21

3.2K 298 235
                                    

Keributan yang terjadi atas ulah Arga dan Devan di toilet perempuan itu menyebar luas ke seluruh murid SMA Gama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keributan yang terjadi atas ulah Arga dan Devan di toilet perempuan itu menyebar luas ke seluruh murid SMA Gama. Beberapa dari mereka berlari penasaran menuju ruang BK sekedar menguping pembicaraan di dalam sana. Padahal ini sudah jam pulang, namun mereka seakan enggan untuk meninggalkan sekolah ini––lebih memilih menetap di sekolah untuk mencari tahu kronologi dari keributan kali ini––ditambah lagi ada Anjani yang ikut terseret.

"Kenapa kalian berdua berada di toilet perempuan? Dan parahnya, berantem di sana?" Ibu Dona––selaku guru BK itulah yang bertanya. Netranya menatap tajam Devan dan Arga bergantian.

Arga yang mendengar itu lantas angkat bicara, setelah menyeka darah yang ada di hidungnya. Pukulan kencang milik Devan benar-benar menimbulkan memar yang parah di wajah lelaki itu. "Devan yang duluan Bu! Dia pukul saya tanpa alasan!"

"Bangsat! Lo gak sadar, apa yang lo lakuin sama Anjani barusan?!" Devan bangkit berdiri. Kepalan tangannya nyaris saja mendarat kembali di wajah Arga jika saja salah satu guru laki-laki tidak menahan Devan untuk duduk kembali.

"Devan! Tahan emosi kamu! Kalian Ibu bawa ke sini untuk menyelesaikan masalah kalian, bukan kembali ribut seperti itu!"

Devan diam. Mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Jujur, untuk mengontrol emosinya sendiri, kadang Devan tidak bisa. Jiwanya masih memberontak, ingin sekali menghajar habis-habisan Arga sekarang ketika mengingat kembali perbuatan lelaki itu pada Anjani.

"Anjani, bisa kamu jelaskan kenapa mereka bisa berantem seperti itu? Kamu melihat kejadiannya kan?" Ibu Dona berpaling menatap Anjani––yang sejak tadi menunduk dalam seolah enggan untuk bicara.

Menunggu cukup lama hingga akhirnya Anjani angkat suara, dengan kepalanya yang masih menunduk. "Arga..., dia ngikutin saya ke toilet itu, dan dia..., juga hampir melecehkan saya."

"Heh lo jangan asal bicara ya! Buktinya mana?!" Dengan tampang yang tak bersalah lelaki itu bangkit berdiri, menatap tajam Anjani saat ini––seakan sekarang ia difitnah yang tidak-tidak oleh gadis itu.

Devan terkekeh, merasa lucu dengan perkataan omong kosong Arga itu. "Lo itu seperti berlindung di balik sehelai daun. Seolah menjadi korban, padahal jelas-jelas lo pelakunya!"

Mencoba untuk tidak terpancing emosi, Devan berbicara dengan nada yang cukup tenang. Lalu menoleh ke arah Bu Dona untuk berniat menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi. "Saya di toilet itu menjadi saksi, bahwa Arga ingin melakukan hal yang tidak-tidak kepada Anjani. Karena itulah, alasan saya memukul Arga."

Mendengar itu, Bu Dona nyaris percaya. Namun dengan cepat pula Arga menyangkal. "Ibu gak bisa langsung percaya aja sama omongan Devan itu kalau gak ada bukti. Saya berada di toilet perempuan itu karena salah masuk, kebetulan di sana ada Anjani juga. Saya sebenarnya ingin bertanya pada Anjani dimana toilet laki-laki, mengingat saat ini saya masih murid baru. Tapi Anjani, malah salah sangka, beranggapan kalau saya tengah melecehkan dia."

EVANDER || BTSWhere stories live. Discover now