23

3K 246 182
                                    

"Gue di depan rumah lo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue di depan rumah lo."

"HAH?!"

Ini terlalu pagi bagi Anjani diberi kejutan seperti ini––oleh kedatangan Devan yang amat tiba-tiba. Gadis itu nyaris tidak percaya melihat lelaki itu bersama motor sportnya di depan pagar rumahnya. Sial! Jika sampai Papanya tahu, habis dirinya.

Karena itulah, Anjani dengan cepat angkat suara lagi melalui panggilan yang masih terhubung ini. "Lo diam di situ! Jangan berani-berani mencet bel!"

Tanpa mendengarkan lagi jawaban Devan dari sebrang sana, Anjani sudah bergegas keluar dari kamarnya menuju keluar rumah menemui lelaki itu. Ketika melewati dapur, Mamanya yang berada di sana lantas bersuara, sontak menghentikan langkah Anjani saat ini.

"Anjani, mau kemana? Sini, ayo makan."

"Sebentar dulu, Ma," jawab Anjani seadanya. Ia kembali lagi melangkah. Beruntunglah di dapur belum ada Papa––artinya pria itu masih di kamar. Anjani sedikit bernapas lega, berharap pula Papanya tidak tahu dengan kedatangan Devan diluar itu.

Ketika langkah itu sampai di halaman rumah, Anjani segera menarik pagar. Pandangannya langsung bertemu dengan Devan yang masih duduk santai di atas motornya. Anjani sempat berdecak kesal. Ritme jantungnya sudah tidak terkendali lantaran kedatangan lelaki itu.

"Lo ngapain ke rumah gue?" tanya Anjani dengan nada suaranya yang kentara akan kekesalan. Sesekali pula kepalanya menoleh ke belakang, takut-takut ketahuan Papa.

Dengan tampang yang tidak bersalah karena datang tanpa berkabar sebelumnya, lelaki itu menjawab, "Ngejemput lo."

Anjani sontak ternganga. Lelaki ini benar-benar tidak bisa dimengerti, semenjak dirinya dianggap pacar oleh lelaki itu––sifatnya mendadak tidak bisa ditebak. Membuat Anjani harus berhati-hati, sebab dirinya tidak segampang itu untuk didekati. Apalagi jika Papa sampai tahu.

"Makasih banget atas tumpangannya, tapi gue gak bisa. Gue diantar Papa. Jadi kedepannya lo gak perlu lagi repot-repot ke sini buat jemput gue, karena itu bakal percuma juga," tolak Anjani secara baik-baik.

"Bensin gue habis sia-sia ke sini, dan lo malah ngusir gue?"

Sejak kapan seorang Devan mempermasalahkan bensinnya yang hampir habis, padahal jika diingat lelaki itu jauh lebih kaya dari Anjani, dan pasti membeli bensin pun tidak membuatnya jatuh miskin––pikir Anjani segara logis. Namun karena tidak ingin berdebat, terpaksa gadis itu menjawab. "Oke, nanti gue ganti. Tapi sekarang lo pergi dulu. Nanti Papa gue liat."

"Bagus. Nanti gue minta izin ke bokap lo untuk antar jemput lo ke sekolah."

"Heh, lo jangan gila ya!"

Devan sontak mengulum senyumnya melihat raut wajah kesal dari gadis itu. Entah mengapa, mendadak Devan suka menjahili gadis itu. Mimik wajahnya yang menahan amarah itu justru menggemaskan, sedikit.

EVANDER || BTSWhere stories live. Discover now