek dulu, setelah itu baru temui Juna." Devan menjelaskannya, dengan raut wajah serius meminta Kenzie mengerti kondisinya saat itu.

"Gue kira, gue nggak bakal telat, gue bakal bisa bantuin Juna, ternyata enggak, setelah gue dapat pesan dari Saga. Kacau Ken, gue gak tau harus menyalahkan siapa lagi. Cewek tadi? Nggak mungkin kan, dia emang lagi dalam bahaya. Waktunya aja yang salah, menempatkan gue untuk memilih siapa yang lebih dulu gue tolong."

Mendengar penjelasan itu, sontak Kenzie menepuk pundak kiri Devan––menarik senyum tipis, sambil berkata, "Nggak salah. Apa yang lo lakuin itu benar kok. Gue kalau diposisi lo juga mungkin kaya gitu."

"Tapi Saga marah besar sama gue. Juna juga harus dikeroyok mereka gara-gara gue telat datang," sesal Devan––ia masih tidak bisa memaafkan dirinya sendiri atas kejadian malam ini. Jangan pernah melupa, jika lelaki itu pernah berkata, selagi darah ini menetes karena kalian, gue nggak masalah.

Dan sialnya, tak ada setetes darah pun yang keluar untuk Juna malam ini. Justru Juna yang terluka, karena dirinya yang terlambat melindungi.

"Udah, berhenti salahin diri sendiri, semua udah terjadi juga kan? Tentang Saga, lo tenang aja, gue yang bakal jelasin ke dia, biar dia nggak salah paham." Kenzie terus menepuk pundak lelaki itu pelan––berharap Devan bisa menepis rasa bersalahnya malam ini. Sebab, tidak ada yang bisa disalahkan, semua terjadi kebetulan.

"Itu tangan lo mending diobatin, kayanya itu bekas lo nolongin cewek tadi ya?" Kenzie menunjuk telapak tangan Devan yang terluka parah, darahnya mulai mengering di sana––bisa-bisanya lelaki itu mengabaikan, bagaimana jika infeksi? Kenzie mengkhawatirkan itu.

Devan melirik telapak tangannya, ada senyum tipis melihat itu. "Baru sadar kalau ada luka."

Sementara mereka yang tengah serius berbincang, di dalam kamar Juna justru sibuk menghubungi kakaknya––Saga. Sedari tadi tidak ada keinginan dari kakaknya itu mengangkat telepon Juna, membuat Juna semakin tidak tenang untuk sekedar beristirahat. Tak berselang lama setelah berkali-kali menelepon Saga, ponsel Juna mendadak berdering––Juna pikir itu Saga, rupanya Mama.

EVANDER || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang