[24] Ternyata Gini Kalau Bayi Disatuin Sama Bayi

2.5K 424 45
                                    

Hari Jumat adalah hari yang tenang menurut Jisung; karena dihari itu hanya ada dua mata pelajaran dan keduanya jarang sekali mengadakan meet. Gurunya hanya akan mengirim materi dan tugas sederhana yang dapat ia selesaikan dalam waktu singkat.

Apalagi salah satunya itu mapel kesukaan dia, alias bahasa Inggris. Ingat miss Evi? Nah itu gurunya.

Jisung suka aja gitu sama gaya belajar nya yang santai tapi tetap tegas. Tugasnya pun gak pernah nyusahin yang sampe bikin depresi kayak tugas biologi. Pokoknya mantap puol lah.

Pas jemarinya baru saja menekan tombol submit, indera pendengarannya tiba-tiba menangkap suara asing dari lantai bawah.

"Weh kok ada suara bayi nangis?"

Si manis merinding, pasalnya sekarang lagi mendung; bikin keadaan kamarnya jadi redup-redup mencekam. Buat yang bilang 'ini kan masih siang, gak bakal ada setan' maaf ya, pola pikir Jisung berbeda.

Si manis yang kerap kali menganggap dirinya genius itu selalu berkata, 'manusia aja bisa begadang, masa setan gak bisa begadang?'.

Gak sepemikiran? Berarti kamu ga segenius Jisung.

Tok! Tok! Tok!

"Jidann."

Si bungsu Alaric terkesiap, namun dengan sigap membuka pintu kamarnya ketika menyadari kalau suara yang tadi memanggilnya itu suara sang mama.

"Iya ma?"

"Mama kan hari ini ada urusan sama tante July, nah tadinya si Nathan mau dibawa, cuman sekarang aja udah mendung, takutnya nanti malah hujan kan kasian kalau dia ikut, kamu jagain Nathan ya?"

Tante July itu adiknya mama Jane, alias beneran tantenya. Nah kalau si Nathan, atau yang kerap dipanggil Nana oleh keluarganya itu sepupu Jisung yang baru mau masuk umur delapan belas bulan. Ya intinya begitulah.

Jisung mikir sebentar, tugasnya udah selesai sih, cuman dia agak ragu buat jagain Nana. Masalahnya Nana itu tipe bayi yang suka waspada kalau di jagain orang selain mamanya, jadi kayak semacam pemilih gitu loh. Sampai sekarang aja dia belum bisa terlalu dekat sama Nana.

"Lama gak? Aku takut Nana nangis terus aku gak bisa nenanginnya, dia kan suka gak mau digendong sama aku."

"Tergantung sih, kalau disananya ramai ya lama."

"Mama mau ngurus apa sih memang?"

"Kartu keluarganya tante July tuh, kan si Nana belum masuk."

Jisung pun akhirnya ngangguk. Gapapa lah, pengalaman. Dia kan selama ini pengen punya adik tapi gak kesampaian mulu.

"Berdua aja ma?"

Mama Jane baru nyadar, gak mungkin dia ninggalin dua bayi dirumah sendirian. Yang ada Nana nangis Jisung ikutan nangis.

"Panggil Lian gih, biar mama tenang ninggalinnya. Seenggaknya kalau kalian berdua nangis ada Lian yang bisa puk-puk in."

"Enak aja! Aku bukan bayii!!"

Meski mulut mungil itu terus mengomel, Jisung tetap patuh dan mulai menghubungi kekasihnya.

- Going Dumb -

"Aaaaaa~"

Nathan natap waspada sendok bayi yang disodorin Jisung. Ni bayi emang sering banget natap curiga ke apapun yang ada didekat dia; diantara terlalu waspada atau terlalu suudzon. Jisung juga gak paham sama kelakuan sepupunya itu.

"Nana ayo mamm~ ini bubur buatan mami July lohh, enakk."

Nathan buang muka, dia lebih milih main sama mainan mobil kesukaannya membuat Jisung menggembungkan pipi menahan kesal karena suapannya baru saja ditolak.

Going Dumb ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang