-124- SEASON 8 (5)

Start from the beginning
                                    

Ais pun tersenyum, dan memeluk Zahra

Cukup lama kedua saudara tersebut saling memeluk, dan melepaskan rasa rindunya di tempat yang sama

"Teteh datang Tadi pagi Ais" ucap Zahra pada Ais

Ais mengangguk mengerti,
"Ais rindu sama teteh" ucap Ais pada Zahra

Zahra pun tersenyum,
Ia mengusap2 rambut Ais lembut,
"Teteh juga rindu sama Ais"

"Teteh datang kok ngga bilang-bilang Ais dulu"
"Kalo teteh bilang dulu sama Ais, mungkin Ais udah bawa makanan banyak buat Teteh sama A' Radi" ucap Ais pada Zahra

Zahra sedikit terkekeh,
Ia melepaskan pelukannya pada Ais,
"Memang teteh Ndak bilang sama siapa2"
"Rencananya buat kejutan untuk mamah papah" balas Zahra pada Ais

Ais pun mengangguk mengerti,
"Ah, begitu ya"

"Tapi teh, teteh tambah berisi lho"
"Teteh tambah cantik juga" ucap Ais pada Zahra

Zahra tersenyum,
"Ais juga kok"
"Ais yang dulu sering teteh gendong, sekarang sudah se gede ini" balas Zahra

Ais tersenyum,
"Iya, dulu kan teteh sering banget ngajak Ais main, setelah teteh ngga disini lagi, Ais jadi kesepian" tambah Ais

"Oh iya"
"Zahira mana teh?" Tanya Ais pada Zahra, mengenai Zahira

"Tadi-- sama mamah"
"Mungkin Zahira ada di kamar kecil teteh dulu, mungkin sama Rendi juga" balas Zahra

Ais kembali mengangguk,
"Pasti Zahira sekarang sudah besar, tingginya mungkin setinggi teteh" ucap Ais pada Zahra

Zahra sedikit terkekeh,
"Bukanlah"
"Dia sekarang lebih tinggi dari teteh lho" balas Zahra

"S'serius teh?" Tanya Ais tak percaya

Zahra kembali mengangguk senyum,
"Iya"

"Em, ngga apa lah kalau Zahira lebih tinggi dari teteh, kan dia juga keturunan A' Radi, jadi tingginya ngikut"
"Tapi cantiknya tetep dong, ngikut teteh nya Ais yang cantik ini" jelas Ais pada Zahra

Zahra kembali terkekeh,
"Ais Ais"
"Ada-ada aja kamu ini"

"A' Radi beruntung banget bisa dapet teteh, hehe"
"Cantiknya luar biasa pokoknya" ucap Ais pada Zahra

Zahra menghela nafas, dan tersenyum,
"Sudah"
"Teteh sudah Ndak muda lagi, sudah ada keriput juga, malahan mas Radi yang nambah ganteng" ucap Zahra pada Ais

Ais balik terkekeh,
"Hehe, memang sih teh, wajah A' Radi dari dulu ngga berubah" balas Ais

"Ada perubahan kok, dia sekarang ada sedikit kumis, kalo dulu kan Ndak ada" ucap Zahra

"Ye itu kan wajar, kan A' Radi laki-laki teh" balas Ais balik

Tak lama dari obrolan itu, Ais mengajak Zahra untuk berkeliling rumah bak istana tersebut

Tak merasa keberatan, Zahra pun menyanggupinya,
"Kita-- keliling rumah ini gimana teh? sekalian nostalgia kaya dulu" pinta Ais pada Zahra

Zahra pun mengangguk senyum,
"Boleh juga"
"Udah lama juga, teteh jadi kangen" balas Zahra,

Di tengah mereka berkeliling rumah bak istana tersebut,

"Oh iya teh"
"Sebentar lagi, Ais mau nikah" ucap Ais pada Zahra

Zahra membelalakkan kedua matanya ke arah Ais,
"Eh, beneran??" Tanya Zahra terkejut

Ais mengangguk senyum,
"Iya teh" balas Ais

"Nanti teteh sama A' Radi datang ya"
"Ais itu pengen banget kalian berdua datang" pinta Ais pada Zahra

Zahra mengangguk senyum,
"Iya , pasti datang kok"

"Ajak Zahira sama Rendi juga sekalian"
"Mau kasih mereka hadiah soalnya, hehe" pinta Ais pada Zahra

Zahra kembali mengangguk senyum,
"Iya, pasti teteh ajak mereka juga Ais"

"Ya teteh berharap, semoga acara pernikahan kamu nanti, lancar, tanpa halangan apapun" tambah Zahra pada Ais

Ais mengangguk senyum
"Amin" balas Ais

Zahra dan Ais kembali menyusuri rumah bak istana bersama dengan Ais

Mereka berdua nampak jelas melepaskan rasa rindunya berdua

"Teh"

Zahra mengalihkan pandangannya ke arah Ais
"Iya?"

"Gimana kabar hubungan teteh sama A' Radi?"
"Soalnya Ais kan tau betul teteh dulu menikah karena suatu hal, Ais lihat sebelum teteh Nikah sama A' Radi, teteh tuh nangis di depan cermin, teteh bilang kalo teteh ngga cinta sama A' Radi" tanya Ais pada Zahra

Zahra pun menghela nafas, ia mengingat masa-masa itu,

Meskipun ia memaki Radi saat itu, namun hati Zahra juga hancur,
"Ais"
"Soal teteh menangis di depan cermin, itu benar"
"Tapi-- kalo soal ucapan, mungkin itu suatu hal yang sebenarnya ndak pantas teteh ucapkan saat itu" jelas Zahra pada Ais

Ais mengerutkan keningnya,
"K'kenapa begitu teh?" Tanya Ais pada Zahra

"Karena, faktanya setelah menikah dulu, Teteh baru sadar, Mas Radi bukanlah laki-laki seperti yang teteh ucapkan waktu itu"
"Dia benar-benar baik, dia suami yang baik, suami yang pengertian, suami yang lemah lembut, dan suami yang selalu berusaha untuk melindungi keluarganya"
"Dia suami yang berani mengambil resiko apapun, demi keutuhan rumah tangganya" jelas Zahra pada Ais

"Teteh merasa bersalah, karena sudah mengatakan hal itu, karena waktu itu teteh mencurigai calon suami teteh sendiri" tambah Zahra

Ais pun mengangguk mengerti,
"Ais senang, teteh bahagia sama A' Radi" ucap Ais pada Zahra

Zahra tersenyum,
"Iya"
"Semoga saja, bahagianya akan terus berlanjut" balas Zahra

"Iya"

"Oh iya teh"
"Apa teteh pernah kena marah sama A' Radi setelah menikah?" Tanya Ais pada Zahra

Zahra mengangguk,
"Pernah"
"Waktu teteh mengatakan sesuatu yang ndak pantas buat mas Radi, tepat di depan mas Radi sendiri, dan mas Radi-- marah besar"

Ais meneguk salivanya,
Bahkan orang yang ia kenal, Se tenang Radi pun, bisa marah besar

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana amarah seorang Radi

"Teteh memaki mas Radi dan keluarga mas Radi hingga membuat kesabaran mas Radi habis"
"Teteh sadar, tapi entah kenapa, tiba2 teteh mengatakan hal yang ndak pantas buat dia"
"Dan setelah itu, teteh langsung menyesalinya"
"Teteh Ndak bisa tidur semalaman gara-gara ucapan teteh sendiri"

"Teteh masih ingat betul bagaimana rasa amarah dari mas Radi, sehingga sampai sekarang teteh Ndak berani buat mas Radi marah"
"Meski teteh tau mas Radi orang yang penyabar" jelas Zahra pada Ais

Next

°°

Ada komentar?

Ada komentar?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Suamiku Adalah Adik KelaskuWhere stories live. Discover now