01

8.4K 412 112
                                    

Satu tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu tahun kemudian...

Sunyinya malam dipecahkan oleh suara motor yang melaju bersamaan, melintasi jalan raya yang sudah sepi. Ini bukan semata-mata para pengendara yang berlalu lintas di jalan raya, melainkan para anak muda yang berbalap liar di jalan sepi yang selalu menjadi tempat balapan mereka. Motor sport hitam memimpin lebih dulu, tangan kekar mengepal kuat handgrip gas motor––mengakibatkan motor tersebut semakin laju di depan. Sedikit lagi menuju garis finish, orang-orang yang menonton semakin bersorak heboh.

"DEVAN!! DEVAN!!"

Ciittt!!!

Motor tersebut berhenti setelah seorang perempuan mengibarkan bendera balap. Tepuk tangan meriah terdengar jelas––membanggakan pemuda yang satu itu. Sedang masih di atas motor sport-nya, lelaki yang disoraki namanya Devan itu lantas melepaskan helmnya, sedikit memutar badan melihat lawannya menatap tajam ke arahnya. Ada kekehan kecil seakan meremehkan.

"Emang takdirnya gak bisa dilawan ketua kita ini. Keren deh pokoknya!!" Salah satu temannya menghampiri, memberi tos sebagai rasa bangga pada sang ketuanya ini.

Ada senyum smirk dari lelaki itu. Kakinya langsung berpijak di atas aspal, melangkah untuk menghampiri lawannya yang kalah itu. Wajahnya yang datar membuat siapa saja lekas mundur sejenak memberikan jalan pada sang pemenang kali ini. Tepat dihadapan lawannya, lelaki itu baru berbicara, "Jangan lagi ngajakin gue balapan kalau ujung-ujungnya lo tetap kalah juga!"

Tidak ada hal yang penting lagi membuat lelaki itu lantas berlalu meninggalkan. Membiarkan sang lawan semakin terlihat rendah dipandangnya. Para teman-temannya yang masih tertinggal, satu persatu mulai bubar, ikut sang ketua untuk pergi dari tempat tersebut.

Salah satu di antara mereka masih diam di tempat, tangan kanannya menengadah. Dengan berkata, "Seratus jutanya mana? Sesuai janji lo."

Sempat mendesis, namun tetap memberikan amplop coklat yang berisikan uang seratus juta seperti janjinya jika lelaki itu kalah balapan dengan Devan. Senyum sumringah semakin mengembang, teman Devan yang satu itu sempat menepuk lengan lelaki dihadapannya ini, seraya berucap, "Saran gue mending gak usah lagi ngajakin Devan balapan, lo kalah mulu sih, bikin malu, haha."

"Bangsat! Enyah lo dari hadapan gue, sebelum gue tonjok muka sialan lo!"

Panggil saja Dafa––teman Devan yang paling suka memancing kesabaran ketua Black Moon––orang yang selalu kalah jika balapan dengan Devan, juga musuh bebuyutan Evander. Tak ingin membuang waktu di tempat itu, Dafa bersama uang digengamannya itu undur diri dengan tawa yang masih menggelegar. Sempat mengedipkan mata sebelum benar-benar pergi dari tempat area.

"Pulang-pulang jangan nangis lo!"

Lelaki itu berlenggang pergi, meninggalkan para anggota Black Moon yang mencoba menenangkan diri agar tidak lepas kendali untuk menghajar habis-habisan manusia yang satu itu. Sedang sang ketua mengangguk tersenyum, seakan tidak ada rasa malunya selalu kalah jika balapan dengan Devan.

EVANDER || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang