44. Diusir?

1.8K 161 64
                                    

Happy Reading!

"BARRA! MAKSUDNYA INI APA?!" Bentak Ardi meletakkan sejumlah kertas tagihan keatas meja.

Barra melirik kertas itu dengan malam. "Apasih pa, lagian papa juga masih punya banyak uang kan, gitu aja perhitungan sama anak." Kata Barra membuat Ardi bertambah murka.

"PERHITUNGAN KAMU BILANG?! BARRA KAMU NGELUARIN UANG HAMPIR SATU MILYAR BUAT WANITA ITU KAN?!"

"SUDAH BERAPA KALI PAPA BILANG, DIA CUMA MANFAATIN KAMU BARRA!" Bentak Ardi marah bercampur kesal.

"DIRA GAK MANFAATIN BARRA! ASAL PAPA TAU, RUMAH DIRA KEBAKARAN, JADI BARRA BANTU, PAPA KALO GAK TAU GAK USAH SOK TAU DEH!" Bentak Barra tak kalah keras dari Ardi.

Nalina menutup telingan Priya yang ada disana, ia menatap kecewa kearah Barra yang membela mati-matian wanita yang jelas-jelas ditentang dirinya dan suamianya.

"Mama?" Ucap lirih Priya mendongak menatap Nalina.

PRANGGG

"PERGI KAMU DARI RUMAH INI!" Usir Ardi yang terlanjur murka atas tingkah Barra yang seenaknya.

Deg

Nalina berdiri mencegah Barra agar tidak pergi. "Mas jangan usir barra mass hiks..." Tangis Nalina memohon kepada Ardi.

Ardi mengabaikan Nalina dan memilih masuk kedalam ruang kerjanya meninggalkan ruang keluarga. Priya menatap kosong kearah lantai. "Anjing lo dira," desis Priya dengan kedua tangan yang terkepal di samping tubuhnya.

~☆~☆~☆~
"Terus lo mau tinggal dimana bar?" Tanya Dewa kepada Barra yang tengah menyesap rokoknya.

"Apartemen." Jawab Barra singkat. "Cariin lowongan pekerjaan, apa aja boleh." Lanjut Barra.

Mereka fokus pada ponsel mereka untuk membantu Barra mencari lowongan pekerjaan. "Bar ini ada, tapi jadi montir dibengkel kecil?" Ucap Vikri ragu menatap Barra.

"Yang lain gak ada?" Tanya Barra, Vikri hanya menggelengkan kepala.

Barra mengehela napas lalu menganggukkan kepalanya. "Coba deh, bisa lamar kapan?"

"Hari ini bisa deh kayanya." Kata Vikri setelah melihat-lihat ponselnya yang tertera lowongan kerja.

"Kirim alamatnya kri, gue duluan." Ucap Barra berlalu pergi meninggalkan mereka.

"Gue kasihan deh sama barra, dia di usir sama om ardi, padahalkan barra cuma bantu dira." Celetuk Angga.

"Bantuin sih ya bantuin, tapi ya masa sampe keluar hampir satu milyar." Sahut Dewa menimpali ucapan Angga.

"Iya juga ya."

~☆~☆~☆~
Ardi di dalam mobil yang melaju dengan cepat, setelah mengusir anaknya ia mendapat panggilan dari kantor bahwa ada yang mendatangi kantornya dan menduduki kursi kebesarannya, ia mengaku bahwa perusahaan itu sudah menjadi miliknya membuatnya langsung bergegas menuju perusahaan miliknya. Sesampainya disana Ardi melihat kantornya sudah dikerumuni oleh wartawan.

Seketika wartawan berbalik menatap Ardi yang baru saja turun dari mobil.

"Pak apa benar perusahaan ini sudah berganti nama?"

"Dan apa alasannya Pak?"

Baru saja Ardi akan melangkah masuk sudah mendapat beberapa pertanyaan dari wartawan membuatnya pusing sendiri, hingga asisten pribadinya datang dan membantunya masuk ke dalam kantor.

"Terima kasih Doni, dimana orangnya?" Tanya Ardi kepada Doni saat mereka sudah berada di dalam lift.

"Ada diruangan Bapak, sudah saya suruh pergi tetapi ia bersikeras menolak dan tetap duduk dikursi Bapak."

"Apa dia seorang lelaki?"

Doni menggelengkan kepada. "Bukan Pak, ia seorang gadis."

"Gadis?" Ucap lirih Ardi. "Apa kau serius Doni?"

"Saya serius Pak."

Ting

Pintu lift terbuka, mereka langsung masuk kelorong sebelah kiri yang langsung menuju keruangan Ardi.

Ceklek

"Hai Om." Suara seorang gadis menyapa pendengaran Ardi.

"Kamu? Apa masuk kamu?" Tanya Ardi heran menatap gadis yang duduk di kursi kebesarannya.

Gadis itu hanya diam dan menampilkan senyuman manisnya membuat Ardi bertambah bingung. Gadis itu memberikan map merah kepada Ardi.

Ardi mengambil map itu dan membukanya lalu menbaca setiap kata yang ada, matanya melotot saat membaca perusahaan ini telah resmi berpindah tangan kepada .....

Brak

"APA-APAAN INI?!" Bentak Ardi melempar map merah itu keatas meja.

Gadis itu tertawa sinis. "Bagus bukan permainan ku, Om?"

Ardi menatap marah kearah gadis itu, sungguh ia tak terima perusahaan yang ia rintis dari Nol dengan mudahnya berpindah tangan kepada gadis sialan di depannya ini.

"Perusahan, mansion, mobil, semua milikku. Saya persilakan Om untuk pergi dari perusahan ini dan mansion tanpa membawa sepeser uang milik saya." Ucap gadis itu yang diakhir tawa.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Hehehe kali ini  sampai nanti ending gak ada spoiler ya

Hehehe, kira-kira siapa ya gadis yang mindahin perusahaannya Ardi ketangan gadis itu?

Coba tebak, kalo bisa tebak dapet 🍼 dari aku, online tapi🤣

Terima uang
-AliffahEchiA

The Wolf Devil's (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang