41. Lily dan ?

1.7K 156 166
                                    

Happy Reading!

Surat kontrak kerjasama, untuk kedua kalianya Ardi merasa tak percaya saat mendapatkan surat kontrak kerjasama dari dua perusahaan ternama. "Nak?" Ucap Ardi masih tak percaya.

"Terima kasih sayang." Ucap Ardi dan Nalina memeluk tubuh Lily. Tanpa disadari oleh gadis itu, air matanya turun membasahi pipinya.

"Eh? Kok malah nangis sayang?" Ucap Nalina menghapus air mata yang turun membasahi pipi gadis itu.

Lily menggelengkan kepala, ia berjalan menudur memberi ruang untuk Viona.

Viona memberikan kotak berukuran sedengan kepada Nalina tanpa mengucapkan sepatah katapun. Nalina yang penasaran membuka isinya, lagi dan lagi ia mendapat kertas, namun kali ini dua kertas yang ia dapatkan. Nalina mendongak menatap Viona yang juga menatapnya.

"Apa ini sayang?" Tanya Nalina.

"Baca aja." Jawab Viona yang langsung dituruti Nalina. Ia terkejut setelah menbaca kertas pertama. "Surat kontrak lagi?" Ujar Nalina dengan mulut yang ia tutup menggunakan salah satu tanganya.

Ardi mengambil alih kertas itu dan membacanya. "Kalian? Kalian dapat ini semua dari mana?" Tanya Ardi.

"Suatu saat kalian akan tau." Ucap Viona.

Pandangan Nalina beralih pada kerta yang masih tertutup, ia membuka kerta itu dan membacanya. Matanya melotot setelah membaca sampai akhir. "Sayang? Ini? Saham butik Vi Boutique berganti nama? Lina Boutique?" Kata Nalina bertanya-tanya.

Para tamu undangan dan Barra serta sahabatnya menganga melihat hadiah yang diberika ketiga gadis itu.

Dor

Aaaaaaaaaa

Ketiga gadis itu membalikkan badannya menghadap kearah para tamu undangan. "Bang, amanin yang lain, bawa keluar dari mansion ini." Ucap Viona kepada Dewa yang berdiri tak jauh darinya.

"T-tapi lo?" Ucap Dewa menatap Viona khawatir.

"Bawa mereka semua bang!" Sentak Viona. Dengan ragu Dewa keluar dengan membawa para tamu undangan.

Setelah mereka semua keluar, ketiga gadis itu mengeluarkan pistol yang diselipkan di gaun yang mereka pakai.

Dor

"Berhenti!" Ucap Viona dengan lantang membuat mereka berhenti dan menatap Viona.

"Siapa yang menyuruh mu?" Tanya Viona menatap seratus orang yang berpakaian serba hitam dan topeng yang menutupi wajah mereka.

"Tidak akan kami jawab." Ucap salah satu diantara mereka membuat Viona mematap sinis orang itu.

"Wanita bodoh itu bukan yang menyuruhmu?" Kata Lily yang duduk diatas meja seraya menyesap minumannya.

"Siapa yang kau bilang bodoh?!" Bentak salah satu diantara mereka yang kini maju menodongkan pistolnya ke pelipis Viona.

"Anindira lah, siapa lagi wanita bodoh selain dirinya?" Celetuk Andrea yang kini maju mendekati Viona.

"ANJING! SERANGGG!!"

Dor

Bugh

Arghhhh

Dorrr

Viona menatap pertarungan itu dengan pandangan datar, sungguh membosankan. Ia mengangkat pistolnya dan mulai menembaki musuhnya dengan malas. Hingga kini tak tersisa.

Ketiga gadis itu keluar melewati pintu samping berjalan menjauh dari mansion. Hingga mereka sampai disebuah halte yang terdapat mobil Alphard.

"Kalian pulang saja dulu, aku ingin pergi." Ucap Lily, setelah itu berjalan menjauhi halte meninggal Viona dan Andrea.

"Pulang." Ucap Viona setelah itu memasuki mobil diikuti Andrea.

~☆~☆~☆~
Lily berjalan mencari taksi, setelah mendapatkan taksi ia menyuruh taksi itu menjalankan mobilnya menuju hotel Alayla Permata. Sesampainya dihotel ia berjalan menuju seorang pria berbadan bedar dengan jas hitam melekat pada tubuhnya.

"Ini berkasnya miss, anda sudah ditunggu oleh tuan robert diresto hotel." Ucap pria itu yang dianggukki Lily.

"Kau boleh pergi." Usir Lily kepada pria itu.

Setelah itu Lily berjalan menuju resto hotel dengan membawa beberapa berkas. Sesampainya disana ia mendudukkan diri dikursi yang tersedia.

Ia memulai rapat dengan kliennya hingga rapat selesai dan Tuan Robert pergi meninggalkan hotel. Tak lama wine yang sempat Lily pesan datang, ia meminum wine itu dengan mata yang fokus kepada ponselnya.

Karena malas pulang ke mansion Lily menyewa kamar yang ada di hotel Alayla Permata, setelah mendapatkan kunci kamar ia berjalan memasuki lift menuju lantai 5. Saat akan berbelok Lily menabrak seseorang membuat keduanya jatuh.

"Maaf." Ucap Lily lalu mendongak menatap orang yang menabraknya.

"Lily?"

"Lo kenapa?" Tanya Lily menatap orang yang ia tabrak, orang itu bergerak gelisah.

Tanpa aba-aba orang itu menarik Lily ke salah satu kamar yang ada. "LO APA-APAAN SIH?!" Bentak Lily, ia menatap tajam orang yang menariknya.

"Bantu gue ly, gue mohon, gue udah gak kuat." Ucap orang itu dengan menatap memohon kearah Lily yang mengeraskan rahangnya.

"Maksud lo apa?!" Sentak Lily.

"Maaf ly." Ucap orang itu mendorong tubuh Lily ke atas ranjang dan mencium bibir Lily dengan kasar, Lily mencoba memberontak namun tenaganya kalah besar dengan orang yang menindihinya.

Air mata Lily turun membasahi pipinya saat orang itu mulai membuka gaun yang ia pakai. "J-jangan hiks..." cegah Lily membuat orang itu menatap Lily.

"Maaf ly, maaf." Ucap orang itu dengan penuh penyesalan. "Gue bakal tanggung jawab ly, maaf."

••••
Spoiler :

"Ly? Kaki sakit? Kok jalannya begitu?" Ucap Viona yang datang menghampiri Lily.

Lily menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap Viona. "Lo kenapa sih? Kok nunduk?" Tanya Viona heran.

Tiba-tiba Lily menjatuhkan tubuhnya ke lantai mansion dengan isak tangis yang begitu lirih, Viona menatap Lily dengan pandangan terkejut namun ia juga ikut berjongkok. "Lo kenapa? Cerita sama gue ly." Ucap Viona memegang bahu Lily.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Bagaimana Vi? Sesuaikan? Author sudah tepati janji lho ya🤣

Follow Wp : @fahhh28
Follow Ig :

@alffhechi28
@_vionanna
@lilysofiaaa_
@andreaaaodeya
@priyandya_
@alicialbraham
@syanaaquella
@_albarradevano
@dewaaakeanno
@babanggasptr
@anindira_putri_manlika

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Jebolin kotak komentar kalo bisa, double up

Terima kasih
-AliffahEchiA

The Wolf Devil's (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang