buPart 49 : Maunya Dede

Magsimula sa umpisa
                                    

"Ayo buka, Mas!" kata Ayna, tak sabar.

Tangan Arqan mulai membuka kotak itu dan menemukan sebuah alat tes kehamilan di sana. Arqan kembali menatap Ayna yang kini memiringkan kepalanya ke kiri sambil masih tersenyum.

"Positif?" tanya Arqan. "Kamu hamil, Sayang?" tanyanya lebih jelas.

Ayna mengangguk tegas, lantas kembali menerjang tubuh Arqan, memeluk tubuh suaminya itu.

"Iya, Mas. Aku hamil, kita bakal jadi orang tua." Mendengar itu, Arqan balas memeluk tubuh Ayna. Memejamkan matanya, mengucap rasa syukur di dalam hati.

"Masyaa Allah, alhamdulillah." Arqan berucap sambil melepaskan pelukannya, lantas lelaki itu menangkup kedua pipi Ayna. Terlihat gurat bahagia di wajah cantik itu. "Kenapa baru bilang sekarang, hm?" tanya Arqan.

"Aku juga baru tau, Mas. Tadi siang aku baru cek pas kebetulan aku lagi pusing."

"Besok kita checkup ke Dokter kandungan, aku pengen tau udah berapa lama dia ini berada di perut Uminya." Tangan Arqan terangkat mengusap perut Ayna yang masih rata.

"Mas?" Ayna menatap Arqan dengan bibir terlipat ke dalam.

"Hm?" Arqan hanya menjawabnya dengan deheman.

"Aku tiba-tiba kepengen sesuatu." Ayna menunduk sambil memainkan jari jemarinya.

"Kamu ngidam? Ngidam apa, Sayang?" tanya Arqan.

"Aku pengen sate ayam tapi nggak ditusuk."

"Hah?!" Dahi Arqan mengerut heran. "Sate ayam tapi nggak ditusuk? Gimana konsepnya?"

"Ya pokoknya gimana aja terserah, aku pengen sate ayam tapi nggak ditusuk."

"Yaudah beli ayam bakar aja, kan sama-sama dibakar."

"Ihh, Mas. Ini maunya dede loh, pokoknya sekarang kita pergi ke warung sate!"

"Yaudah iya, hayu."

30 Menit kemudian

Saat ini Arqan dan Ayna sudah berada di warung sate Mang Asep, warung sate yang setiap harinya selalu ramai. Ayna sudah duduk dengan lesehan di atas karpet, menunggu pesanannya tiba.

"Mas, gimana? Mang Asep mau kan bikininnya?" tanya Ayna.

Arqan mengangguk tapi tak urung juga dia meringis pelan saat mengingat kebingungan mang Asep saat Arqan memesan sate ayam tapi tidak ditusuk.

"Gimana ekspresi mang Asep, Mas?" Ayna terkikik geli sendiri mengingat pesanannya yang memang aneh.

"Bukan cuma mang Asep yang bingung tapi aku juga bingung, Sayang. Jadi aku cuma minta mang Asep bikin daging ayamnya dipotong-potong kaya disate tapi nggak ditusuk." Ayna mengangguk saja sebagai respon, memang seperti itu keinginannya. Sate ayam tapi tidak ditusuk.

Beberapa saat kemudian, mang Asep dan satu pelayannya datang menghampiri tempat duduk Ayna membawa pesanan yang sudah cukup lama Ayna tunggu.

"Ini pesanannya Neng Ayna, sate ayam tanpa ditusuk," kata mang Asep diakhiri senyum kecil.

"Makasih ya Mang, maaf nih ngerepotin." Mang Asep mengangguk lalu pergi setelah menyimpan pesanan Ayna.

Sepeninggal mang Asep, Ayna pun menatap makanannya dengan mata berbinar. Tangannya mulai mencomot satu daging ayam yang dipotong-potong kecil itu dalam piring.

"Pake sendok, Sayang!" Arqan sedikit menegur Ayna.

"Maunya dede, Mas. Aku mau makan pake tangan!" Lagi dan lagi Ayna mengucapkan jika ini kemauan si cabang bayi.

"Oke, oke. Jangan lupa baca doa!" Ayna mengangguk.

Usai membaca doa dalam hati, Ayna pun memasukkan daging ayam ke mulutnya yang sedari tadi sudah membuatnya lapar.

Satu suapan dia begitu menikmatinya, mengunyah daging ayam itu sambil memejamkan mata.

"Hm, enak," gumam Ayna. Selanjutnya, ekor mata Ayna melirik sang suami yang begitu menikmati sate ayamnya, tentu ditusuk menggunakan tusuk sate.

Kedua alis Ayna mengerut, sepertinya yang dimakan oleh Arqan terlihat enak.

"Kenapa?" tanya Arqan dengan matanya yang menatap Ayna.

"Sate kamu kok kayanya enak, Mas?"

"Hm, iya dong." Arqan mengangguk.

Arqan melanjutkan memakan satenya dengan Ayna yang memperhatikannya, kedua bola mata perempuan itu membola, berulang kali ia membasahi bibirnya karena ingin makanan yang dimakan oleh Arqan. Padahal tadi saja dia menggebu-gebu ingin makan sate tanpa ditusuk, tapi kenapa sekarang malah ingin makan sate milik Arqan?

Arqan yang melihat itu tersenyum kecil, lantas saat sudah menghabiskan daging ayam di satu tusuk satenya dia pun memberikannya pada Ayna bermaksud menjahilinya.

"Aaa, dimakan dong!" kata Arqan dengan senyum tak luntur di wajah.

Namun Ayna justru merespon tangannya, dia menjilat tusuk sate yang kosong itu dengan mata berbinar seolah ia memang menikmati bumbu-bumbu yang sedikit tersisa di tusuk sate itu.

"Enak, Mas," ujar Ayna.

"Kok bisa ya tusuk sate bekas kamu enak begitu?" Ayna bertanya.

"Karena di situ ada bekas bibir aku."

•••

Gimana chapter ini?

Go follow akunku dulu gengs...

Follow juga Tiktok aku: @fiaafnh

Aku sering buat konten-konten menarik di sana, kalian bisa lihat dan bagikan.

Dear My Husband (COMPLETE)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon