⁴⁹. empatpuluh sembilan

En başından başla
                                    

"Ah, baik. Terima kasih." Hana merunduk sekilas, perawat itu mengangguk lalu pergi merawat pasien yang terus berdatangan.

Masih ada waktu setengah jam lagi, Hana memanfaatkan waktu ke toilet. Untuk apa lagi selain memompa asinya? Dia mengeluarkan pompa asi dan botol. Sebenarnya kemarin sudah berhenti lagi. Tapi sebulan lalu asi itu keluar lagi. Sepertinya Hana memiliki gangguan hormon. Dia belum memastikannya. Dia pun menyumbangkan semuanya pada rumah sakit di Kanada, tentu tanpa memberitahu keluarganya. Dia merasa hal itu tidak perlu diketahui siapa pun.

Hampir dua puluh menit, dia keluar. Dadanya lumayan ringan dari sebelumnya. Di belokan koridor, kepalanya menubruk dada seseorang dan hampir saja terjatuh jika lengannya tidak ditarik.

Seperkian detik Hana tercekat. Apa lagi melihat orang yang baru dia tabrak. Seluruh tubuhnya menegang. Pupil mata matanya membesar dengan napas tertahan. Sorot wajahnya pucat pasi seperti tidak percaya melihat itu. Manik mereka bertemu, membuat sesak dalam dada Hana muncul.

Tapi-

"Sori." Setelah mengatakan satu kata itu, dia langsung pergi.

Tubuh Hana panas-dingin, matanya memanas, dia berbalik menghadap punggung itu yang perlahan menjauh kemudian menghilang dari balik tembok.

"Jay?" gumam Hana, tersadar dari lamunan. Dia segera berlari menyusul, kedua kakinya sampai lemas dan tidak sanggup berdiri tapi dia berusaha mengejar bersama sorot pucat. Tapi ... orang itu tidak terlihat lagi. Koridor hanya dipenuhi perawat dan pasien.

Hana menangis. Dia tidak salah lihat. Itu benar-benar Jay. Iris tajam dan rahang kokohnya masih sama seperti dulu. Hanya karena dia terlalu terkejut dan tidak menyangka apa yang terjadi, dia mematung di tempat.

Gadis itu mengelilingi rumah sakit, berusaha mencari keberadaan cowok itu. Berakhir sia-sia dan dia menangis, lagi.

"Hana?" Suara Heeseung terdengar. Dia baru datang untuk menemui Hana, tapi malah menemukannya di ujung taman sedang menangis. Dia duduk di sebelah Hana, menyentuh pundaknya. "Kenapa? Ada masalah?"

"K-Kak...," isak Hana, seluruh wajahnya sembab dan memerah. "Tadi gue liat ada Jay di sini. Tadi gue gak sengaja nabrak dia."

Mendengar pengakuan Hana, Heeseung mengerutkan dahi. "Na, lo tahu apa yang lo bilang itu? Jay gak mungkin ada di sini."

"T-tapi tadi-"

"Lupain yang itu. Terus, praktik lo gimana?"

Hana berangsur-angsur sadar. Sontak dia berdiri, mengusap wajahnya, dan berlari menuju lobi. Heeseung menggeleng, dia terdiam. Tak sengaja irisnya bertemu dengan iris cowok itu yang memperhatikan dari jauh.

°°°

Hana mencatat hal-hal praktikum yang dia lakukan tadi bersama para Dokter di buku catatannya. Dia sedang duduk di meja lobi dan mencatat itu semua, dikarenakan tidak ada kursi kosong di koridor yang dipenuhi pasien maupun pengunjung.

Perhatiannya teralih oleh seseorang yang berdiri menjulang di depan lobi, sedang menulis sesuatu yang sepertinya list pengunjung. Yang membuat Hana lagi-lagi tercekat....

Tanpa membuang waktu Hana menghampirinya. Matanya berkaca-kaca saat berjalan lebih dekat, melihat wajah itu lebih jelas setelah sekian lama.

"Jay?" panggilnya, serak.

Sosok itu menoleh. Seperti ada sesuatu yang menyambar jantung Hana. Hana mengembangkan senyumnya dengan mata berair, bahwa yang di depannya itu sungguh Jay! Iya, Jay yang dia tunggu selama ini!

"Lo Jay, kan? Park Jay?" Suaranya bergetar, air matanya siap terjun tatkala manik mereka bertemu lagi, tapi dia tahan sekuat mungkin.

Anehnya, cowok yang dia yakini Jay itu menaikkan satu alisnya, menatap Hana seolah tidak mengenalnya. Dan, ucapan yang meluncur dari bibirnya membuat Hana mematung.

Breastfeeding Prince✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin