42. Kecewa

1.8K 157 104
                                    

Happy Reading!

Sinar matahari memasuki celah-celah gorden kamar kedua insan berbeda jenis kelamin, membuat gadis yang tidur itu bangun. Air mata gadis itu kembali turun saat ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya mendapati bercak darah keperawanannya yang direnggut secara paksa.

Ia berjalan memunguti gaunnya dan memakainya, dengan berjalan sedikit tertatih, sebelum keluar kamar ia menatap Vikri yang tertidur, hingga air matanya kembali turun saat itu juga, segera ia pergi dari kamar itu menuju taksi yang menunggunya didepan hotel.

Selama perjalanan Lily membuka ponselnya ia mengotak-atik ponsel itu hingga mendapatkan apa yang ia inginkan. "Jadi ini alasan lo minta maaf?" Ucap lirih Lily.

"Maaf mbak, sudah sampai." Ucap sopir taksi membuat Lily menatap sekitar, ia memberikan uang kepada sopir itu lalu turun berjalan dengan tertatih menuju pintu utama mansion.

"Ly? Kaki sakit? Kok jalannya begitu?" Ucap Viona yang datang menghampiri Lily.

Lily menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap Viona. "Lo kenapa sih? Kok nunduk?" Tanya Viona heran.

Tiba-tiba Lily menjatuhkan tubuhnya ke lantai mansion dengan isak tangis yang begitu lirih, Viona menatap Lily dengan pandangan terkejut namun ia juga ikut berjongkok. "Lo kenapa? Cerita sama gue ly." Ucap Viona memegang bahu Lily.

"G-gue, g-gue udah gak suci vi hiks..." Ucapan Lily membuat Viona termenung.

"Maksud lo apa ly?!" Sentak Viona berdiri dari berjongkoknya. Namun tak ada balasan dari Lily selain isak tangis Lily yang terdengar. "Hahaha, gak mungkinkan ly? JAWAB LY!"

"Hiks... maaf, gue gak bisa jaga diri gue."

Air mata Viona turun seketika, ia merasa tak berguna sebagai sahabat yang tak bisa melindungi sahabatnya sendiri. "Siapa?" Tanya Viona dengan nada dinginnya.

"Vikri." Jawab Lily membuat tatapan Viona menajam.

"J-jangan vi." Cegah Lily saat Viona akan pergi.

"MAKSUD LO APA? GUE HARUS DIEM GITU, SAAT SAHABAT GUE DI PERKOSA?!" Bentak Viona, dadanya naik turun serta matanya yang menatap tajam ke arah Lily.

"Vikri dijebak vi, jangan bunuh dia." Ucap Lily memberanikan diri menatap Viona.

"TAPI DIA UDAH PERKOSA LO LY, PERKOSA!!"

"Ja-

Bruk

Sebelum menyelesaikan ucapannya Lily lebih dulu pingsan membuat Viona mencoba menetralkan emosinya. Ia berjalan ke arah Lily yang tergeletak di lantai mansion, dengan bantuan bodyguard ia menyuruh mereka membaringkan Lily di kamarnya.

"Kenapa?" Tanya Andrea melihat Lily yang berada di gendongan salah satu bodyguard.

"Panggil dokter." Ucap Viona tanpa membalas pertanyaan Andrea. Andrea hanya menuruti perintah Viona walaupun dirinya juga bingung sendiri.

Tak lama dokter datang dan memeriksa Lily. "Apa yang terjadi padanya?" Tanya Viona.

"Nona lily mengalami tekanan batin yang cukup berat, setelah ia sadar jauhkan ia dari pikiran yang membuatnya stress." Ucap dokter itu. "Dan untuk obat, bisa ditebus di apotik."

Andrea mengantarkan dokter itu keluar meninggalkan Viona dan Lily didalam kamar berduaan.

"Eughhh." Suara lenguhan membuat Viona menatap kearah Lily yang mulai membuka matanya.

Tatapan datar Viona lemparkan kearah Lily yang menatapnya takut-takut. "Vi, maaf." Ucap Lily lirih yang hanya diabaikan oleh Viona. Gadis itu berjalan menuju jendela besar yang ada dikamar Lily, menatap pohon-pohon rindang yang mengelilingi mansion.

"Kenapa ly? Gue mati-matian jaga kalian berdua, kenapa lo ngecewain gue?" Kata Viona menatap kecewa kearah Lily.

"Maaf vi, gue gak bisa jaga diri, maaf." Ucap Lily dengan kepala yang menunduk.

"Maksud kalian apa? Lily gak bisa jaga diri? Maksudnya?" Tanya Andrea yang baru saja datang menatap keduanya bingung.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Andrea, membuat gadis itu bertambah heran. "Kalian kenapa sih?!" Sentak Andrea membuat kedua gadis itu menatap Andrea.

Ting

Notif dari ponsel Lily membuat mereka menoleh kearah ponsel Lily yang tergeletak diatas nangkas.

"Vikri?" Beo Andrea menatap Lily dengan tatapan penuh tanya. Sedangkan Viona sudah menatap Lily tajam.

Dengan yang bergetar Lily mengambil ponselnya.

Vikri

Vikri
Ly
Sorry ly, gue bakal tanggung jawab

Vikri
Ga prlu

Vikri
Ly, gue serius! Gue bakal tanggung jawab

Me
Lupain kjdian dihotel, bersikaplah seperti tidak terjadi sesuatu. Gue mohon

Vikri
Lo jangan egois ly, gue disini merasa bersalah

Tanpa membalas pesan dari Vikri, Lily langsung memblokir nomor laki-laki itu. Ia mendongak menatap Andrea dan Viona yang sekarang duduk di sofa kamarnya.

"Jelasin ly!" Ucap Viona dengan nada yang penuh penekanan.

Tanpa membuang waktu Lily mulai menceritakan kejadian dimalam itu tanpa pengecualian. Andrea yang tengah meminum Tequila tersedang hingga membuat matanya berair.

"Ly? Kamu serius? Terus dia mau tanggung jawab gak?" Tanya Andrea yang langsung bangkit dari duduknya.

"Dia bilang mau tanggung jawab, tapi gue nolak." Jawab lirih Lily dengan kepala yang menunduk.

"Kenapa? Kenapa lo nolak? Gimana kalo lo hamil ly?" Sahut Viona yang kini duduk disamping Lily.

"Gue gak mau orang tau, lagian setelah ini gue-----

•••
Spoiler :
Gue gak tau. Gue masih cari." Kata Viona menjawab pertanyaan Lily. "Oh ya ly, gimana kalo lo ketemu vikri?" Lanjut Viona bertanya.

"Menghindar?" Jawab Lily ragu. "Lagian gue punya firasat bentar lagi kita juga bakal pergi."

Viona langsung melirik kearah Lily begitupun Andrea. "Pergi? Kemana?" Tanya kedua gadis itu dengan bingung, namun Lily hanya mengangkat bahunya pertanda tak tahu.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Seperti biasa, jangan lupa vote, komen, and share cerita ini ke teman2 kalian.

Btw, siapa nih pembaca pertama yang baca part ini?

Ku nak tanya, kalian asalnya dari mana aja sih? Umur berapa?

Follow Wp : @fahhh28
Follow Ig :

@alffhechi28
@_vionanna
@lilysofiaaa_
@andreaaaodeya
@priyandya_
@alicialbraham
@syanaaquella
@_albarradevano
@dewaaakeanno
@babanggasptr
@anindira_putri_manlika

Terima kasih
-AliffahEchiA

The Wolf Devil's (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang