"Makasih, Sya!!"

"Iya sama-sama." Alesya sudah melahap coklatnya itu dengan semangat. Meski mulut sudah diisi oleh makanan, tidak membuat gadis itu berhenti berbicara. "Di rumah lo ada siapa sekarang Anjani? Kalau banyak orang kan rada malu, siapa tau nanti kita ngerusuh gitu tanpa sengaja."

"Itu sih lo, kampret!!" timpal Gea gemas.

Anjani terkekeh, lalu menjawab pertanyaan Alesya barusan, "Mama aja sih di rumah."

"Papa lo gak ada?"

"Kalau Papa pulang malam, jam segini gak ada di rumah."

Alesya mengangguk saja. Topik pembicaraan tidak berhenti sampai di sana. Hal-hal menarik terus mereka perbincangkan, menjelajahi perjalanan dengan riuhnya gosip yang Alesya lontarkan.

Ciittt!!

Bruk!

"Awhh!! Kepala gue kejedot! Lo kenapa rem mendadak anjrittt?!!"

Alesya memegangi kepalanya akibat kepentok bagian mobil di depannya. Meringis kesakitan sambil menggerutu dengan melirik tajam ke arah Gea. Sedang Gea lantas bersuara, "Itu liat, ada orang yang sengaja stop di depan. Kayanya sengaja ngehalangin jalan kita."

Alesya beralih pandang pada tunjukkan Gea sekarang. "Mereka Black Moon, kan? Anak geng motor sebelah. Jangan bilang mereka bakal gangguin kita?"

Amanda yang di belakang cepat menepis dugaan Alesya barusan, "Jangan ngomong gitu! Tenang dulu, selagi kita gak pernah cari masalah sama mereka sebelumnya, pasti gak diapa-apain kok."

"Kok lo yakin banget?! Mereka itu bahaya tau gak! Bahkan jauh lebih bahaya dari geng motor si Devan!" Alesya meninggikan nada bicaranya. Keselamatan mereka sedang terancam, gadis itu tidak bisa menyepelekannya begitu saja.

"Iya gue tau, tapi tolong tenang dulu. Kita juga gak di tempat sepi banget, masih ada beberapa pengendara yang lewat, mereka gak mungkin nekat mencelakai kita." Dari keempat gadis di dalam mobil ini, hanya Amanda yang terlihat lebih tenang. Baginya, jika jiwa ketakutan lebih dulu menguasai diri, otak tidak akan bisa bekerja dengan benar. Pikiran akan terpecah kemana-mana.

"Gue telepon Om gue dulu, dia polisi." Amanda sudah menelepon salah satu Omnya yang berprofesi sebagai polisi. Dalam hati ia terus berharap Omnya segera mengangkat panggilannya sekarang.

Sedang diluar sana, empat anggota Black Moon itu turun dengan cepat menuju mobil para gadis ini. Wajah keempat para lelaki itu yang terkesan datar dan menyeramkan membuat Alesya yang menatap duluan berputar arah ke belakang dengan panik. "Mereka ke sini!!"

"Gimana? Om lo ngangkat gak?"

Dengan ragu Amanda menggeleng. Sekali ia mencoba. Namun mendadak, suara ketukan dari kaca mobil mengalihkan perhatian mereka semua. Anjani meremas ujung roknya, mendadak ia juga ikut merasa takut seperti teman-temannya sekarang.

"Buka pintunya!!"

"Jangan..." lirih Alesya kepada Gea sekarang, sebab kaca mobil itu tepat di pintu pengemudi dimana Gea berada.

Gea meraih tangan Alesya. Dingin di telapak tangannya menjalar pada tangan Alesya sekarang. Seberani-beraninya para perempuan, jika sudah dihadapkan dengan lelaki modelan seperti mereka, siapa saja, tidak mungkin tidak merasa takut.

"Sya, coba lo telepon Dafa, siapa tau dia bisa bantu, bareng teman-temannya," ucap Anjani. Astaga, mereka nyaris lupa jika diantara mereka ada yang memiliki pacar dari anggota Evander.

Mendengar itu, lekas saja Alesya mengambil ponselnya. Dengan tangan yang mulai bergetar hebat ia mencari kontak sang kekasih, ketika dapat, langsung saja gadis itu menghubungi Dafa. Beberapa detik, suara operator justru yang berbicara, memberitahu bahwa nomor tersebut sedang tidak aktif.

EVANDER || BTSWhere stories live. Discover now