‘Aku mau tidur sambil dipeluk kakak’

‘Aku sayang kakak Atlas selamanya’

Atlas terbangun dengan nafas memburu buliran keringat membasahi tubuhnya, dia mencengkram erat kepalanya yang terasa pusing. Suara itu memenuhi isi kepalanya lagi, suara yang belasan tahun tidak terdengar kini kembali terdengar seperti sebuah radio rusak yang hanya terdengar di dalam isi kepalanya.

Perasaan bersalah, perasaan rindu yang menyeruak secara bersamaan membuat Atlas merasa begitu sesak. Ingatan-ingatan tentang memori saat dia berusia 7 tahun kembali berputar seperti sebuah film yang membuat sekujur tubuh Atlas berkeringat hingga bergetar hebat. Air matanya luruh membasahi pipi Atlas, dia terus bergumam memanggil satu nama yang selalu berhasil membuat Atlas kecil terus tersenyum tanpa henti, seseorang yang berhasil membuat Atlas terus bercerita tanpa tau tanda titik sebagai akhir, seseorang yang berhasil membuat Atlas terus tertawa bahagia, seseorang yang menjadi cinta pertama Atlas setelah ibu.

Wajah Jihan membawa ingatan itu muncul lagi, wajah yang berhasil membuat Atlas kembali merasakan sebuah rindu yang besar. Kenapa perempuan itu datang lagi, padahal saat Atlas bertemu pertama kali dengan Jihan yang saat itu akan menjadi suster pribadinya. Atlas mati-matian tidak berbuat kasar pada Jihan, karena sedari awal bentuk wajah, mata serta bibir Jihan begitu mengingatkannya pada seseorang. Dan sekarang wajah keduanya semakin mirip, sangat mirip.

Atlas bangkit dari atas kasur menuju kamar mandi, dia menyalakan keran lalu membasuh wajahnya berulang kali dengan air mengalir. Gemericik air yang jatuh ke lantai sedikit membuat Atlas tenang, karena menghilangkan suara gadis itu yang terus muncul berulang kali. Atlas menatap wajahnya di cermin, belasan tahun Atlas mencoba melupakannya, melupakan sebuah kejadian dimana dia kehilangan gadis itu. Atlas berusaha keras tidak lagi mengingatnya, Atlas tidak ingin hatinya semakin berdenyut sakit, Atlas sudah berusaha melupakannya. Tapi kenapa Jihan balik lagi dengan wajah mereka yang semakin mirip.

Ketukan pintu menyadarkan Atlas dari lamunannya, dia langsung bergegas mengelap wajahnya yang basah lalu mengganti pakaiannya yang sudah basah kuyup karena keringat. Atlas mengambil kaos berwarna hitam di dalam lemari, lalu berjalan menuju pintu untuk membuka dna melihat siapa yang datang.

Terlihat Nabella yang berdiri di depan pintu, senyum Atlas langsung mengembang sempurna “Kamu habis mandi ya?” Tanya Nabella yang melihat rambut Atlas yang sedikit basah “Nggak, aku cuman abis cuci muka”

Nabella mengangguk “Ini aku bikinin kamu puding buah, tadi aku juga bagikan ke Agam, Biru sama pasien lain. Sekarang giliran kamu” Nabella menyodorkan sepiring kecil puding dengan aneka macam buah-buahan  kedepan Atlas “Berarti aku yang terakhir dong” Ucap Atlas dengan bibirnya yang sedikit cemberut seraya mengambil puding buatan Nabella.

Perempuan itu tersenyum kecil “Iya kamu yang terakhir, karena aku juga mau kamu yang terakhir yang menetap di hati aku” Gombal Nabella sambil terkekeh geli dengan apa yang dia ucapkan

“Kalau gitu aku rela jadi yang terakhir asal sama kamu”

Keduanya tertawa geli karena saling membalas gombalan. Pria itu memandangi Nabella yang tertawa, dia menyukai tawa Nabella “Udah ah, abisin ya pudingnya” Ujar Nabella

“Loh kamu nggak nemenin aku abisin pudingnya?”

“Cuman abisin puding masa harus ditemenin”

“Iya dong, kalau nggak ada kamu rasa pudingnya hambar. Soalnya rasa manisnya ada di kamu”

“Atlas”

“Apa sayang”

“Udah ah aku mau ke dapur lagi, disini ada buaya darat”

ATLAS (End)Where stories live. Discover now