[41] Jidan Takut Kak Lian Mutusin Jidan

1.9K 337 54
                                    

Jisung menelan ludahnya dengan susah payah. Ia takut, Minho terlihat sangat marah padanya. Ia rasa pemuda itu telah mengetahui perihal Juyeon, dan yang membuatnya semakin buruk adalah, Minho tahu fakta itu dari orang lain.

Sebenarnya ia sudah memiliki niat untuk memberitahu Minho, hanya saja nyalinya yang belum terkumpul menghambat niatnya. Tapi ternyata penundaan itu malah membuat dirinya berada di posisi buruk saat ini.

"Mulutnya mendadak nggak bisa ngomong atau gimana? Jawab pertanyaan gue Jidan, ada rahasia apalagi yang lu sembunyiin dari gue?"

"Kak Lian jangan marah dulu. . ."

Si manis semakin ketakutan; Minho bungkam dengan tatapan yang semakin tajam dari sebelumnya. Rangkaian kata yang telah ia susun selama tiga hari ini hilang begitu saja dari ingatannya. Lidah Jisung terasa kelu, bahkan untuk mengucapkan satu kata saja Jisung harus mengumpulkan nyali terlebih dahulu.

"Perihal Juna, aku tahu aku salah, tapi aku beneran nggak ada apa-apa sama dia, t-tadi itu cuman sekedar memenuhi janji aja."

"Oh ya?"

Si manis mengangguk mantap.

"Tapi gue gak percaya— gimana dong?"

Rasanya Jisung ingin menangis saja mendengar nada sinis yang Minho lontarkan untuknya. Tapi nggak mungkin dia nangis, yang ada masalahnya sama Minho nggak kunjung membaik.

"Gue ada kurang apa sampai lu selingkuh gini Ji?"

Jisung menggeleng kuat, ia tak pernah dan tak akan pernah melakukan hal sekejam itu pada Minho. Ini semua hanya salah paham yang harus segera di luruskan.

"Jidan nggak selingkuh kak. Bulan depan Juna bakal pindah ke luar negeri, jadi pertemuan aku dan Juna yang tadi itu cuman sebagai salam perpisahan dari dia. Dia juga udah janji bakal lupain perasaannya ke aku setelah ini, aku cuman mau ngehargain perasaan dia dan nyelesain semuanya baik-baik."

Minho mengalihkan tatapannya; tak ingin melihat wajah Jisung yang sedang berusaha mati-matian menahan tangis. Tentu saja ia juga tak tega melihat sosok kesayangannya ketakutan seperti itu, tapi ia pun tak bisa membohongi perasaannya sendiri, kekecewaannya terhadap Jisung masih teramat besar.

"Perasaan dia lu hargain, sedangkan perasaan gue apa kabar Ji? Mikir nggak kalau dengan kalian ketemuan diam-diam gini sama aja bikin perasaan dan kepercayaan gue ke lu hancur?"

"Aku takut. . . Kak Lian nggak bakal ngasih izin kalau aku cerita ke kakak."

"Dan lu tetap bersikeras untuk pergi? Berarti bener kan, lu bahkan nggak ngehargain posisi gue sebagai pacar lu."

Air mata Jisung sudah tak bisa ia tahan lebih lama lagi; buliran bening itu perlahan mengalir membasahi pipinya. Dia kesal, kenapa disaat seperti ini mulut dan pikirannya seperti tak mau diajak bekerjasama. Otaknya benar-benar terasa kosong saat ini.

"Sekarang gue tanya, sejak kapan dia ngajak lu ketemuan?"

Si manis mengusap air mata dengan kedua tangannya, "t-tiga hari lalu,"

"See, lu bahkan punya banyak waktu untuk ngomongin hal ini secara baik-baik ke gue. Gue nggak se egois yang lu pikirin Ji, kalau emang lu nggak ada niat macam-macam pun gue akan berusaha ngertiin lu selama alasannya jelas."

Tangis Jisung semakin menjadi-jadi, dia telah membuat kesalahan besar dan ia sadar akan hal itu. Selama ini dia hanya memikirkan keselamatannya tanpa pernah memikirkan bagaimana perasaan Minho saat pemuda itu mengetahuinya.

"J-jidan hiks, minta maaf. . ."

Minho diam di tempatnya; membiarkan yang lebih muda terus menangis didepan sana.

"Aku dan hiks Juna b-beneran nggak ngapa-ngapain, kami hiks cuman nonton hiks b-biasa sebagai—"

"Bacot, ngomong lu gak jelas. Gue mau pulang."

Dan Minho benar-benar melewatinya begitu saja; meninggalkan Jisung dengan perasaan bersalah yang semakin membesar.

- Going Dumb -

"Si Lian nggak ada kasarin kamu kan dek?"

Jisung menggeleng pelan, tatapannya terlihat kosong saat ini, dan tentu saja itu membuat Brian sangat khawatir dengan keadaan adiknya.

"Kasar dalam bentuk apapun— fisik atau omongannya?"

"Nggak ada." Yang lebih muda menjawab tanpa minat.

Badannya terasa sangat lelah setelah empat jam menangis, namun perasaannya tak kunjung membaik barang sedikit pun. Dia nggak berani buat ngehubungin Minho, tapi disisi lain juga dia nggak mau hubungan mereka berada diposisi seperti ini dalam waktu yang lama.

"Udah, malam ini kamu istirahat dulu aja, jangan terlalu dipikirin dulu. Besok baru samperin lagi kerumahnya, minta maaf lagi, kali aja dia udah melunak besok."

"Jidan takut kak Lian mutusin Jidan,"

Brian mengusap helaian rambut Jisung dengan lembut. Ia paham dengan kekhawatiran Jisung, bagaimana pun juga Minho sudah mendapatkan keseluruhan hati Jisung, dan sudah pasti hal yang paling dia takuti adalah berakhirnya hubungan mereka.

"Nggak bakal dek, percaya sama kakak. Si Lian itu cuman lagi butuh waktu sendiri aja."

Tbc

Kalian ambil sisi siapa nih? Aku sih golput yh

-151121-

Going Dumb ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang