46. Pencarian

1.7K 140 21
                                    

Sudah dua bulan masa pencarian Lily, namun gadis itu belum di temukan sama sekali, dua minggu setelah kejadian hanya di temukan puing-puing jet yang berada di lautan lepas. Viona, Andrea, dan semua anggota TWD tak henti-hentinya menambah orang untuk mencari Lily. Sedangkan Vikri? Cowok itu berubah menjadi pendiam, setiap malam hanya rasa bersalah yang menghantui cowok itu.

"Vi, makan dulu, udah dua hari kamu cuma minun tanpa makan," ucap Alvian menghampiri Viona yang duduk di kursi yang menghadap ke beberapa layar yang menampilkan gambar-gambar rumit.

"Nanti," satu kata yang terlontarkan dari Viona sejak pertama kali mereka mencari keberadaan Lily.

Alvian menghela napas, ia menaruh nampan berisi makanan di atas meja yang tersedia di sana, lalu keluar menuju ruangan di sebelahnya, dimana Andrea berada. Tak jauh berbeda dari Viona, Andrea kini juga dihadapkan oleh beberapa layar yang jauh lebih banyak.

"Re? Kamu udah makan?" Tanya Alvian yang dianggukki Andrea.

Alvian melirik makanan yang hanya berkurang sedikit. Lagi dan lagi ia menghela napas, susah sekali membujuk kedua gadis itu untuk makan lebih banyak, terutama Viona yang setiap saat menyibukkan diri dengan beberapa layar komputer.

~☆~☆~☆~
Ting

Bunyi ponsel Viona tak membuat gadis itu bergeming dari duduknya dengan mata yang masih menatap layar komputer di depannya.

Ting

Ting

Ting

Ting

Tangan gadis itu terkepal erat saat bunyi notif ponsenya tak berhenti

+30 XXXX

Γεια σου, μην ξεχάσεις να φας το φαγητό σου, μωρό μου

Θυμίστε και τον Ρερέ

Μην τον ψάχνεις συνέχεια, είναι ασφαλής μαζί μου

Dia? Aman? Siapa? Kerutan di dahi Viona semakin terlihat jelas, saat gadis itu melihat tanda YMH di username yang ada di nomor itu.

Ting

Μην το σκέφτεστε πολύ και βιαστείτε να φάτε το φαγητό σας

Viona melirik makanan yang tadi Alvian bawakan, dengan malas Viona memakan makanan itu. Di tengah acara makannya Viona tiba-tiba teringat Agam yang berada di pulau pribadinya. Viona meletakkan piring di atas meja dengan kasar, ia berdiri mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu bodyguard yang ia kirim untuk menjaga Agam.

"Hallo, selamat siang miss, ada yang bisa saya bantu?"

"Agam?"

"Tuan Muda aman miss, saat ini Tuan Muda sedang bermain bersama Lina di ruang bermain."

Viona menghembuskan napasnya dengan pelan, sungguh ia khawatir dengan putranya itu.

"Terima kasih."

Tut tut tut

"Vi?"

Panggil seseorang dari belakang membuat Viona membalikkan badannya. "Apa?"

Andrea masuk dan menutup pintunya, ia duduk di sofa yang ada di dalam ruangan seraya membawa kertas.

"Aku nemu ini di di ruangan Yaya." Ujar Andrea memberikan kertas itu kepada Viona.

"Rumah sakit?" Beo Viona menatap logo rumah sakit milik Lily. Dengan cepat Viona membukanya dan membaca apa yang tertulis di dalam kertas tersebut.

"Apa?! Yaya hamil?!" pekik Viona menatap kertas itu dengan pandangan tak percaya. "Lo udah tau?" tanya Viona, yang di balas gelengan kepala oleh Andrea.

Viona mendudukkan diri di kursi dekatnya, dengan tangan yang memijat pangkalan hidungnya.

"Tapi Vi, bukannya tiga minggu yang lalu setelah acara anniv nya Papa Aldi sama Mama Nalina, Yaya anuan sama Vikri ya?" ujar Andrea mengingat kejadian di mana Lily pulang dengan keadaan yang tidak baik.

Viona langsung tersadar, ia mengambil kunci mobil dan berjalan dengan cepat menuju garasi markas, di susul Andrea. Alvian yang melihat kedua gadis itu berjalan dengan terburu-buru langsung mengikutinya.

~☆~☆~☆~

Di sisi lain Viona mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, dengan Andrea yang duduk di kursi penumpang bagian depan. Tujuan mereka adalah Rumah Sakit Rain Lily, rumah sakit milik Lily. Tak lama mereka telah sampai di parkiran rumah sakit. Mereka berjalan memasuki gedung rumah sakit dan mencari Dokter Diah Afifah.

Sesampainya di depan ruangan Dokter Diah Afifah, mereka langsung masuk. Tidak sopan, tapi mau gimana lagi? Itulah sifat mereka.

Dokter Diah yang ke betulan sekali ada di ruangannya langung berdiri, di dalam hati Dokter muda itu bertanya-tanya, apa yang membuat kedua Nona Miacova datang ke sini.

Viona menaruh kertas yang tadi Andrea temukan di atas meja Dokter Diah. Dokter muda itu mengambil kertas dan membukanya, setelah mengetahui itu adalah hasil tes Lily, Dokter Diah melirik Viona dan Andrea yang menatapnya.

"Apa itu benar, Dok?" tanya Andrea dengan penasaran.

Doktet Diah menyuruh kedua gadis itu untuk duduk di sofa yang ada di dalam ruangan miliknya. "Ya, dua minggu yang lalu Nona Lily datang ke sini, awalnya saya bingung kenapa Nona Lily datang,"

Flashback

"Nona? Kenapa anda datang kemari? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Dokter Diah menatap Nonanya itu.

"Diah, sudah berapa kali aku bilang, untuk janan memanggilku dengan sebutan Nona!" ucap Lily menatap tak suka ke arah Dokter Diah.

Karena umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja. "Maaf Lily," ujar Dokter Diah.

"Diah, beberapa hari ini aku sering muntah, tapi muntah ku hanya sebatas cairan bening, dan akhir-akhir ini aku ingin makan-makanan yang aneh-aneh, badan ku juga lemas saat melakukan misi, tidak seperti biasanya," ujar Lily menatap Dokter Diah, "apa yang terjadi kepadaku?" lanjut Lily bertanya.

"Kenapa kamu berkonsultasi kepada ku? Aku ini dokter kandungan, jika kau lupa," ujar Dokter Diah.

Lily merotasi bola matanya, "aku takut aku hamil, satu minggu yang lalu, aku melakukan itu dengan orang."

Dokter Diah menatap tak percaya kepada Lily, "apa kau serius Lily? Jangan bercanda."

Lily menggelengkan kepalanya, "apa wajahku terlihat bercanda, Diah?" tanya Lily dengan suara datar.

"Baiklah-baiklah, ayo berbaring di sana, aku akan memeriksamu," ucap Dokter Diah meminta Lily agar berbaring di ranjang pesakitan.

Dokter Diah terlihat begitu serius memeriksa Lily, setelah itu ia memberikam test pack kepada Lily dan meminta gadis itu untuk menggunakannya.

Lily mengambil test pack itu dengan ragu, ia berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam ruangan Dokter Diah.

Tak lama Lily keluar dengan wajah pucatnya, serta tatapan mata yang kosong. "Bagaimana hasilnua?" tanya Dokter Diah menatap Lily penasaran.

"D-dua garis," ujar Lily lirih, ia menjatuhkan tubuhnya di atas lantai yang dingin.

Flashback

•••

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian

See you next time

The Wolf Devil's (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang