"Lo lempar aja ke kolam renang, siapa tau berakhir kaya Hana juga. Double kill," saran Salsa dengan senyumnya yang menyeringai.

Sebelah alis Ziva terangkat mendengarnya. Sedikit berpikir sejenak, lalu ia berkata, "Bener juga. Kenapa tadi gue gak bawa Anjani juga. Biar Hana punya teman di kolam renang itu, haha."

Tawa itu terdengar renyah. Mungkin orang berpikir ada lelucon menyenangkan dari ketiga gadis itu. Sayangnya, lelucon bagi mereka jauh dari kata menyenangkan, melainkan menyeramkan.

Tak sengaja, langkah ketiga gadis itu berpapasan dengan sosok lelaki yang cukup populer di sekolah ini. Sempat dari Ziva melempar senyum, sebelum kembali pada pembicaraan mereka itu. Sedang lelaki itu––Dafa, hanya merespon seadanya. Awalnya lelaki itu ingin mengabaikan, namun ketika indra pendengarannya menangkap sekilas pembicaraan ketiga gadis itu, Dafa mendadak berhenti melangkah.

"Kira-kira Hana bertahan berapa lama ya di kolam renang itu?"

"Hana?"

Jika Ziva sudah menyebut Hana, itu artinya, gadis itu dalam bahaya. Firasat Dafa mengatakan bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja, membuatnya tanpa berpikir panjang menuju kolam renang yang dimaksud mereka barusan.

Ketika sampai, netra Dafa berlari kesana-kemari, mencari sosok gadis yang tengah ia khawatirkan saat ini. Namun nyatanya, kolam renang tampak sepi. Tak ada satu orang pun yang berada di sana.

Dafa berjalan semakin mendekati kolam renang itu, sambil berteriak memanggil gadis itu. "HANA!! LO DIMANA?!"

Tepat ketika langkahnya berhenti di tepi kolam renang, Dafa sontak melotot sempurna, kala netranya jatuh pandang pada kolam renang yang di dalamnya terlihat jelas sosok gadis yang tengah ia cari––Hana yang tenggelam di sana.

Byurr!!

Tanpa berpikir panjang lagi, Dafa langsung menjatuhkan tubuhnya di kolam renang itu. Tak peduli pula pada seragam putihnya yang pasti basah kuyup. Yang ada dipikirannya sekarang, hanya tentang ketakutan. Takut ia terlambat menyelamatkan gadis ini.

Setelah berhasil membawa tubuh Hana ke tepi kolam renang, Dafa lantas merebahkannya di sana, sedang kepala Hana ia letakkan di pangkuannya. Hal pertama yang lelaki itu lakukan, mencek napasnya, dengan mengarahkan jari telunjuknya ke hidung gadis itu. Beruntunglah, deru napasnya masih terasa. Tanpa berpikir panjang lagi Dafa langsung mengangkat tubuh Hana menuju UKS––satu-satunya tempat yang bisa menyelamatkan gadis ini.

Hana, tolong bertahan...

***

"Alesya, kok lo santai banget sih, atau lo emang gak tau ya, kalau pacar lo tadi gendong cewek. Katanya sih, Hana."

Suasana hati Alesya yang semulanya baik-baik saja dengan menyantap nikmat bakso pesanannya di kantin itu mendadak buyar ketika salah satu gadis datang ke mejanya dengan membawakan kabar yang cukup mengejutkan padanya dan teman-temannya. Alesya mengangkat alisnya, mencoba mencerna baik-baik perkataan gadis itu lagi. Lalu menjawabnya dengan setenang mungkin.

"Hah? Lo ngomong apa sih? Kalau buat gosip itu yang masuk akal dikit. Yakali cowok gue gendong cewek!" Alesya terkekeh kecil, kemudian kembali menyantap baksonya.

Dafa terkenal humble, namun selama berpacaran dengan Alesya, lelaki itu tidak pernah sedikitpun berniat ingin menyelingkuhinya––meski jika diingat, mereka memiliki tembok tinggi––tentang beda agama, tetapi mereka masih setia untuk terus bersama. Jadi menurut Aleysa, Dafa tidak mungkin segampang itu menduakannya ketika mereka sudah menjalani hubungan genap dua tahun.

"Kalau gak percaya, lo bisa liat sendiri sana ke UKS. Pacar lo lagi sama Hana." Gadis itu berlalu pergi, merasa kesal kepada Alesya yang tidak percaya dengan perkataannya––padahal jelas-jelas dirinya melihat Dafa menggendong Hana barusan ke UKS.

EVANDER || BTSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant