10

4.6K 253 155
                                    

Bagi Saga, kesunyian itu adalah temannya––namun kali ini, kata 'kesunyian' itu harus tersingkirkan oleh berisiknya suara Juna dan satu makhluk parasit yang selalu nempel dengan Juna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagi Saga, kesunyian itu adalah temannya––namun kali ini, kata 'kesunyian' itu harus tersingkirkan oleh berisiknya suara Juna dan satu makhluk parasit yang selalu nempel dengan Juna. Tak perlu ditanya, orang itu pastilah Dafa. Dua makhluk yang tak diinginkan kehadirannya oleh Saga hari ini justru ingin menginap tanpa tahu diri di apartemen lelaki itu. Tanpa bisa menolak, Saga hanya bisa pasrah membiarkan dua orang itu membuat kebisingan di ruang tamunya.

"Udah gue bilang, itu istrinya tolol, udah tau suaminya selingkuh masih aja dipertahankan!"

Jika kebanyakan para laki-laki berkumpul akan bermain game atau berbincang hal-hal menarik––bagi Juna dan Dafa berbeda, mereka lebih memilih menonton televisi––yang sekarang tengah mempertontonkan sinetron kesukaan ibu-ibu. Saga saja sampai melongo kebingungan. Entah di sini dirinya yang salah pergaulan dengan mereka, atau mereka yang terbilang aneh untuk di ajak berteman.

"Bisa diganti nggak? Yang lebih berfaedah dikit gitu buat ditonton," titah Saga, membuat Juna dan Dafa praktis menoleh ke belakang bersamaan. Dua laki-laki itu memang sengaja duduk lesehan di bawah, sementara Saga memilih duduk di sofa.

"Di jam segini mah emang acara tv beginian semua. Kecuali kita nobar hantu, gimana?"

"Skip!" tolak Juna––lelaki itu terbilang cukup penakut, dan mudah kagetan. Jika tetap memaksanya menonton film horor, jangan salahkan Juna jika malam ini selalu minta temani ke toilet karena takut.

"Elah lo cemen banget!" ledek Dafa yang tak dihiraukan oleh Juna. Setelah mengucapkan itu, Dafa berbalik badan, menatap Saga yang sibuk dengan ponselnya. "Btw ini kita gak disediain makan malam ya? Perut gue udah keroncongan, nih kalau dibawa tidur pun bakal gak bisa."

Saga angkat pandang, balas menatap Dafa yang sekarang menyindirnya secara halus. "Minimarket gak jauh dari sini, beli mie sana."

"Etss! Ini kan gue tamu, masa lo suruh gue yang beli mie-nya sih? Kan seharusnya lo. Ingat Ga, kata-kata ini, tamu adalah raja. Jadi lo yang sebagai tuan rumahnya harus menghormati gue dong, hehe." Dafa menyengir, membuat Juna menggeleng kepala disertai tawa kecilnya.

"Iya, tamu adalah raja. Tapi tamu modelan kaya lo ini kayanya gak patut dihormati, manusianya ngelunjak. Udah gue kasih semua cemilan gue, kalian berdua habisin gak sampe sejam."

"Eh jangan salah! Kita ini lagi ngebantuin lo ngabisin makanan. Soalnya kata Juna lo jarang makan, kan sayang cemilan lo mubazir gak di makan." Kalau di sekolah ada acara debat, kayanya Dafa satu-satunya orang yang bakal menang––lelaki ini punya seribu satu cara untuk mengalahkan lawan bicaranya. Seperti sekarang, Saga saja sampai terdiam, tidak tahu ingin menjawab apalagi.

"Ga, lo pernah nyoba ayam panggang Maudy, nggak?" tanya Juna. Mendengar itu, justru Dafa yang lebih dulu menyahut. "Eh, itu enak banget!"

"Belum," jawab Saga.

"Nah pas banget! Lo mau gak beliin tuh ayam panggangnya? Itu kedai Maudy gak jauh-jauh amat kok dari apartemen lo, lo ngebut aja gak sampe satu menit sampe," ujar Juna yang membuat Dafa mengangguk cepat dengan senyumnya yang merekah.

EVANDER || BTSWhere stories live. Discover now